TRANS TV, TV SITCOM or ?

By poetry - 23.30

Perkenalan saya dengan Trans TV tidak bisa saya lupakan. Pertama saya mengenal Trans TV ketika saya ikut dalam seleksi pencarian reporter / presenter news. Ketika mendapat kesempatan ini, saya sangat senang dan tidak mau menyia-nyiakan, meskipun saya tidak terpilih sebagai presenter handal Trans TV. Setidaknya ada satu hal yang sangat membahagiakan dan berkesan ketika pihak Trans TV memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk mengajukan pertanyaan seputar Trans TV? Ini berarti sebagai perusahaan bonafide, Trans TV membudayakan iklim democracy, yaitu; mau mendengarkan semua aspirasi akar rumput, sehingga diharapkan para atasan (pejabat Trans TV) yang duduk dalam “majelis” ketika membuat kebijakan-kebijakan internal ( terkait system dan sumber daya manusianya ) atau eksternal / public ( terkait program –program acara ) bisa bersifat transparency dan memperhatikan kepentingan publik.

Dan satu hal yang terfikir oleh saya adalah saya ingin mendapatkan jawaban yang memuaskan dan berbobot dari pihak Trans TV, yaitu jawaban atas pertanyaan;

“Apakah sebenarnya visi dan misi dari Trans TV ? karena Trans TV banyak menampilkan tayangan atau program acara bersifat komersial atau laku dijual, sesuai dengan selera pasar (market tastes), Apakah visi dan misi Trans TV hanya ingin memberi keuntungan besar saja (benefit) bagi para stockholders, atau Trans TV juga ingin berperan ganda; mewarnai dunia pertelevisian atau layar kaca dengan program-program acara mendidik (educative), innovative, mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan input positif bagi masyarakat khususnya generasi muda penerus bangsa sebagai agen perubahan (change of agent).
(It means, Trans TV have the misions to give the meaningful moral messages)?”

Memang bisa dimengerti, Trans TV sebagai pendatang baru tentu ingin mendapatkan perhatian dulu dari pemirsa. Sehingga hampir semua program acara bersifat entertainment atau hiburan. Dari program acara yang berbau pornografi & pornoaksi menurut kacamata religi, tayangan gosip rumor (infotainment) hingga tayangan menjual mistic, variety show, dan reality show penjual mimpi; kesedihan; kebahagian. Mungkin saja, ini merupakan strategi dari Trans TV untuk memikat pasar terlebih dahulu. Sehingga secepat kilat Trans TV dikenal oleh banyak kalangan dari golongan rendahan sampai orang yang berpangkat, perlente, profesional, dan pengusaha. Dengan tayangan yang ada tentu mendatangkan banyak reaksi baik itu positif maupun negatif, yang pasti inilah yang diinginkan Trans TV agar menjadi buah bibir bagi semua kalangan. Wajar saja ketika banyak para tokoh, pejabat, artis yang begitu antusias ingin memberikan satu pendapat yang berbeda dengan kemunculan chanel tv ini. Di satu sisi Trans TV mendapat publikasi gratis dan juga menjadi televisi yang mewarnai kancah media elektronik layar kaca dengan program exclusive-nya.

Disamping harus berkompetisi dengan tv lain, Trans TV juga harus bersaing ketat dengan media internet, media audio, media cetak yang sekarang ini begitu menjamur di kota-kota besar, bahkan pelosok dengan hadirnya media cetak lokal; tv lokal; radio lokal atau komunitas. Adalah hal wajar pada awal kemunculannya Trans TV menampilkan tayangan-tayangan tersebut untuk memikat hati pemirsa-nya. Akan tetapi perlu adanya sebuah penegasan dari pihak Trans TV apa sebenarnya visi dan misi berdirinya televisi swasta ini.

