“Together, we can make a difference” 1 kalau boleh meng-quote Putera Sampoerna dalam
websitenya. Saya yakin dengan bergandengan tangan, kita akan mampu untuk
membuat perbedaan yaitu kemajuan, kemajuan bukan hanya untuk diri sendiri tapi
dalam konteks kebersamaan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
dunia. Banyak tantangan yang kita hadapi, kita bukan hanya bersaing (tidak
mesthi bermakna negative) dengan saudara
kita, kerabat kita, sahabat atau teman kita, atau bahkan competitor kita saja.
Kita memang hidup sebagai seorang
individu; anak dari kedua orang tua, ibu atau bapak dari anak-anaknya, kakak
atau adik dari sebuah keluarga, saudara
dari saudara yang lain.Dan tidak dipungkiri juga kita
menjadi bagian makhluk sosial, kita menjadi seorang individu yang bersahabat
dengan individu lain, kita belajar dalam sebuah madrasah pendidikan, kita
menjadi bagian dari sebuah organisasi, serta menjadi bagian dari masyarakat lokal,
antar daerah, antar pulau, dalam sebuah negara.
Pada akhirnya kita menjadi bagian
masyarakat dunia. Dengan banyaknya tantangan yang menghadang didepan kita, saya
sepakat dengan empat pilar Putera Sampoerna Foundation (PSF) tahun 2001 dengan memajukan
masyarakat Indonesia yaitu Pendidikan, Pemberdayaan Perempuan,
Kewirausahaan, dan Bantuan Kemanusiaan.1 Empat kunci pokok ini tidak dapat
dibagi-bagi atau menjadi opsi mana yang harus diprioritaskan, karena semuanya
terkait satu dengan yang lain. Namun dalam artikel ini penulis hanya fokus pada
satu pilar saja. Seperti pilar pertama pendidikan. Ada berbagai definisi
tentang pendidikan antara lain:
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.2 Pendidikan juga berarti proses
pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.3 Wakil
Presiden Boediono menyebutkan pendidikan adalah investasi yang dibutuhkan
anak-anak bagi masa depan mereka.4
Pendidikan adalah hak asasi
manusia. Ini disepakati masyarakat internasional tahun 2000 di bawah pimpinan
UNESCO. Meskipun di tahun 2012 ini mahasiswa sendiri yang banyak memprotes
rencana swastanisasi perguruan tinggi. Sebuah seruan kepada negara untuk
menerapkan hak asasi manusia di bidang pendidikan. Kewajiban negara adalah
membuka akses bagi semua orang untuk sekolah dan pendidikan, terlepas dari
latar belakang ekonomi. 5
Bicara tentang pendidikan, tidak
melulu hanya lembaga formal saja tapi non formal atau informal mampu berkontribusi
sebagai wadah transfer ilmu pengetahuan dan budaya (peradaban). Melalui praktik
pendidikan, peserta didik diajak untuk memahami bagaimana sejarah atau
pengalaman budaya dapat ditransformasi dalam zaman kehidupan yang akan mereka
alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan tuntutan yang
ada di dalamnya. Oleh karena itu pendidikan nasional bertujuan mempersiapkan
masyarakat baru yang lebih ideal, yaitu masyarakat yang mengerti hak dan
kewajiban dan berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa. Esensi dari
tujuan pendidikan nasional adalah proses menumbuhkan bentuk budaya keilmuan,
sosial, ekonomi, dan politik yang lebih baik dalam perspektif tertentu harus
mengacu pada masa depan yang jelas (pembukaan UUD 1945 alenia 4). 6 Dari banyak definisi dan fungsi
pendidikan diatas betapa peran pendidikan begitu penting dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Dalam artikel ini penulis mencoba
untuk membagi fase pendidikan berawal dari sebelum bayi lahir, bahwa peran seorang ibu adalah
pertama dan utama dalam mendidik calon generasi mendatang. Melalui sikap
perilakunya, tutur katanya, emosinya, seorang anak mampu merasakan ataupun
merespon keadaan lingkungan. Melalui seorang ibu anak mampu mempercayai dan
menghadapi dunia. Berikutnya melalui pendidikan keluarga, anak mampu memahami
nilai luhur (filosofi keluarga) seperti Putera Sampoerna sendiri nilai kearifan,
ambisi dan kemurahan hati yang diteruskan dari generasi sebelumnya. Sampai
akhirnya sebagai sosok manusia sejati mampu merefleksikan kehidupan ( lihat
Erikson’s stages of psychosocial development). Sampai akhirnya anak mengenyam
pendidikan baik itu informal maupun lembaga formal pendidikan.
