Ketika menulis artikel ini, saya
memang merasakan pedih dan terluka hati mendapati seorang figure kepemimpinan
yang nampak seperti baik ternyata hanya polesan belaka. Saya ingin menyeru: ‘Wahai
Pemimpin jadilah pemimpin yang adil bijaksana, pemimpin yang mampu menghebatkan
orang lain, pemimpin besar bukan ecek-ecek, pemimpin yang memiliki leadership
bukan asal memimpin karena punya kekuasaan dan kesempatan. Pemimpin yang
memiliki hati nurani luhur, bahwa setiap hal yang diputuskannya, setiap
kegiatan yang direncanakan, opsi yang dipilih menentukan keberlangsungan hajat
hidup orang banyak. Ada banyak kehidupan
yang bergantung pada kemampuan Anda untuk memimpin, kemampuan Anda untuk mengatur,
mengelola, menggerakkan, mengubah arah untuk mencapai visi misi kedepan. Wahai Pemimpin, Anda tauladan bagi dunia,
bagi sebuah negara, bagi sebuah daerah, bagi masyarakat, sebuah lingkup
keluarga, bahkan Anda pemimpin bagi
istri dan anak-anak.
Pada kenyataannya para pemimpin
dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kwalitas kehidupan
kerja, dan tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin memiliki peran
crusial membantu sebuah kelompok, golongan, masyarakat mencapai tujuan negara.
Tulisan ini menjadi sebuah
renungan besar, muhasabah (instropeksi diri), evaluasi serta meditasi bagi saya
sendiri, agar mampu dan terus mengasah diri menjadi seorang pemimpin, khususnya
kemampuan memimpin diri sendiri. Saya yakin ketika berhasil memimpin diri
sendiri, maka selanjutnya saya yakin mampu berkontribusi memimpin keluarga,
masyarakat, daerah, negara dan dunia. (Calon Pemimpin Masa Depan.
Saya berdoa agar para pemimpin,
para alim ulama, para kepala keluarga tetap istiqomah dalam menjalankan tugas
sehingga mampu mengemban tugas dengan baik atau prima, sebagai khalifah di dunia.
0 Comments