Menanggapi pertanyaan tersebut, pernyataan dari pihak Trans TV belum bisa memuaskan saya. Tapi seiring dengan perjalanan waktu, Trans TV bertambah umur hingga sekarang ini menjadi empat tahun, ibarat anak-anak masih lucu-lucunya, dan masih ingin mengidentifikasikan dirinya sebagai televisi yang memiliki format siaran yang berbeda, hingga sekarang Trans TV mencoba memantapkan diri dan membuktikan sebagai media tv yg memiliki ciri khas / perbedaan (difference) baik dari segi konsep, materi, bentuk acara hingga penyajian (difference package) mengalami perkembangan yang cukup significant. Trans TV perlu mendapatkan acungan jempol, karena berhasil mendapat simpati pemirsanya, dan membuktikan bahwa Trans TV selalu ingin menjadi terdepan dalam kuantitas & kualitas siaran-nya dengan slogan “ Milik Bersama”.

Oleh karena itu sebagai pemirsa, saya begitu appreciative untuk memberikan sedikit sumbang saran saya agar Trans TV terus maju. Untuk itu saya menyoroti dari berbagai segi;
1. Terkait dengan Trademark TV Sitcom
2. Terkait dengan Materi Siaran TV Sitcom
3. Terkait dengan Menu Acara TV Sitcom

1. Terkait dengan Trademark TV Sitcom
Di tahun 2006 ini persaingan diantara media broadcasting seperti media televisi/ audio visual, media internet, media radio, media cetak semakin ketat saja. Dengan banyaknya media hendaknya diharapkan persaingan semakin positif atau sehat. Karena para pesaing dijadikan sebagai motivator, competitor untuk terus berkreasi dan innovative. Apalagi di tahun 2006 ini, ada banyak resolute, evaluate yang harus dilakukan Trans TV sebagai counter achievement. Salah satunya dengan menunjukkan jati diri/ trade mark, misalnya dengan menggulirkan wacana baru Trans TV sebagai tv sitcom untuk mendapatkan respon positif dari masyarakat.

TV Sitcom?
Awalnya saya berfikir, apakah ini merupakan dampak dari kesuksesan sitcom Extravaganza dan Bajaj Bajuri, sehingga ada wacana baru Trans TV menjadi tv sitcom. Setelah mencermati lebih lanjut, disadari bahwa wacana ini bergulir sebagai langkah kedepan & keberanian Trans TV untuk menentukan identitasnya. Dengan adanya identitas ini maka tidak akan terjadi eclipse (tumpang tindih) dalam format siaran. Sehingga tidak akan terjadi format siaran tv seragam atau parsial.

Untuk menghindari hal itu, langkah utama yang dilakukan adalah menentukan sebuah segment. Trans TV membidik segmen berdasarkan style, yaitu sitcom / hiburan maka target audience semakin luas tidak terikat usia, jenis kelamin, maka bisa dipastikan jumlah pemirsa akan cenderung lebih banyak. Dengan target audience yang jelas, maka content siarannya bisa ditentukan, termasuk dalam menetapkan acara unggulan (highlight programme) yang akan digeber. Perlu dingat meskipun acara seperti obrolan (talk show) dan berita (news) mendominasi seluruh tayangan televisi, namun Trans TV harus mampu memberikan package yang berbeda dari tv lain sebagai ciri khas. (dengan berpedoman pada format yang sudah dipilih).

Positioning
Segment yang jelas, target audience, content maka satu hal yang diraih adalah positioning yang mantap. Tapi yang perlu digarisbawahi, apakah pengertian tv positioning bagi Trans TV sama dengan tv positioning bagi tv lain seperti Metro TV misalnya. Karena bagi Metro, TV positioning-nya adalah tv yang memiliki konsep tv berita. Sehingga hampir 95%-98% materi siaran berupa berita. Kalau memang seperti ini yang dimaksud, perlu pemikiran yang mantap untuk menjadikan Trans TV sebagai TV Sitcom.

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan masak-masak, apakah positioning sitcom merupakan identitas yang cocok bagi Trans TV. Dan bukan karena dampak kesuksesan dari sitcom Extravaganza dan Bajaj Bajuri. Karena, jika ini muncul karena latah kesuksesan dari sitcom tersebut, nantinya tidak akan ada special multi programmes yang akan ditelorkan Trans TV, semua acara bersifat flat / tidak ada yang menonjol, hanya akan muncul Extravaganza / Bajaj Bajuri Tandingan (bay). Dan kunci kesuksesan Trans TV sangat tergantung berapa lama atau kekuatan sitcom ini bertahan untuk selalu diminati public.

