Catatan Pertama Ketua KPK

By poetry - 00.36



Pada hari Sabtu tepatnya tanggal 10 November 2012, kami mendapat kehormatan untuk menyaksikan acara ijab kobul saudara yang berlangsung pada jam 09.00 wib (pagi) di kabupaten Gunung Kidul.. Sebelumnya kami harus berkumpul di tempat mempelai pria yang berada di pusat kota Jogjakarta. Agar tidak terlambat kami pergi pagi-pagi sekali. Kami menyadari dalam kegiatan apapun apalagi moment yang begitu special, kata "terlambat" alias korupsi waktu  adalah hal yang sangat memalukan, bisa-bisa hanya menunggu satu orang saja,  menghambat keberangkatan rombongan mempelai pria menuju tempat akad nikah tepat waktu.

(Bicara tentang korupsi mengutip facebooker rakosa radio tentang korupsi itu apakah peluang, kebutuhan, memperkaya diri sebagai berikut hasilnya)


Berangkat jam 05.00 pagi ketika hujan masih turun dengan lebat. Alhamdulillah, jalanan lancar sehingga dari rumah kami yang berada di pusat  kota pemerintahan kabupaten Sleman hanya membutuhkan 1 jam saja, jam 06.00 kami sampai, dan tidak berapa lama rombongan mempelai pria bersiap untuk berangkat. Sekitar 12 rombongan iring-iringan siap berkonvoi. Karena lima hari kerja maka hari Sabtu-pun libur, volume kendaraan cukup padat, tapi tidak menghalangi kendaraan berkonvoi memecahkan kesunyian pagi. 

Berikutnya, alhasil tidak memakai Voorijder mobil iringan pengantin  yang satu dengan yang lain agak berjauhan sehingga kurang nampak terlihat sebuah kebersamaan (alias berjalan sendiri-sendiri). Ketika kami sudah melewati daerah Piyungan, bersiap naik menuju  tebing tinggi (Wonosari) kata orang, jalanan yang berliku dan  cenderung naik, dipenuhi oleh motor, mobil pribadi, angkutan umum, truk melintas dengan cepat. Melihat pepohonan, rumah, tebing dikanan kiri, melintasi jalanan yang sering disebut irung petruk  (Jawa) atau hidung petruk (Indonesia)  untuk menyebutkan jalanan yang menukik tajam, sampai akhirnya mobil kami melewati hutan yang disebut hutan wanagama. Wana dalam bahasa jawa berarti alas. 

Di tempat tersebut, tidak ada rumah penduduk, tidak nampak ada orang berjalan kaki, yang ada hanya hutan lebat di sepanjang kanan dan kiri, banyak cerita horror yang berkembang disitu, tapi banyak juga mahasiswa atau tim pramuka yang menjadikan tempat tersebut sebagai tempat berlatih pecinta alam, untuk berkemah dan sebagainya. Tiba-tiba dari arah belakang seorang pria yang masih muda menyelip mobil kami meminta mobil yang kami tumpangi untuk segera minggir dan mengatakan “Pak!!!”, sambil melambaikan tangan memberikan kode agar mobil minggir, dari balik helm hitam, pria muda tersebut mengatakan “…ban depan bocor Pak!!”, otomatis kami berjalan agak pelan, berikutnya  seorang bapak yang memboncengkan istri dan anaknya juga menyalip kami dan mengatakan kami harus segera minggir karena ban bocor, bahaya. Segera driver  melambatkan mobil dan mencoba lebih kepinggir pelan-pelan. Kami-pun segera berhenti dan meminggirkan mobil yang ditumpangi.

Ketika kami keluar, Ya Allah …benar !! karet ban depan robek dan sampai habis. Kebetulan kakek Sugi yang duduk didepan tadi mengatakan bahwa tidak jauh dari tempat kami berdiri, sebelumnya mendengar ada suara aneh dari bawah mobil, iya mungkin ketika ban pecah tadi dan membuat mobil yang ditumpangi nampak sedikit oleng.

Saat melihat kami berhenti, mobil iringan pengantin yang berada tepat dibelakang kami, memberikan tanda  (tin-tin) sebagai tanda justru ingin mendahului, disusul mobil iringan pengantin lainnya. Kami tertekun, mengapa tidak ada orang yang berhenti dan mengaruhkan dalam istilah Jawa yang berarti memperhatikan atau peduli. Kenapa tidak ada yang berhenti serta menanyakan keadaan kami. Saat itu juga suami segera memeriksa kondisi ban yang bocor. Melihat ban yang bocor, kempes sampai ban tidak bersisa, kamipun sebagai penumpang berhamburan keluar, ada 3 orang manula (1 kakek) dan 2 nenek, berikutnya 2 anak balita masing-masing berumur 2 dan 3 tahun perempuan dan laki-laki. Dan 2 orang ibu (yaitu saya dan kakak perempuan saya). Sebenarnya kami berencana membawa dua mobil, tapi karena dirasa tidak efektif maka jadilah satu mobil yang digunakan. Dongkrak sudah dikeluarkan dan dipasang tinggal kami mengambil ban cadangan, ternyata kami kesulitan mengambil ban cadangan karena besi panjang yang kami gunakan mudah terlepas, kami pun meminta pertolongan pada kendaraan atau mobil yang lewat. 

