Dr.Ir Ciputra merupakan
entrepreneur sekaligus akademisi yang belajar dalam sekolah kehidupan yang
dinamakan wirausaha. Mengawali usaha dari sesuatu yang dekat dengan dirinya, bisa saya katakan seorang Ciputra pengusaha ideal, bagaimana tidak, bekerja dan
membuka peluang pekerjaan atau usaha sesuai dengan minat bidang studinya yaitu
arsitektur, developer, properti yang ketiganya memiliki hubungan dekat. Hingga
usahanya mengakar kuat, dan menjadi leader di line bisnis yang digelutinya
bahkan mampu melakukan ekspansi hingga internasional sebelum perusahaan
memiliki ide untuk berkembang luas.
Filosofi Ciputra
menurut penulis, salah satunya adalah semangat berinovasi, semangat untuk
bekerjasama (pengendalian diri, win win solution untuk kepentingan bersama,
semangat untuk melintasi batas, dan makna berbagi terhadap sesama, sehingga
gema entrepreneurship terus digaungkan bahkan jauh sebelum pemerintah memiliki
target menciptakan 4 juta wirausahawan.
Saya yakin mungkin
masih banyak kredo yang dimiliki oleh seorang Ciputra, sehingga mampu memegang
kendali usaha yang bukan hanya ratusan mungkin ribuan anak usaha. Belajar dari
para visioner, transformer tersebut, penulis belajar bagaimana sosok seorang
pendiri atau CEO yang memiliki personal entrepreneurship mampu membreakdown-nya
menjadi corporate entrepreneurship. Yang kedua saya semakin meyakini bahwa
seorang entrepreneur bukan mesthi keturunan dari seorang entrepreneur atau
pengusaha, namun jiwa kewirausahaan bisa dimiliki siapapun karena bisa dipelajari,
hal ini terbukti pada sosok Ciputra yang menularkan motivasi wirausaha bagi generasi muda (masa depan).
Begitu juga saya
mengawali membuka usaha, memilih sesuatu yang dekat dengan hati dan kehidupan saya.
Usaha WeddingPlannerPoetry yang saya geluti saat ini adalah
usaha yang muncul ketika saya mengalami kesulitan kaitannya dengan bagaimana
seorang yang ingin menikah bukan hanya berfikir atau mempertimbangkan soal
bagaimana mewujudkan penyelenggaraan pernikahan yang sakral sesuai dengan
keinginan, kebutuhan, tapi juga melihat kemampuan (budget/finansial), tapi bagaimana banyaknya kesibukan yang ada
seorang pengantin harus mampu membagi waktu sehingga pekerjaan
bisa diselesaikan, kuliah bisa seiring sejalan, dan pernikahan bisa berjalan dengan
lancar.
Pernikahan atau
perkawinan. Meskipun dalam budaya Jawa sendiri merupakan tanggung jawab dari
orang tua setelah anak lahir didunia, tugas dan kewajiban orang tua juga untuk
merawat, memelihara, mendidik, membesarkan, serta memberikan pendidikan bagi
anak, bahkan untuk menghantarkan jenjang ke pernikahan masih menjadi tugas kewajiban bagi
orang tua. Dan saya yakin budaya ini bukan hanya di Jawa saja ada berbagai
daerah lainnya. Mencoba mendobrak budaya tersebut bahwa kita sebagai anak sekuat tenaga harus mampu bersikap
mandiri tidak terus bergantung kepada orang
tua, dan sebagai wujud bakti kami kepada orang tua untuk maka terwujudlah konsep Wedding Planner Poetry (WPP).
Jika difikir usaha weddingplanner/ wedding
organizer adalah usaha yang banyak bahkan ribuan orang menggeluti bidang jasa
ini. Di kota-kota besar sendiri terdapat puluhan (diatas 50) itu saja WO yang
berpromosi melalui internet, belum mereka menggunakan media atau platform yang
lain. Sedangkan untuk usaha WO potensi pasar masih cukup besar, hal ini dilihat
dari jumlah penduduk di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2010 kota-kota
di Indonesia yang berpenduduk di atas 100.000 jiwa (menurut id.wikipedia.org
terdapat 85 kota. Jakarta sendiri
sebagai megapolitan terdiri dari
lima kota administratif dan satu kabupaten administratif, dijadikan sebagai
satu kota yaitu Jakarta (Jabodetabek) 28.019.545
jiwa dan
tiga wilayah metropolitan lainnya adalah Surabaya 9.115.485, Bandung
7.622.905 jiwa, Medan 4.144.583 penduduk.
Sedangkan jika
tempat dimana penulis bermukim Yogyakarta tercatat 388.627 penduduk. Dan jumlah
ini bertambah dari tahun ke tahun. Artinya jika kita bicara tentang pertumbuhan
dan perkembangan penduduk, maka angka kelahiran, pastinya akan diikuti dengan
jumlah pernikahan. Meskipun banyak sekali pemain yang bermain dalam bisnis ini,
namun penulis yakin visi misi yang dimiliki, segment target positioning yang
dituju, serta unique selling point, differensiasi produk membuat produk atau
layanan jasa yang dimiliki berbeda dengan jasa wedding organizer/ wedding
planner yang sudah ada. Meskipun dalam tulisan ini kami belum menyampaikan
secara detail bagaimana strategi persaingan kami namun dengan melihat
lingkungan pasar (internal, eksternal), mengukur SWOT (kekuatan, kelemahan, kesempatan atau peluang,
ancaman) kami optimis mampu memasuki tahun 2015 dimana perdagangan tunggal MEA,
dengan cara memperkokoh fondasi usaha kami, sehingga visi misi WeddingPlannerPoetry terwujud.