Trans TV - TV sitcom memang jauh sekali dari image pertama yang ditampilkan oleh Trans TV, sebagai channel yang ingin menampilkan acara unggulan, variatif, dan berbobot dalam setiap kesempatan, sehingga banyak program acara dikemas secara exclusive. Seperti acara musik (exclusive performance dari artis atau band terkenal), acara dialog exclusive, acara laporan berita, sinema exclusive dan sebagainya.

Disadari, Sitcom Extravaganza merupakan salah satu acara exclusive dari Trans TV. Sitcom ini sekarang memang menduduki rating teratas dan menyedot perhatian para pemirsa. Kalau dengan kesuksesan ini ingin dijadikan Trans TV sebagai batu loncatan menjadi tv sitcom. Silahkan saja, akan tetapi ada konsekuensi-konsekuensi yang akan diterima terkait dengan penetapan identitas ini. Di satu sisi Trans TV dituntut untuk selalu menampilkan program sitcom yang menarik, funniest, lebih inovatif, tidak membosankan, dan terpenting alur cerita tidak mudah ditebak oleh pemirsa. Apalagi dengan durasi penayangan sitcom reguler setiap waktu, secara otomatis pemirsa dengan mudah menebak akhir babak cerita sitcom. Kalau sekarang creative team sudah membuat lompatan-lompatan dalam membuat bahan tertawaan ini. Perlu adanya variasi lompatan yang dilakukan, jadi tidak hanya “lompat tinggi”, bisa dilakukan “lompat jauh”, “lompat galah”, dan tidak terbatas lompat saja, berbagai macam “lari”, dan olahraga lainnya juga harus dilakukan.

Fenomena Extravaganza
Kemunculan Extravaganza adalah inovasi baru yang diproduksi oleh Trans TV yaitu komedi situasi yang berbobot dari segi materi/ isi, penampilan/ penyajian/ package; dan bukan hanya cap entertainment saja tapi hiburan yang edukatif, kritis terhadap fenomena sekitar. (Jika dibandingkan pendahulunya memang ada nuansa baru bagi serial Extravaganza, kalau dulu Bagito terkenal dengan komedi yang kritis & cerdas tapi kurang memahami selera pasar, sedangkan Warkop komedi yang menghibur, menggemaskan, memahami selera pasar dan sampai saat ini masih bertahan. Maka belajar dari para pendahulunya, Extravaganza harus mampu menemukan formula-formula canggih agar tetap menjadi penghibur yang kritis, menggemaskan, penuh pesan moral dan berumur panjang). Selain itu target audience akan semakin bertambah, dimana anak-anak bisa menonton bahkan menikmati program ini, karena genre komedi sarat pendidikan & pengetahuan; yang disampaikan secara santai, menyenangkan.

Diharapkan nantinya, Trans TV bisa menjadi PH produk (Production House), tidak hanya menampilkan komedi untuk dewasa saja, tapi untuk anak-anak, misalnya acara komedi anak yang berisi ilmu pengetahuan, teknologi informasi, adventure dan pendidikan yang dipackage secara menarik, inovatif, lucu dan berkesan. Bahkan nantinya acara ini bisa dijadikan referensi bagi institusi pendidikan sebagai acuan pembelajaran bidang tertentu, misal program berisi pengenalan tentang matematika, fisika, bahasa Indonesia / Asing, pendidikan seks sejak dini, dsb-nya yang dikemas secara komedi.

Dengan perkembangan teknologi informasi, genre sitcom bisa dimunculkan lewat film kartun lucu, misalnya; kartun Extravaganza, kartun Bajaj Bajuri, sehingga tidak hanya dikonsumsi oleh pemirsa domestik saja, tapi pemirsa dari internasional, karena untuk pengisian suara (dubbing) bisa dibuat berbagai bahasa. Sehingga komedi produk Trans TV bisa setara dengan produk luar negeri seperti Friends, Mr. Bean, Stainfild, Huxtable, kartun shincan, kartun Burt Simpson, (meski banyak ditentang karena menampilkan tayangan vulgar, sadisme dalam bentuk komedi). Yang pasti ingatan masyarakat tidak akan hilang dengan kemunculan serial sitcom ini.

