Guruku Pahlawanku: Pengorbanan, Perjuangan, Pendidikan

By poetry - 00.25




Pada bulan oktober dan november ada  beberapa moment  penting bagi saya dan banyak orang lainnya. Yang pertama di bulan oktober, tepatnya hari Jumat, 26 Oktober 2012, umat Islam di dunia khususnya Indonesia merayakan hari Idul Adha atau kurban, Dalam bahasa Arab kurban sendiri berasal dari akar kata qoroba yang berarti dekat, mendekatkan diri kepada Allah. Dengan berkurban kita dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah, dengan berkurban kita semakin mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, karena kurban sendiri adalah salah satu wujud pengabdian kita kepada Sang Pencipta. Hikmah berkurban melatih kita untuk bersifat rela berkorban, meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama (memupuk kepedulian sosial, solidaritas sosial, kesetiakawanan nasional). Bentuk kongkret berkurban di hari Idul Adha adalah kita melakukan penyembelihan hewan seperti unta jika di negara Arab (Timur Tengah), sapi atau lembu, kerbau, kambing yang sering kita jumpai di Indonesia. Kenapa peristiwa ini berbeda dengan pemotongan hewan di hari-hari biasa karena moment Idul Adha, adalah dimana Allah memberikan waktu bagi kita di hari-hari terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan ganjaran berlipat- lipat derajat, dan melakukan penyembelihan pada waktu tertentu yaitu pada saat hari raya idul adha, atau di hari-hari tasrik tanggal 11, 12, 13 dzulhijah, pada hari itu juga terdapat larangan untuk melakukan ibadah puasa. Puasa dilakukan pada tanggal 9 –nya, sebelum hari idul adha, sedangkan pada saat waktu tengah hari sampai  waktu menjelang subuh adalah waktu kita harus berpuasa, sesudahnya kita harus memakan hasil kurban kita. Saat berkurban, shohibul bait mendapatkan 1/3, sedangkan 1/3 lainnya untuk orang miskin atau membutuhkan, 1/3 untuk orang-orang yang terdekat, dicintai atau kasihi seperti tetangga, dan sebagainya. Makna berkurban sesungguhnya kita diajak untuk menyembelih atau memotong nafsu kebinatangan kita seperti kemarahan, keegoisan, kesombongan, semaune dhewe, seenake dhewe, yang ada hanyalah arti ketulusan keikhlasan. Dengan memperingati moment hari raya kurban, kita diingatkan agar selalu mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan memahami peristiwa dibalik hari raya tersebut, bahwa Allah SWT menguji makhluknya seberapa besar pengabdiannya, dan meletakkan posisi Sang Khalik berada dimana? Apakah hanya di fikiran saja, hanya di Al Quran saja, hanya di saat berbahagia atau sedih saja, atau meletakkan Allah di hati dan diatas segala-galanya dalam hidup dan kehidupan. Kita diberikan kemudahan oleh Allah untuk berkurban hewan, pada masa Nabi Ibrahim, as ketika beliau mendambakan memiliki anak setelah beratus –ratus tahun, Allah memberikan anak baginya, istri tercinta Hajar mengandung dan melahirkan putra bernama Ismail. Tidak berapa lama, Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya lewat sebuah wahyu. Tanpa ada keraguan,  yang ada hanya kerelaan, kepasrahan, pengabdian serta keikhlasan akan sebuah keyakinan bahwa hal itu adalah kehendak Allah, semua yang diciptakan dan diberikan Allah maka akan kembali kepadanya. Nabi Ibrahim, as –pun semakin mantap ketika Ismail sendiri putranya meyakinkan pada dirinya bahwa ini adalah kehendak Allah maka aku pasrahkan ayah. Kedua orang tersebut berdoa minta pertolongan kepada Allah. Dan yang terjadi karena kepatuhan dari kedua orang tersebut kepada Allah Sang Ilahi maka Allah menggantikan Ismail dengan seekor kambing untuk disembelih. Dari peristiwa tersebut menjadi tauladan bagi kita semua bahwa sosok ayah yang mewakili generasi tua dan anak mewakili generasi muda, satu dengan yang lain harus saling memberikan dukungan untuk kebaikan. Dari moment tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa anak merupakan harapan besar dari orang tua, yang akan meneruskan tongkat estafet, dan merubah paradigma kehidupan lebih baik, anak juga merupakan titipan atau amanah yang diberikan Allah yang harus dijaga, dengan cara merawat, memelihara, mendidik dengan baik, agar menjadi insan terbaik yang mampu membawa bangsa ini mencapai cita-cita luhur bangsa. Sedangkan disisi lain sebagai anak, sudah seharusnya toat atau patuh kepada orang tua, menyayangi orang tua, tidak berkata ‘ah atau menyakiti perasaan orang tua, selalu memberikan kasih sayang (meskipun kasih anak sepanjang galah dan tak mampu membalas setetes-pun cinta kasih orang tua khususnya ibu), menjadi anak yang bisa menjadi kebanggaan bagi orang tua, keluarga, masyarakat sekitar, dan berguna bagi bangsa dan negara. Serta merawat orang tua di kala sakit, di usia senja mereka dengan sebaik-baiknya. 



