Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan lepas dengan apa yang dinamakan etika atau tata cara bertindak- tanduk, semisal etika ketika; bertelpon, berkenalan, makan, beribadah, berpakaian, bahkan etika berbicara di depan umum ada aturan atau kaidahnya. Begitu juga yang terjadi dalam dunia bisnis, ada etika bisnis.
Munculnya integrasi antara etika dalam bisnis berawal dari degradasi moral atau spiritual (chaos) dalam dunia bisnis modern, yang cenderung mengedepankan pada keuntungan finansial saja, sehingga keadilan dan keseimbangan sosial dalam dunia bisnis hampir tidak ditemukan. Padahal, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada dalam dunia bisnis akan makin membuka peluang iklim kompetisi yang makin sengit.
Bagi pelaku bisnis yang memiliki kekuatan modal besar, tentunya bukan hal sulit untuk mempertahankan perusahaan, bahkan goal utama yang ingin dicapai adalah menjadi pemimpin pasar (market leader) dengan melakukan expansion secara besar-besaran.
Sedangkan, bagi pengusaha kecil untuk survive saja membutuhkan usaha yang keras. Jika hal ini tidak diimbangi iklim bisnis yang baik atau mendukung, dimana terjadi kesenjangan bisnis yang begitu signifikan, semisal yang besar menggilas yang kecil, pada akhirnya teriakan atau jeritan kaum termarginalkan yang akan mendominasi. Terlebih lagi jika genderang praktik-praktik kapitalis kembali dikumandangkan, monopoli menjadi penguasa dan korupsi merajalela, tentu membuat dunia bisnis semakin terpuruk.
Etika Bisnis Islam hadir untuk memberikan pencerahan bagi perkembangan bisnis di dunia. Etika ini, selain urgen untuk mengembalikan moralitas dan spiritualitas ke dalam dunia bisnis, topik ini juga menarik untuk dibicarakan. Beberapa penulis atau peneliti dalam bukunya mengemukakan pendapat sebagai berikut : R. Lukman Fauroni; dalam bukunya berjudul “Etika Bisnis dalam Al Quran” mencoba untuk meng-counter pandangan De George mengenai “mitos bisnis amoral”, yang sebelumnya sudah diulas oleh Mansour Fakih dalam bukunya “Bebas dari Neoliberalisme” (2004).
Menurut Fakih; para penganut neoliberalisme memperjuangkan leisson feire (kompetisi bebas) dan mengkampanyekan bahwa dunia bisnis sama sekali tidak ada kaitannya dengan etika. Sedangkan menurut A. Hanafi dan Hamid Salam, Etika Bisnis Islam merupakan nilai-nilai etika Islam dalam aktivitas bisnis yang telah disajikan dari perspektif Al-Quran dan Hadist yang bertumpu pada enam prinsip, terdiri dari kebenaran, kepercayaan, ketulusan, persaudaraan, pengetahuan dan keadilan.
Selanjutnya, Mahmud Muhammad Babily dalam buku al-Ushul al-Fikriyyah wa al-'Amaliyyah li al-Iqtishadial-Islam juga menguraikan dasar-dasar pijakan bisnis Islami. Menurut Babily, Islam selalu mengajak untuk mengatur masalah muamalah di antara sesama manusia atas dasar amanat, kejujuran, memenuhi janji, melarang tipu daya dalam berdagang, melarang jual-beli gharar dan lainnya. Praktik-praktik bisnis yang dilakukan dengan segala cara jelas harus ditinggalkan. Dari beberapa pendapat tersebut penulis belum menemukakan ulasan mengenai Etika Bisnis Islam dalam sebuah perusahaan. Untuk itu menarik sekali jika kita mengupas secara mendalam Etika Bisnis Islam dalam perusahaan yang kita naungi sekarang. (submitted for my assignment Muchlish, PAN, Yogyakarta, 2008)
0 Comments