Di satu sisi, komedi memang hiburan yang dibutuhkan orang, apalagi dengan situasi ekonomi, politik yang tidak kondusif, orang cenderung mencari hiburan dan bahan tertawaan. Namun kelemahan dari program sitcom, adalah hiburan yang bersifat sesaat dan orang cenderung menonton ketika ada waktu senggang, ketika orang jenuh akan rutinitas, dan sedang stres akan permasalahan. Nah, disini Trans TV sebaiknya jeli untuk bisa meyakinkan pemirsa bahwa Trans TV bukan tv “sambil lalu”, atau” tv diwaktu senggang”, diharapkan acara komedi situasi Trans TV bersifat pendidikan, menghibur, sebagai obat hati.

Bahkan serial drama sex and the city, friends memang drama komedi untuk dewasa tapi memberikan pesan (moral message) yang mendalam bagi kelanggengan sebuah persahabatan, hakekat pernikahan, bagaimana menghadapi orang lain dalam sebuah hubungan interaksi sosial. (Yang pasti untuk penyiaran disesuaikan dengan jam siar dewasa.) Hal ini bukan berarti Trans TV menjiplak kebudayaan Western tapi kita sesuaikan dengan kebudayaan timur yang sarat dengan tradisi budaya yang berbeda-beda, bersuku-suku & memiliki falsafah. Memang Trans TV sudah membuat acara dengan konsep yang sama seperti serial komedi luar negeri semisal Friends, di Trans TV dengan judul So What Gitu Loh? Meskipun materi isi berbeda tapi dari penokohan dibuat hampir sama. Ada tokoh mirip Slender, ada tokoh mirip Phoebe, Ross.

Yang pasti wacana ini patut dihargai sebagai bentuk inovasi dari Trans TV, walaupun sebelumnya format ini juga diterapkan oleh media radio yang memiliki positioning Radio Humor dan bersegmentasi segala usia.

2. Terkait dengan Materi Siaran TV Sitcom
Trans TV sebagai tv sitcom merupakan langkah yang sangat besar karena menjadikan Trans TV berbeda dengan tv lain & menetapkan identitas Trans TV. Seperti yang dilakukan sebelumnya oleh Metro TV sebagai TV berita, Jogja TV - TV lokal sebagai tv penerus tradisi Jogja, Lativi sebagai TV Kartun. Memang pada perkembangannya tv akan selalu membuat acara yang berbeda setiap harinya, kesemuanya ditujukan untuk memperoleh jumlah pemirsa terbanyak yang akan mempengaruhi rating dan juga input pemasukan perusahaan berupa iklan. Tapi kalau semuanya ditujukan untuk meraup keuntungan, mudah saja setiap TV tinggal menayangkan apa permintaan pasar.

Menampilkan tayangan yang diminati pasar? Akan tetapi, apakah hiburan saja misi dan visi siaran tv (bersifat entertainment). Mungkin kalau ini dijadikan rencana jangka pendek tidaklah mengapa, ini berarti tv masih mencari jumlah pemirsa. Namun sebagai rencana jangka panjang hendaknya ada sebuah inovasi, bagaimana mem-blend acara hiburan namun sarat dengan pesan edukatif, moral teaching.

Kalau ketiga hal tersebut, saat ini sudah diaplikasikan oleh Trans TV dalam materi siarannya terkait dengan format sitcom, ada satu hal yang perlu ditekankan kembali untuk merefresh apa sebenarnya fungsi humor itu? Humor membuat orang tertawa, menggelitik urat syaraf, dan membikin hati lepas dari beban fikiran/ stress. Jadi humor peregang ketika syaraf & otot tegang dengan mengaktfkan hormon endhorphin. Satu lagi tujuan dari humor yakni Humors make people addicted, artinya bukan humor yang bersifat lucu saja tapi berisi pengetahuan, dan terpenting membuat orang kecanduan untuk menonton, memperoleh sesuatu dari tayangan sitcom.