Dari sekian banyak mobil yang melintas, mobil pribadi, motor, bahkan mobil seperti milik pihak berwajib tidak berhenti ketika kami meminta pertolongan. Waktu itu kami fikir karena sesama mobil Innova maka kami lambaikan tangan untuk meminta pertolongan, tapi tidak berhenti, berikutnya kami lambaikan tangan untuk mobil sesama Toyota, ternyata tidak juga, kami lambaikan mobil untuk mobil merek lain, tidak juga. 

Alhamdulillah  ketika kami meminta pertolongan kepada pengemudi truk, truk pengangkut pasir itupun berhenti, ada tiga orang yaitu satu pengemudi dan lainnya penumpang truk yang bersedia turun untuk membantu kami, karena kami membutuhkan alat panjang pengambil ban. Maka dengan sigap, selanjutnya, salah satu diantara mereka mengambil alat yang dibutuhkan, dan menghampiri kami, dan kami nyatakan kami membutuhkan pertolongan mengambil ban. Bertiga- bapak-bapak tersebut segera mengambil ban dengan bekerjasama, mengeluarkan ban cadangan dari belakang dan bawah mobil. Satu diantaranya mengangkat beban mobil, yang satu, mendorong dari bawah tempat ban diletakkan, dan yang satu memegang alat pengambil ban. Alhamdullilah ban mobil cadangan dapat terambil dan kemudian bertiga- mereka segera memasang ban depan. Tidak berapa lama, akhirnya selesai.  

Alhamdulillah, terima kasih Bapak-Bapak pengemudi truk, terimakasih telah membantu kami, telah mau berhenti ketika kami melambaikan tangan butuh bantuan, terima kasih telah sigap membantu menuntaskan masalah. Terimakasih akhirnya kami bisa berjalan dan meneruskan perjalanan sehingga kami bisa sampai di lokasi tujuan, tepat waktu, dan acara ijab baru mau akan dilaksanakan. Tidak ada yang bisa kami sampaikan hanya Allah yang akan membalas kebaikan Bapak bertiga. Bapak adalah pahlawan kami di hari pahlawan ini.   

Ada banyak hal yang bisa menjadi pelajaran bagi kami.  Pertama, kami tidak menyalahkan pengemudi (baca:suami) kenapa tidak men-check terlebih dahulu, peralatan  yang dibutuhkan ketika akan pergi jauh, biasanya kami memang pergi dengan driver dan tidak pernah mengalami ban bocor.  Ini sebuah halangan tapi juga pembelajaran bagi kita semua, bahwa segala sesuatu harus dipersiapkan dengan baik dan matang. Kedua, kami juga tidak menyalahkan saudara –saudara kami yang ketika melihat kami berhenti tapi justru melintas dengan cepat, tidak menanyakan kondisi kami, hingga terakhir kami sampai ditempat tujuan mereka baru bertanya dan mengatakan fikiran mereka “ o… saya fikir berhenti karena ada yang mabuk”.  Meskipun  kami sebelumnya telah sms dan memberikan informasinya kami “kebanan” dalam istilah jawab ban bocor. Ketiga, kami tidak menyalahkan sesama pengendara yang tidak memberikan pertolongan dikala kami membutuhkan, padahal nampak terlihat banyak orang tua, balita yang menangis, perempuan-perempuan yang berdiri di pinggir jalan. Keempat, kami tidak menyalahkan siapapun, justru kami ingin berterima kasih kepada pengemudi truk yang sudah membantu kami, hingga kami bisa meneruskan perjalanan. Kelima, kami menyadari pentingnya peran komunikasi, dan pentingnya arti komunitas. Kami belajar dari para pengemudi truk, dimana ketika satu truk tersebut berhenti, semua truk yang melintas memberikan kode apakah mereka harus berhenti dan memberikan bantuan kepada pengemudi truk tersebut. Dan pengemudi truk tersebut memberikan kode tidak perlu berhenti, sebagai tanda mereka telah bisa mengatasi.  Wah luar biasa, inilah yang dibutuhkan oleh sebuah negera, kehadiran orang-orang yang bekerja keras, tanpa pamrih, rela berkorban memberikan pertolongan, hanya dengan lambaian tangan mereka sudah paham yang dibutuhkan, dan bagaimana kuatnya sebuah komunitas pengemudi truk bahwa mereka bekerja, hidup lebih dari kata yang disebut saudara, tapi menjadi orang yang merasakan senasib dan sepenanggungan, itu yang dibutuhkan. 