Begitulah yang juga dirasakan tentunya oleh artis, dan penyanyi Ussy Sulistiowati, ketika pada hari Minggu, tanggal 28 Oktober 2012 lalu tepatnya jam 4 sore, Ussy yang menikah dengan presenter dan penyanyi Andhika pada 21 Januari 2012 melahirkan putri bernama Shakeela Eleanor Ameera, sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai harganya. Dan sebagai orang tua, sesungguhnya setelah berusaha memelihara, merawat anak secara serius atau sungguh-sungguh, berkewajiban memberikan pendidikan terbaik bagi anak dari sejak dini, baik secara non formal maupun formal (play group, TK, SD, SMP, SMA, hingga ke jenjang perguruan tinggi, membekali anak dengan ilmu agama, ilmu pengetahuan). Berbicara tentang pendidikan, penulis ingin melaporkan dari hasil jejak pendapat atau sharing yang dilakukan di radio dimana penulis bekerja sebagai research and development, diperoleh sebagai berikut, ketika seorang pendengar memberikan pendapat tentang bagaimana kualitas guru khususnya PNS di Indonesia banyak diantara pendengar lainnya yang menyatakan bahwa kualitas guru khususnya PNS memiliki performa bekerja tidak optimal, banyak diantara mereka asal bekerja tanpa mempersiapkan terlebih dahulu materi apa yang akan dibawakan ketika memberikan mata pelajaran kepada siswa, akibatnya transfer ilmu yang didapat siswa minim, karena keterbatasan materi pengajaran, meskipun siswa sendiri dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kualitas guru akan mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa.





Sedangkan mengenai fasilitas pendidikan, banyak diantara pendengar (sapaan Female Jogja) yang berpendapat bahwa kunci memilih sekolahan, yang pasti adalah terjangkau dengan keuangan, akreditasi sekolah, keramahtamahan penerimaan guru ketika awal sekolah tersebut. Bukan itu saja prestasi dari sekolah juga menjadi pendukung dipilihnya sekolah tersebut, tentunya selain kualitas guru extrakurikuler, jarak antara sekolah dan tempat tinggal. Satu lagi sesuai keinginan dan kemampuan anak. Ini adalah pendapat dari Ibu Diah. Berikutnya dari Female Jogja di Lempuyangan, berpendapat bahwa memilih sekolah itu yang penting lingkungan sekitar sekolah apakah menjamin kenyamanan anak atau tidak. 

Berikutnya jika berbicara soal kurikulum pendidikan berdasarkan dari pendapat masyarakat melalui situs jejaring facebook, dikutip dari Koran Tribun Jogja edisi Selasa kliwon 23 Oktober 2012 bahwa pemerintah khususnya kementiran pendidikan dinyatakan plin plan dengan kurikulum pendidikan yang ada, banyak orang mengistilahkan ganti mentri ganti kebijaksanaan, misalnya saat ini kurikulum yang dulu belum tuntas dilaksanakan, sekarang dilakukan penyederhanaan bahwa pelajaran IPA dan IPS tidak tersendiri akan tetapi rencana realisasi di tahun 2013-2014, untuk tingkat SD hanya ada enam mata pelajaran saja, Agama, pendidikan PPKN, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni dan Budaya, serta mata pelajaran pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Ada juga facebooker yang berpendapat bahwa soal pelajaran agama dan moral harusnya tanggung jawab sejak dini orang tua, kemudian mengenai bidang studi IPA bemanfaat kita bisa mengetahui bagaimana mengetahui ilmu pengetahuan alam misalnya terjadinya alam, perkembangan makhluk hidup, untuk IPS terkait sejarah. Padahal manusia yang baik adalah manusia yang mengetahui asal usul, insan yang menghormati sejarah dan pendiri (founding father), dan mentauladani atau menghargai jasa-jasa para pahlawan, apalagi kita sebagai pemuda pemudi bangsa Indonesia. Jika boleh mengutip yang dikatakan Bung Karno (jas merah tidak boleh melupakan sejarah).