Tujuan akhir sebenarnya untuk memperoleh pemirsa yang memiliki loyalitas tinggi (brand loyalty). Sulit memang, tapi ini harus menjadi dasar pemikiran bagi para creator (sumber daya manusia di belakang layar). Ini bukan hal yang idealis tapi mewujudkan misi Trans TV sebagai change of agent. Memberikan angin baru sebagai media pendidikan/ pengetahuan yang tidak dogmatis, statis, dan tidak membosankan karena di kemas secara apik, serius tapi santai. Sehingga Trans TV dituntut untuk lebih berwarna mengikuti perkembangan zaman, apalagi menjawab tantangan yang menghadang didepan, dimana tv semakin bertambah bahkan persaingan dengan media lain-pun makin tajam.

Oleh karena itu baik dalam program acara / materi Trans TV harus innovative, terus belajar agar memiliki unique selling point (USP) tinggi. Sehingga terkait dengan permintaan khalayak (komersial) Trans TV harus mampu menjadi media yang bersinergi dengan berbagai kepentingan dimana menjadi media iklan bagi para stockholders, dan menjadi media pendidik (educated media), media hiburan (entertained media - audiovisual). Oleh karena itu materi siaran sangat menentukan, terlebih lagi didukung para creative team yang solid, smart, cermat dalam mem-package sebuah acara sehingga menarik (catching eyes and catching ears). Memang dibutuhkan tenaga ekstra untuk memperoleh hasil optimal tetapi ini merupakan tugas luhur bagi Trans TV. Trans TV sebagai media pendidikan & hiburan (edutainment) terkait materi siaran.

Kalau diibaratkan sebuah film, mengapa film buatan dalam negeri kalah jauh dengan film luar negeri (meskipun sekarang ini perfilman Indonesia sedang berkembang). Kita harus mengakui kalau film luar negeri memang digarap secara maksimal baik dari segi penciptaan cerita / skenario, sutradara, pemain, hingga segi pendanaan operational benar-benar termanage dan avalailable dengan baik. Tapi apa itu saja yang harus diketahui untuk membuat sebuah film yang berbobot diperlukan dana yang sangat besar (kata orang jawa: “ jer basuki mawa bea”, hasil terbaik pasti membutuhkan dana). Kalau boleh diterjemahkan bukan hanya dana / material saja yang dibutuhkan akan tetapi, bagaimana kemampuan untuk meng create sebuah film yang biasa, namun penuh dengan pesan moral (full moral message) dan social critics. Untuk mendapatkan simpati dari pemirsa bukan berarti sutradara harus membuat film yang dipenuhi dengan kesedihan, kemiskinan, kehinaan, dsb-nya, bukan berarti pula untuk menciptakan scene kebahagiaan, orang harus membuat orang tertawa kecil ataupun terbahak-bahak. Sedangkan untuk membuat adegan kekerasan, sutradara tidak harus selalu membuat film bersetting peperangan, atau bencana alam. Karena suasana tersebut bisa terbangun dengan adanya penokohan dan gaya penceritaan yang menarik & menimbulkan curiosity.

Begitu juga pendapat saya berkaitan dengan wacana baru Trans TV menjadi tv sitcom. Di satu sisi mungkin Trans TV ingin membuat sebuah perbedaan atau positioning sebagai tv sitcom yaitu hiburan. Dengan target audience yaitu segala umur atau semua lapisan masyarakat. Semua ini diharapkan agar memperoleh jumlah pemirsa yang banyak. Sehingga nantinya ketika orang ingin menonton program menghibur, pasti mereka akan memantau Trans TV. Tapi kalau boleh dicermati dari sisi yang lain, sebagai tv sitcom apakah mungkin akan menjadi pilihan ketika orang membutuhkan informasi – informasi yang berbobot seputar perkembangan teknologi, pengetahuan, ekonomi/ bisnis, karir, perkembangan sosial, dan sebagainya. Apakah mungkin tv sitcom ini menampilkan materi siaran yang bersifat laporan berita. Karena orang cenderung memilih program tv yang sudah memantapkan diri sebagai tv berita atau tv yang memiliki acara pemberitaan formal.