Setelah kita mengulas banyak
tentang makna pendidikan sendiri, tentunya pendidikan tidak lepas figure dari
seorang pendidik (atau orang yang memberikan pendidikan).
Ilustrasi:
“Kakek saya seorang guru ngaji,
ayah saya seorang guru PNS, kakak saya seorang guru SMP Negeri, adik saya
seorang guru Muha dan dosen disebuah universitas swasta. Dan saya sendiri….belum
guru (bukan berarti tidak ingin menjadi guru) sekarang saya bekerja disebuah
media. Kalo ditelusuri darah seorang guru ada dalam nadi saya.” Guru menurut
saya digugu dan ditiru (dalam bahasa jawa, yang berarti memberikan suri
tauladan bagi para peserta didiknya). Saya bilang ayah dan kakek saya adalah guru
bagi saya, saya bilang guru ngaji adalah guru bagi saya, dan kalau boleh saya bilang
orang yang mampu mentransfer ilmu pengetahuannya, memberikan inspirasi bagi
lingkungan adalah Guru saya.
Menurut saya menjadi pendidik bukan
hanya menjadi sebuah gen (turunan). Menjadi pendidik bisa dipelajari tentunya
dengan berguru dari sebuah pembelajaran (pendidikan). Seperti saat saya membaca website dari Puterasampoerna,
saya mampu belajar bagaimana pentingnya sebuah keluarga, bagaimana peran
filosofi individu yang dibreakdown menjadi filosofi perusahaan (corporate), bagaimana
menjadi seorang leaderyang memiliki leadership visioner, dan bagaimana menjadi
seseorang yang mampu mengambil keputusan untuk kehidupan mendatang dengan
berani mengambil resiko apapun.
Menurut saya pendidik itu bukan
hanya berfikir pada current oriented (masa sekarang saja) tapi pendidik itu
berfikir future oriented (berfikir masa depan) sehingga siapapun yang
berfikiran demikian akan berupaya berjuang mewujudkan harapannya, dimana
kreativitas, inovasi, visioner yang dibutuhkan sehingga mampu berdiri pada
iklim yang turbulence dan berubah setiap saat.
Menjadi pendidik itu menjadi
orang yang tidak hanya belajar untuk dirinya sendiri, tapi bisa menularkan
nilai-nilai luhur berkarakter yang dimiliki untuk kepentingan orang banyak
bahkan merubah cara pandang atau berfikir seseorang untuk berbuat berperilaku
mengatasnamakan bukan hanya kepentingan golongan ( kepentingan bangsa dan negara khususnya generasi masa depan). Menjadi pendidik bukan hanya
menjadi label ataupun gelar tapi pendidik sejati mampu menyentuh hati, jiwa
serta fikiran khalayak untuk terbuka luas, dan menyadarkan diri kita bahwa
setiap orang harus dapat meningkatkan kualitas individu agar mampu mendorong
atau memotivasi peningkatan kualitas manusia Indonesia. Pendidik itu mampu menginspirasi dan
menggerakkan hati jiwa-jiwa peserta didiknya untuk berbuat.
Literature:
1 http://www.puterasampoerna.com/in/biography
diunduh 30 Juli 2012 pk. 08.45
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
diunduh 30 Juli 2012 pk. 08.45
diunduh 30 juli 2012 pk. 08.45
4 http://blog.elearning.unesa.ac.id/elly-nurcahyanti/pendidikan-sebagai-sistem, diunduh 30 Juli 2012
pk. 08.45
5 http://www.dw.de/dw/article/0,,15933863,00.html
diunduh 30 Juli 2012 pk. 08.45
diunduh 30 Juli 2012 pk. 08.45
Sinergi kajian bisnis dan
manajemen Vol 5 No.2,2003 p.47
Erikson’s stages of psychosocial
development