Sudahkah kita seperti itu. Apapun partainya, apapun label/ merek yang anda miliki, apapun pekerjaan, stasus sosial anda, satu yang berarti kita semua adalah masyarakat Indonesia, hidup dan berkehidupan di bumi yang kita cintai. Sudahkah, kehadiran kita menjadi cahaya bagi sekitar. Sudahkan kita hidup dalam kepedulian sosial.

Dalam rangkaian peristiwa tadi ada banyak hal yang bisa dipetik pelajaran, sebagai contoh kata “kami”yang mewakili sebagai anggota masyarakat atau korban atau orang yang dalam kesusahan. Sedangkan peran KPK ibarat “pengemudi truk”, “lambaian tangan” berarti cara pengaduan masyarakat. KPK sendiri menerapkan whistle’s blower system. Sedangkan “ban bocor” bermakna sebuah permasalahan yang harus diselesaikan.

Ilustrasi di atas menegaskan bahwa bagaimana peran “komunitas pengemudi truk” yang melambangkan bagaimana kuatnya sebuah komunitas pendukung KPK dalam membangun sebuah integritas melalui komunikasi yang efektif dan efisien. Dan sebagai sebuah dukungan kepada masyarakat, bangsa Indonesia, serta dukungan terhadap KPK satu puisi berikut ini;

KPK Selalu di Hati 

Marilah hai semua Rakyat Indonesia                  
Marilah bersatu padu   
Kita tegakkan hukum
Kita berantas ketidakadilan di bumi pertiwi
Kita hapus kata tirani dan ingin menang sendiri
Yang ada Kesatuan dan Ketahanan Diri
Wujud Kemandirian sebuah bangsa

Bangsa yang menghargai cita-cita luhur negara
Bangsa yang memiliki kepribadian kuat
Bangsa yang menghargai jasa-jasa para pendiri
Bangsa yang memahami arti sebuah kemerdekaan
Kemerdekaan bangsa yang berdaulat
Berdaulat , Merdeka atau bebas dari segala penjajahan

Bebas dari segala kekerasan
Bebas untuk menyuarakan kebenaran
Bebas untuk berkata “Kami bangsa Indonesia Menjunjung Tinggi Nilai Luhur Kebenaran”

Kami cinta transparansi
Kami cinta hukum
Kami cinta kebenaran
Kami cinta keadilan
Kami cinta kebersamaan abadi
dalam wadah kesatuan Republik Indonesia

Mari Jadikan Diri menjadi Insan Berbudaya
Awali dengan Budaya Berprestasi
Karena Bangsa yang Berprestasi adalah Bangsa yang Menghargai Jati Diri

Kami tak kan mampu berdiri tanpa ada kaki kuat menopang kami
Kami tak kan mampu bergerak tanpa ada sensor motorik ditubuh kami
Kami tak kan mampu berdaya tanpa integritas tinggi
Integritas seluruh anak bangsa
Integritas seluruh masyarakat bangsa
Integritas untuk satu visi yaitu pemberdayaan insan sejati

Sejatinya bebas dari segala tindak korupsi
Korupsi yang merusak masa depan kita
Korupsi mengabu-abukan kebaikan dan keburukan
Korupsi mengaburkan antara peluang dan kebutuhan
Korupsi mencapuradukan barang halal dan haram
Korupsi merusak moral, dan masa depan bangsa

Marilah kita thaharah -kan badaniah dan thaharah-kah batiniah
Badan dan Batin Suci,
Mari Bersama Berantas Korupsi
Ciptakan Selalu Semangat Berprestasi
Berprestasi Bersama KPK
KPK Selalu di Hati
Di Hati seluruh bangsa negeri ini
Inilah Indonesia tanah tumpah darah yang kita cintai
Cintai dan Hormati

Kenapa penulis mengawali perjumpaan kali ini dengan sebuah puisi, iya benar puisi bisa menjadi sebuah spirit bagi sebuah bangsa, puisi bisa merepresentasikan suatu kondisi, puisi juga bisa sebagai pengobat hati atau pencerahan dan yang pasti lewat puisi dapat menjadi inspirasi, dan pemacu semangat agar hidup lebih bergairah. Ketika seorang sastrawan sendiri berjuang melalui karya-karyanya. Saya atau kami sendiri berjuang melalui cara kami. 