Adalah PR besar bagi Trans TV agar seluruh materi siaran-nya mampu menyesuaikan dengan format yang sudah dipilih. Sehingga semua acara yang disiarkan Trans TV merupakan jam prime time yang diminati oleh seluruh audience. Tapi yang perlu dipahami sebagai tv yang sudah menentukan segmentasi / positioning, target audience akan memiliki jumlah pemirsa yang berbeda. Misalnya tidak mungkin anak usia belasan akan menonton Metro TV acara berita ekonomi dan bisnis. Karena Metro TV sudah menentukan target audience yaitu para pengusaha, pebisnis, profesional, pemerintahan, dan berdasarkan umur untuk usia produktif., sehingga bisa dipahami hanya kalangan tertentu saja yang menikmati, dari segi jumlah lebih sedikit. Tapi Metro TV memiliki program-program yang berbobot, educatif, dan informatif. Meskipun ada beberapa acara yang bersifat hiburan/ entertainment tapi tetap bersifat news.

Sedangkan kalau Lativi memiliki positioning sebagai TV Kartun. Maka target audience-nya pastilah anak-anak, kalaupun orangtua ada karena mereka ingin mendampingi anak-anak. Tapi film kartun sekarang ini memang tidak sepenuhnya baik dikonsumsi oleh anak, karena ada beberapa film kartun ditujukan untuk menarik minat remaja dan dewasa karena berbau sex dan kekerasan. Ini berarti untuk menjadikan sebuah tv memiliki positioning harus difikirkan lebih jauh.

Untuk itu jika Trans TV sebagai tv sitcom berarti siaran tv harus dipenuhi dengan materi bersifat komedi ataupun hampir seluruh acara dibawakan dengan humour personality / serius tapi santai (seperti acara Ceriwis, Dorce Show- Oprah Winprey Indonesia, Tangkap). Komposisi 85 %-90% (untuk komposisi materi siaran menyesuaikan, porsi sitcom lebih banyak). Berarti 85% - 90% acara bersifat hiburan atau entertainment. Kalau ini memang benar ingin diterapkan, disatu sisi sangat disayangkan ketika Trans TV memiliki program Reportase yang begitu selektifnya mencari reporter/ presenter handal. Acara ini kalau digarap lebih maksimal bisa mengungguli liputan 6 SCTV dan Metro TV. Tapi tentu saja bukan hanya dari segi penampilan presenter news saja yang good looking, tapi kemampuan mereka membuat pemirsa ingin tahu apa yang disampaikan atau menampilkan kecerdasan / smart looking, kritis terhadap segala permasalahan.

Selain itu, program Reportase merupakan salah satu High Light dari program Trans TV. Karena acara berita seperti ini sangat informatif dan berbobot dan ditunggu-tunggu oleh pemirsa. Kemudian untuk pemikiran kedua, kalau Trans TV ingin dijadikan sebagai tv sitcom, saya harap bukan hanya sitcom seperti Extravaganza, Bajaj Bajuri saja yang akan ditonjolkan. Mungkin perlu membuat sitcom seperti Huxtable, sitcom Friends, Stainfield (meskipun ada beberapa sitcom yang dibuat Trans TV mirip dengan sitcom ini berisi tentang romantika kehidupan, persahabatan, percintaan tapi didalamnya full dengan pesan moral. Pesan moral bukan hanya untuk remaja dewasa, tapi anak-anak, orang tua, semua umur. Meskipun sebagai tv sitcom atau tv komedi yang membuat banyak lelucon/ hiburan, tapi Trans TV jangan sampai menjadi tv yang membuat tertawaan murahan (silly movie/ silly drama series). Sehingga perlu menjaga image yang baik dari pemirsa, stockholders dan mendapatkan review yang baik dari para kritikus.

Menjadi tv sitcom bukan berarti Trans TV tidak menayangkan acara dialog yang berbobot tentang permasalahan-permasalahan aktual yang sekarang ini sedang terjadi. Tentu saja dengan suasana yang berbeda dari dialog tv berita, dialog dibuat lebih santai tapi menggigit dan kritis, seperti dialog yang dibawakan Wimar Witoelar. Kenapa talkshow seperti ini harus ada? karena diharapkan Trans TV juga memiliki tujuan untuk ikut melaporkan detik demi detik perkembangan kehidupan nasional.

3. Terkait dengan menu acara
Diantara stasiun televisi yang lain Trans TV sebagai pendatang baru telah memiliki konsep yang bagus yaitu dengan menawarkan block programmes dengan Highlights, diantaranya: Reportase, Insert, Comedy situation; Extravaganza & Bajaj Bajuri, Sinetron religi; Insyaf, Sinema spesial.