Moment bulan oktober juga begitu spesial tepatnya tanggal 28 Oktober merupakan hari Sumpah Pemuda.
Masih ingat-kah Anda isi dari Ikrar Sumpah Pemuda? Ikrar Sumpah Pemuda sendiri berisi sebagai berikut:

SOEMPAH PEMOEDA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,
TANAH AIR INDONESIA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA
INDONESIA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA


Sebelum pembacaan teks Sumpah Pemuda, diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" gubahan W.R. Soepratman dengan gesekan biolanya. Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada waktu Kongres Pemuda yang diadakan diWaltervreden (sekarang Jakarta), tepatnya di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda, hal itu berlangsung pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928. Dengan peserta antara lain dari Jong Java, Jong Sumatera, Jong Batak, Jong Islamiten, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Betawi dan masih banyak lainnya. Mereka bersama mengikrarkan diri menjadi satu.
Ketika berbicara tentang pemuda, maka tulang punggung sebuah negara adalah peran serta dari pemuda. Menurut Bappenas, proyeksi Jumlah Pemuda tahun 2009 dengan disahkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan, membawa konsekuensi pada perubahan jumlah pemuda. Dalam UU Kepemudaan tersebut, kategori umur pemuda berubah menjadi 16 – 30 tahun, sebelumnya kategori pemuda dari umur 15 – 35 tahun. Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2005 – 2025 yang dilakukan oleh BPS didasarkan pada SUPAS 2005, jumlah pemuda mengalami pasang surut. Pada tahun 2009, jumlah pemuda sebanyak 62,77 juta jiwa. Angka tersebut terus mengalami kenaikan sampai dengan tahun 2011 menjadi 62,92 juta jiwa. Namun sejak tahun 2012 jumlah pemuda mengalami kenaikan dan penurunan hingga pada tahun 2015 diprediksikan jumlah pemuda menjadi 62,24 juta jiwa, atau turun 535,6 ribu jiwa dari tahun 2009. Wahai Pemuda Mari Bangkit Bersama, Wahai Pemuda Mari Jadikan Indonesia Berkibar dan Jaya Selalu. Momentum 84 tahun Sumpah Pemuda menjadi instropeksi dan tonggak kita bersama menuju Indonesia Lebih Baik. Pasti Bisa!!
Selanjutnya pemuda-pemudi seperti apa yang dibutuhkan oleh suatu bangsa dan Negara? Iya pemuda-pemudi yang rela berkorban. Saya jadi teringat pada peristiwa yang lalu, seorang pemudi berusia 20 tahun berasal dari Rio De Jeneiro, yaitu Catarina Migliorini dengan dalih untuk membantu warga kota yang miskin, serta menyumbangkan uang yang diterima sebesar 20 ribu dolar, serta 90% dari hasil lelang disumbangkan pada organisasi non pemerintah untuk membangun rumah-rumah moderen dikota asalnya Santa Catarina,  dan lainnya untuk menopang hidup keluarganya, apakah ini merupakan pengorbanan sesungguhnya? Apa benar tindakan ini? (apalagi nanti beberapa hari lagi, tepatnya tanggal 10 November, kita memperingati hari pahlawan).




