EP Transport is a company that provides services product for the people who want to rent a car for the personal or company needed. With the tagline "Pleasure Your Trip". Our company aim to give the best services in order to reach the customer satisfaction, with the easily procedure and the avoidable price, we try to fullfil all of the people needs. Update all of the variant product services. The special personal or institution service become the unique selling point for us. Safety, hospitility, enjoyful become our perception. EP Transport always become your friend to joint your journey "Pleasure Your Trip".
Sebagian besar, namun tidak secara keseluruhan kasus bisa dipelajari dengan format ini. Oleh karena itu Anda disarankan memahami situasi yang ada dan kemudian menentukan keputusan yang akan Anda ambil atau dibuat. Manfaatkan waktu, buat catatan dan tetaplah fokus pada apa tujuan Anda.
Langkah-langkah menganalisa kasus:
Mendefinisikan kasus atau issue (melakukan pembatasan masalah).
Menganalisa data kasus.
Mengeneralisasikan alternatif lain.
Kriteria penyeleksian keputusan.
Menganalisa & mengevaluasi alternatif.
Memilih alternatif yang lebih disukai.
Mengembangkan tindakan (implementasi perencanaan).
Problem Statement (perumusan masalah) harus jelas
Untuk menentukan apa yang menjadi pokok permasalahan dibutuhkan informasi lebih lengkap. Coba gunakan kata tanya dan kemudian jawablah;
Masalah apa yang nampak disini?
Bagaimana saya bisa mengetahui bahwa ini adalah masalahnya?
Issue atau masalah apa saja yang harus segera dihubungkan/ dikaitkan?
Dalam mengidentifikasi issue bedakan antara kepentingan dengan kebutuhan mendesak, (note: issue yang penting akan memiliki dampak yang significant ; profitabilitas, pengaruh strategi, sumber keuntungan).
Menganalisa Data Kasus
Dalam melakukan analisa data, Anda sebaiknya mencoba untuk menjawab pertanyaan berikut ini:
Mengapa issue tadi bisa muncul? Sumber, orang, proses.
Sekarang, dimana letak permasalahannya dengan framework yang sudah ada?
Siapa saja yang terpengaruh dalam kasus ini?
Dorongan dan kesempatan seperti apa secara implisit muncul dalam kasus ini?
Informasi apa saja yang Anda peroleh? Anda harus melihat lebih dalam informasi tadi dan buat keputusan yang dianggap relevan dengan masalah yang diidentifikasi tadi?
Generating Alternative
Pada bagian ini, membolehkan adanya perbedaan cara untuk memecahkan masalah
Realistis
Pilihan sebaiknya saling menguntungkan, dan tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan.
Tidak mengambil keputusan sebelum melakukan investigasi lebih jauh
Tidak melakukan apapun termasuk mengubah keputusan strategi bisnis, namun dapat menggunakan alternatif lain, dengan mempersiapkan rekomendasi yang benar.
Menghindari the meat sandwich
Simpan dalam pikiran, karena alternative pilihan butuh untuk diimplementasikan beberapa point.
Pilihan telah diidentifikasi, evaluasi-lah dan pilih satu kebutuhan yang sangat diperlukan untuk sampai pada keputusan.
I get this information from my lecturer; Mr. Arif . thank you.
Perputaran Organisasi Dan Perubahan Budaya Perusahaan
British Airways (BA) dibentuk dari merger 2 perusahaan maskapai penerbangan nasional (negeri) yaitu British European Sirways (BEA) (dengan jarak tempuh pendek) dan British Overseas Airways Corporation (BOAC) (dengan jarak tempuh panjang) pada April 1974. BA bertujuan untuk menjalin jaringan luas terbesar dan mencapai skala ekonomi. Merger tersebut menciptakan airline dengan 50ribu karyawan dan 215 aircraft (pesawat), serta melihat secara kasar terjadi overstaff pada beberapa level struktur manajemen yang berbeda (bertentangan).
Perbedaan budaya antara kedua perusahaan merger tersebut menjadi penyebab permasalahan, terlebih lagi dengan perbedaan tipe class diantara staff-BEA pada waktu itu telah digambarkan memiliki image Grammar School sedangkan BOAC digambarkan memiliki image Public School.
Krisis minyak Timur Tengah menyebabkan berkurangnya permintaan pasar dan BA siap meninggalkan (oversized) karena tidak ada seorangpun yang mau mengajukan penyimpanan uang, disatu sisi berat kehilangan 20ribu potensial kemewahan, sedangkan disisi lain mendapati reputasi layanan begitu buruk. Terlebih lagi, keberadaan serikat kerja sebagai beban berat dan pangkal kesulitan bagi manajemen untuk mengambil langkah positif.