Program Reportase dan Insert yang merupakan acara reguler masih perlu ditingkatkan. Bagaimana kalau Program Reportase lebih meningkatkan kedekatan antara penyiar selaku penyampai berita dengan pemirsa (dimunculkan human touch dengan pemirsa, sehingga ada keterkaitan bathin antara pemirsa dengan presenter). Sehingga yang terpatri dalam fikiran pemirsa adalah nama penyiar, acara Reportase, dan jam siar. Kemudian terkait dengan materi berita, lebih variatif dan menggigit, dan tidak perlu menambahkan spot / angle yang tidak perlu.

Berita actual seperti Program Reportase Trans TV tidak kalah bersaing dengan tv pendahulunya. Dari segi pemilihan dan pemaparan berita sudah bagus. Tidak ada pengulangan berita sebelumnya, tapi benar-benar berita unik dan bisa menggali lebih dalam, dan yang pasti gambar berita tidak diambil dengan angle yang sama. Sehingga pemirsa tidak bosan, dan tidak bisa menebak apa gambar selanjutnya. Namun perlu adanya peningkatan lagi, misalnya untuk Reportase Investigasi penting adanya conclusion dalam sebuah berita. Sehingga Reportase Investigasi bukan hanya bersifat pemaparan sebuah fenomena saja tapi ada good ending yang diberikan. Misal, pelaku ijasah palsu dibekuk, pelaku korupsi berhasil ditangkap, sehingga media benar-benar bersifat kontrol sosial & agent pemberantasan kejahatan. Sebagai tambahan, perlu adanya dialog khusus tentang permasalahan aktual, dengan menghadirkan narasumber praktisi, maupun pelaku / korban di akhir Reportase. Misal; kasus yang sedang marak sekarang ini kasus Lia Aminuddin, yang sempat meresahkan masyarakat. Mungkin banyak televisi yang cenderung menayangkan Lia Amuniddin dan rekan-rekannya dievakuasi dari tempat tinggalnya. Berbagai media membidik peristiwa ini. Dan cenderung membuat dialog interaktif yang dihadiri ahli agama, pakar salamullah, dsb-nya. Oleh karena itu Trans TV harus memiliki kejelian dalam menampilkan peristiwa bukan hanya berita penangkapan saja tapi yang lebih penting. Apakah sisi menarik dari seorang Lia Aminuddin, mengapa ia begitu mudah mempengaruhi orang-orang sekitarnya apa ia memakai gendam, bahkan kalau mungkin mengusut latar belakangnya, apa mungkin dia memiliki gangguan jiwa saat masih kanak-kanak ( mengalami childhood neurosis). Mungkin ini akan sangat kontroversial tapi Trans TV harus membuat satu berita yang unik.

Selanjutnya untuk program-program yang mengangkat human interest/ masalah psikososial, kesehatan, budaya, religi, teknologi-sains, pendidikan, kelestarian lingkungan ditingkatkan lagi. Memang ini tidak begitu menarik dibanding acara gosip, atau sinetron, tapi yang pasti kuncinya bagaimana mempackage permasalahan –permasalahan tersebut dalam bentuk visual yang menarik, mendidik, full moral message. Sehingga info atau feature tersebut memiliki kekuatan mempengaruhi pemirsa.

Untuk Insert, program mengupas kehidupan selebriti ini memang banyak diminati oleh masyarakat, dan seluruh stasiun televisi menayangkan dan menjadikan program ini sebagai program utama di putar di jam prime time. Memang Insert Trans TV sudah dibedakan menjadi 3; Insert Pagi, Insert Siang, Insert Langkah Selebriti (success story) dan Insert Investigasi. Dan perbedaannya hanya pada air personality penyiar,tapi terkait isi siaran sama, semua mengupas tokoh / selebriti yang sama bahkan pengambilan angle-nya- pun sama. Hanya di Insert Investigasi satu permasalahan dikupas meskipun belum secara tuntas sampai solusi konflik.