Berdasarkan jejak pendapat dalam facebook rakosaradiojogja,pengorbanan tentang bagaimana pendapat panjenengan ttg perempuan yang mengorbankan virginilitas dengan alasan uang yang didapat untuk membantu orang miskin banyak pendapat sebagai berikut; 
Taby Julius memang tujuannya mungkin baik TAPI cara yang salah tetap saja tidak bisa dibenarkan...(menurut saya)
Arvian Agiel Ricky'stra Menurut sya ne, uang hasil perjudian aja dikasih ke ank istri itu tdk diperbolehkan , apalagi uang hasil berzina . Kalu hal sprti itu dilakukan It namanya terjerumus godaan setan , setan kan punya sejuta cara utk jerumuskan manusia.
Andy Hardianto temanya kok gitu? emang banyak terjadi?
Lina Herliana lebih baik membantu diri sendiri dlu agar lebih baik dgn cara yg baik, sbelum membantu org lain tp dgn cara yg salah :)
RAKOSA RADIO JOGJA Andy Hardianto bukan banyak terjadi tapi ada
Taby Julius mungkin iya...
Deniek Sukmahayati ada banyak cara tuk bantu orang lain cara halal biasanya agak susah dan byk halangannya tp itulah ujiannya jk bhasl pasti bahagia lahir dan batin


Saat ini bukan perkara benar atau tidak, bukan masalah bermoral atau tidak, sesuai dengan tuntunan atau diharamkan oleh agama,  legal atau non legal hukum sebuah negara, semua bergantung pada harkat sebuah negara, budaya sebuah bangsa. Saya rasa, Catarina Migliorini adalah sebuah ikon keprihatinan dan kritikan yang dilakukan oleh seorang perempuan sebagai bagian anak bangsa yang mencermati bagaimana kondisi bangsanya madesu (masa depan suram), coba mari kita tengok bagaimana kondisi Brasil sesungguhnya,  negara paling besar, paling banyak penduduknya di Amerika Selatan, dan merupakan negara paling timur di Benua Amerika berbatasan dengan pegunungan Andes dan Samudra Atlantik. Brasil diambil dari nama kayu brasil sejenis kayu lokal. Brasil  merupakan tempat pertanian dan sama seperti Indonesia memiliki hutan hujan tropis. Sosok Catarina Migliorini merupakan sebuah bentuk kegagalan sebuah negara untuk memberikan kesejahteraan, keamanan bagi masyarakatnya. Adanya sistem pemerintahan dan kebijakan-kebijakan negara yang tidak mengakomodir kepentingangan bangsa, khususnya rakyat miskin. Sehingga nampak jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, kesenjangan sosial terjadi dimana-mana, yang kaya makin kaya (kaum borjuis semakin merajalela), disisi lain masih banyak anggota masyarakat yang  hidup dalam kekurangan.

Untuk meningkatkan harkat martabat negara, salah satunya adalah pendidikan, pendidikan itu terkait sistem, kurikulum, ketersediaan sumber daya yang berkualitas atau mumpuni, fasilitas yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta, adanya kerjasama dan komunikasi efektif semua elemen, baik itu sekolah,  manajemen pendidikan, guru (peserta pendidik), murid (peserta anak didik), komite sekolah, masyarakat yang ikut mengawasi agar pelaksanakaan program belajar mengajar terus belajar. Dalam hal pendidikan, penulis berpendapat bahwa kita lebih beruntung dibanding wajah pendidikan di Brazil, ketika membahas tentang ketersediaan guru, di Brazil siapapun bisa menjadi guru, yang penting mereka telah mengantongi ijazah atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga tertentu.
Pelatihan guru di Brazil bervariasi menurut wilayah. Sebagai contoh di pedalaman ada beberapa kesempatan untuk pendidikan lebih lanjut. Beberapa guru banyak yang hanya sekolah tinggi bahkan kurang, oleh karena itu mereka perlu memperoleh pelatihan. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan umum bagi para guru, pemerintah Brazil menetapkan sebuah undang-undang yang disebut "Década daEducação" (Dekade of Education), di mana guru hanya akan bekerja atau diterima bekerja jika mereka memiliki gelar dalam Pendidikan (MEC, 2003).

Oleh karena itu, guru-guru, yang sudah mengajar tanpa gelar, harus menempuh pendidikan diuniversitas atau dua tahun mengikuti program sertifikat guru, yang ditujukan untuk mengajar siswa sampai kelas empat (atau sepuluhtahun). Satu contoh dari hal ini, program sertifikat yangditawarkan oleh Vale do Unversidade melakukan Acaraú -Ceará (UVA) sebagai program pendidikan tambahan bagi guru, yang sudah bekerja di sekolah-sekolah, untuk mengejar gelar.