Dalam satu bait penulis bicara tentang Mari Jadikan Diri menjadi Insan Berbudaya dan Awali dengan Budaya Berprestasi. Penulis ingin berbicara tentang prestasi –prestasi yang sudah dilakukan KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri sebagai sebuah lembaga atau komisi yang nampak percaya diri bersumber dari kepercayaan diri kelembagaan apalagi didukung oleh para pemimpin yang memiliki leadership kuat sehingga nampak sekali pada sajian website, ketika membaca website KPK beralamat di www.kpk.go.id. Tidak salah memang jika pada tahun 2011, KPK berhasil menyabet juara 1 untuk kategori pelayanan informasi melalui internet, juara 2 untuk kategori penerbitan majalah internal, dan juara 3 kategori laporan kerja humas, ini yang menjadikan penulis bahwa budaya berprestasi memang harus mengakar pada semua lini kehidupan. Point kedua yang menjadi prestasi adalah peran divisi penelitian dan pengkajian yang selalu produktif untuk menelurkan hasil-hasil karya ilmiah, serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, lembaga internal, dan lembaga eksternal. 

Ketika saya diamanahkan untuk menjadi seorang pimpinan KPK yang saya lakukan memahami filosofi logo terlebih dahulu. Logo KPK, ditulis dengan huruf balok, dua huruf K berwarna hitam, sama besar, tegak, melambangkan bahwa KPK adalah sebuah lembaga berdasarkan hukum dan undang-undang dimana bersifat tenang, berwibawa menjunjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan tidak berat sebelah,  sedangkan huruf P berwarna merah melambangkan, bahwa KPK dalam segala tindakan, perilakunya berani karena benar, tidak takut, tidak dipengaruhi apapun dalam pengambilan keputusan yang ada hanya mengambil tindakan atas nama kebenaran. KPK memiliki visi misi yang kuat, memiliki visi menjadi lembaga penggerak pemberantasan korupsi yang berintegritas efektif, efisien, serta memiliki misi antara lain melakukan koordinasi, supervise, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, tindakan pencegahan Tindakan Pindana Korupsi (TPK) serta memonitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara, sekaligus merupakan tugas KPK. Tugas dan wewenang dan kewajiban KPK tercantum dalam Undang-Undang No. PER-08/XII/2008 tertanggal 30 Desember 2008, tentang organisasi dan tata kerja KPK. Satu profil yang penulis kenal dan sering mendengar kiprahnya sebagai alumni Universitas Islam Indonesia yaitu Busyo Muqodas. Sedangkan mewakili pemimpin atau intelektual muda yaitu Abraham Samad. Sedangkan figur pimpinan KPK lainnya antara lain Bambang Widjojanto, Zulkarnain, dan Adnan Pandu Praji. 

KPK sebagai trigger (pemicu atau pemberdayaan) lembaga lain untuk pemberantasan korupsi. Rencana strategi jangka panjang tercantum dalam road map KPK sebagai arah pemberantasan korupsi. Membaca dan memahami visi misi KPK sendiri penulis berkeyakinan memang lembaga ini dibentuk dengan fondasi kuat, modal Sumberdaya yang kompeten, manajerial manajamen maupun strategi, serta operasional yang baik, bukan itu saja penyediaan fasilitas yang memadai, monitoring terencana, management control system, tidak salah kalau GCG (Good Corporate Governance) sudah diterapkan dan menjadi landasan. Peran pemimpin KPK adalah agent of change, atau agen perubahan, bersifat transformer, maksud perubahan mengidentifikasi bahwa lingkungan yang selalu berubah, tantangan hidup yang semakin kejam dan menantang bukan berarti tidak bisa diatasi, akan tetapi yang dibutuhkan bahwa integritas pribadi seorang pemimpin KPK akan mewarnai integritas pribadi organisasional atau kelembagaan. Hidup KPK, Budaya Prestasi sebagai jati Diri. 
 
Filosofi logo KPK bahwa KPK menjadi lembaga pemicu atau pemberdayaan, yang bermakna kedalam yaitu bahwa budaya pemberantasan korupsi atau gerakan gaya hidup bersih sudah diawali dalam tubuh KPK sendiri, berikutnya, pemberdayaan yang dilakukan keluar yaitu kepada lembaga-lembaga lainnya agar melakukan budaya pemberantasan korupsi, dan terakhir kepada masyarakat Indonesia. Dengan tujuan seluruh lini masyarakat menjadi masyarakat berbudaya anti korupsi dan memupuk budaya berprestasi.

  • Share:

You Might Also Like

1 Comments