Oleh karena itu, akan lebih baik kalau di Insert investigasi ada sesuatu yang berbeda dan exclusive, Trans TV mendatangkan langsung pihak-pihak yang terkait untuk duduk dalam satu meja membicarakan permasalahan yang ada, dan diharapkan pada saat itu juga terbuka jalan perdamaian. Jika sulit mempertemukan pihak-pihak tersebut reporter bisa mendatangi kedua pihak dan membuat dialog langsung antar keduanya. Ini memang sulit tapi image yang akan muncul bahwa Trans TV as a solution media to make a good relation, jadi semua tokoh/ selebriti yang bertikai akan langsung menunjuk Trans TV sebagai corong perdamaian. Ini akan menguntungkan Trans TV menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.
Dari keseluruhan acara Trans TV telah memiliki benang merah yang kuat, dengan menggunakan kaidah jurnalistik yang bertipe sama untuk setiap acara misal Reportase, Insert, Fenomena. Sehingga setiap acara hampir sama proses pengerjaannya, tidak ada variasi. Yang membedakan air personality dari presenternya, ada yang formal, kaku/ tegang, santai. Sesuai dengan format yang ditetapkan oleh art director.

Dari ketiga program tersebut memang peran dari scriptwriter begitu kuat. Presenter membawakan berita sesuai script, dan memang diformat seperti ini. Untuk masalah script, secara keseluruhan menunjukkan kecerdasan, intelektual dari pembuatnya, tapi terkadang ada beberapa hal yang tidak begitu dinikmati oleh khalayak umum. Misal, untuk Fenomena bertajuk Lesbian. Dilihat dari pembuatan script begitu maksimal dan berbobot, banyak menggunakan kata-kata asing, tapi sulit di cerna dan dinikmati oleh pemirsa. Sehingga yang nampak script cenderung dominan mempresentasikan intelectual pembuatnya daripada memperlihatkan kecerdasan dari presenter membawakan masalah yang ada. Sehingga nampak aneh, ketika prolog presenter begitu berbobot dan ketika sesi dialog dengan narasumber presenter terlihat tidak menguasai permasalahan bahkan membaca script tapi kurang meyakinkan. Padahal presenter adalah ujung tombak berhasilnya setiap acara, alangkah baiknya semuanya mendukung satu dengan yang lain. Tidak ada one man show.

Publikasi. Keseluruhan acara dari Trans TV memang menarik untuk jadi pilihan, dan terkait dengan masalah publikasi jangan sampai terlewatkan. Tidak menutup kemungkinan Trans TV bekerjasama dengan media partner untuk publikasi acara. Semua media, seperti media cetak (koran; majalah; tabloid), media elektronik -media radio, internet, bahkan pamflet/ selebaran semua bisa digunakan, tidak terkecuali dengan para provider untuk memberikan layanan sosialisasi program (bahkan melalui sms masyarakat bisa mendapatkan humor lucu ala Trans TV). Jika kerjasama dengan media begitu kuat, program humor Trans TV bisa direlay oleh seluruh jaringan radio, dan juga mengisi kolom kecil di media cetak. Intensitas publikasi menentukan keberlangsungan trade mark / image sebuah televisi di hati / fikiran pemirsanya. Selain itu merchandize Trans TV pasti jadi kebanggaan bagi pemirsanya.

Sebagai wujud sosial, ada baiknya Trans TV sebagai PH membuat iklan pesan layanan masyarakat yang menggigit, misalnya iklan layanan program promosi membaca, program reboisasi / pelestarian lingkungan, program sosialisasi UU, misal; UU dosen/ guru, UU ilegal logging, UU no trafficking, UU KDRT, UU Pornografi & Pornoaksi, dll). Jika iklan layanan tersebut menarik, maka buyers akan datang dengan sendirinya. Tidak menutup kemungkinan bekerjasama dengan beberapa departemen karena mereka banyak memiliki post dana untuk sosialisasi program kerja mereka. Ini bukan berarti tv menjadi corong pemerintah. Trans TV sebagai change of agent through Indonesian Jaya dan usaha Trans TV mempersiapkan generasi bangsa ini dalam menghadapi masa depan yang penuh persaingan.

Saya rasa cukup sekian secuil pemikiran saya, semoga Trans TV menjadi Milik Bersama bagi para Pemirsa-nya dan Tumpuan Hati Pemikiran para Creator-nya).


presented by PAN ( Yogyakarta Januari 17, 2006)

  • Share:

You Might Also Like

3 Comments