Catatan khusus adalah bahwa kursus ini mengharuskan mahasiswa untuk membayar, dan awalnya, program ini ditawarkan hanya untuk guru dalam pelayanan dan tidak memerlukan  ujian masuk.  Saat ini, terbuka untuk siapa pun, bahkan orang-orang yang tidak memegang posisi mengajar dapat mendaftarkan diri dan mengejar dua tahun sertifikat mengajar melalui UVA. Mereka yang memiliki gelar ini tidak memerlukan sertifikat pengajaran tambahan untuk mulai mengajar di sekolah-sekolah, namun mereka hanya dapat mengajar anak-anak sampai usia 10 tahun. Yang ingin mengajar di sekolah menengah perlu kursus khusus lainnya atau gelar master dalam subjek khusus. Bahkan, lulusan non-pendidikan dapat diperbantu-kan.

Saat ini banyak orang yang ingin mengajar di sekolah-sekolah yang didanai pemerintah. Kebijakan seperti ini yang banyak mendorong masyarakat Brazil yang memiliki uang banyak memilih program sertifikasi ini dan cenderung ingin bekerja mengajar di instansi pemerintah. Sedangkan guru yang memang memiliki hati atau jiwa mengajar harus tergeser atau termarginalkan karena bagi mereka yang tidak mampu memenuhi persyaratan yaitu mengantongi ijasah yang dimaksud karena terkendala biaya.

Maka tidak heran tokoh pendidikan di Brasil Paolo Freire, jika di Indonesia Ki Hajar Dewantara dan tokoh-tokoh pendidikan lainnya terus menggaungkan pemikiran-pemikiran kritisnya tentang realitas pendidikan. Gambaran Freire tentang kondisi pendidikan di Brazil ini tidak jauh berbeda ketika masa pemerintahan orde baru. Instrumen-instrumen pendidikan seperti kurikulum, pengajar maupun siswa berada dalam sebuah sistem yang berfungsi untuk mengamankan kekuasaan yang ada. Maka tidak heran jika fungsi pendidikan bukan lagi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, melainkan sebuah bentuk indoktrinasi untuk melanggengkan pemerintahan yang berkuasa.

Oleh karena itu mari kembalikan fungsi pendidikan agar tidak menjadi pelayan dari sebuah kekuasaan dan dinikmati oleh golongan tertentu seperti kaum borjuis melainkan kembali ke cita-citanya untuk membangun manusia yang seutuhnya. Pendidikan sebagai bentuk transformasi masyarakat borjuis menuju masyarakat sosialis dan negara berdasarkan Pancasila. Mari kita dorong pemerintah melalui lembaga terkait pendidikan untuk menjadikan pendidikan bangsa Indonesia maju, pencetak generasi masa depan, melalui pembuatan system pendidikan yang bermutu, sumberdaya yang bermutu, fasilitas dan kesejahteraan serta evaluasi pendidikan yang bermutu, dan kita dorong para guru kita yang bekerja tanpa pamrih untuk memiliki kualitas prima dalam rangka mengemban tugas mentransfer ilmu yaitu guru adalah digugu dan ditiru, bekerja sepenuh hati dan merupakan pahlawan tanpa tanda jasa.

Kebahagiaan guru, adalah melihat siswa, murid atau peserta didiknya mampu menjadi insan yang mandiri, bertakwa, bermoral, inovatif atau bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Dipundak para guru untuk menjadikan pemuda, anak didik, masyarakat, bangsa dan negara memiliki semangat bersatu, patriotism, agar Indonesia tetap berkibar mampu untuk menghadapi tantangan kedepan yang besar dan menghadang, masa era globalisasi, masa dimana semua akan menjadi satu, persaingan tidak terelakkan, dan hanya semangat persatuan, kesatuan, rela berkorban, kebenaran, cinta tanah air dan bangsa yang mampu menjawab iklim yang turbulensi tersebut. Dan semua nilai-nilai luhur itu diajarkan oleh Guru atau pendidik, meskipun fondasi agama dan moral adalah tanggung jawab Orang tua sesungguhnya. Tapi, Guru adalah orang tua siswa ketika di sekolah. Sejahtera Guru, Sejahtera Bangsa, Sejahtera Masyarakat Indonesia, Menjadi Bangsa Beriman dan Berbudaya, Masa Depan Gemilang Generasi Mendatang.

Sumber:

http://kppo.bappenas.go.id/preview/230
tribun dan rakosa radio jogja



  • Share:

You Might Also Like

2 Comments