Tahun 1980, walaupun melakukan pengurangan (downsizing) armada 174 pesawat, perusahaan masih kehilangan uang rata-rata 200euro per menit. Dengan adanya dukungan pemerintah untuk perusahaan, berarti mengunci adanya urgensi internal perubahan kebutuhan. Situasi ini mirip dengan maskapai Air France saat ini. Pada tahun 1980 perusahaan memiliki banyak layers (pembidik meriam; baca key person) dari manajemen hierarkri, birokrasi, dan sangat terpengaruh dengan latihan RAF. Perusahaan dipengaruhi oleh pertimbangan operational. Issue seperti aircraft dan ketersediaan kru, scheduling, dan engineering excellence mendominasi semua diskusi mengenai market place. Pelanggan tidak pada tingkat prioritas ranking tinggi (utama). Survey dilakukan oleh International Airline Passanger Association tahun 1980 mengumumkan 33% keinginan konsumen ingin menghindari BA termasuk semua biayanya. Secara efektif baik dari segi fungsional, perusahaan berusaha mengurangi fungsi marketing dan melakukan softer side.
The change in direction (Perubahan Aturan)
Tahun 1979 pemilihan (administrasi) Thatcher, mengadaptasi kebijakan privatisasi pada perjanjian nasionalis, serta memulai memberi tanda awal persiapan BA untuk berhenti memasarkan. Tahun 1981, Lord King; bisnisman sukses sekaligus industrialist, ditunjuk sebagai Chairman/ ketua. Dengan kekuasaan penuh yang dimilikinya, tidak mustahil gaya manajemen ini akan mendesak beberapa pandangan/ perhatian sebagai alat draconian dalam penentuan leaner dan fitter, BA siap untuk berlomba dan memenangkan persaingan airlines (maskapai penerbangan dunia).
Lord King berusaha keras (teguh) untuk mencapai kemajuan produktifitas. Satu diantara dua faktor utama yang memberikan kontribusi penuh pada maskapai tadi, masih perlu dibuktikan. Pada kenyataannya, tidaklah banyak membantu meskipun sudah diikuti dengan implementasi strategi survival oleh Lord King, moral dari para staf di BA secara keseluruhan masih rendah. Hal ini secara nyata atau terus terang merefleksikan betapa buruknya market place, servis berbasis industri, dan permintaan level atas personal contact.
Pada tahun 1983 Lord King menunjuk Collin Marshall sebagai chief executive. Latar belakangnya berasal dari jasa berbasis industri. Anehnya Avis dan Sears dia memiliki batasan pandangan tertentu untuk survive dan prosper (makmur / subur), BA harus merefleksikan kebutuhan dari market place. Pendekatan ini baru bagi BA dan ini tidak mudah untuk mensinergikan keberadaan maskapai penerbangan karena memiliki budaya dan struktur organisasi sendiri. Marshall mengetahui kalo BA bukanlah pemain berskala kecil seperti Laker, yang mampu beroperasi dengan low cost dan margin-margin yang mengikat. Karena itu dia memutuskan untuk membuat BA menjadi ”Harrod airlines” di dunia.
Marshall memandang bahwa personal aspek pada bidang pelayanan, sebagai kunci utama untuk mempersiapkan persaingan real. Filosofinya dalam jasa, sebagai penentu faktor utama keberhasilan kritik industri melalui permintaan strategi refocusing bisnis bagi pelanggan. Dia tahu bagaimanapun, ini tidak dapat tercapai dengan keputusan, kecuali dia bersedia membagi visi kepada karyawan, memberdayakan dan menjadi akuntabilitas dari tindakan-tindakan spontan mereka.
Marshal tidak sendirian pada awal pergerakannya untuk membawa BS berorientasi pada marketing, dan berorientasi pada brand development. Seperti yang disampaikan oleh chief executive dari BA siap mengidentifikasi blueprint marketing dengan visi internal apreciation meliputi penambahan produktivitas, tidak jauh pengadaan staff baru dan pengkategorian pelanggan. Sayangnya akibat dari perlawanan serikat kerja dan ganjalan besar, membuat biaya bahan bakar bertambah dan terbukti strategi mustahil dilakukan.
SAS Chairman Carlsson, setelah mengenali pentingnya aspek personal ketika dia mengklaim bahwa kesuksesan atau kegagalan dalam sendi maskapai penerbangan ditemukan hubungan kuat antara pelanggan dan pegawai airlines. Dia menghitung kalau 10 juta pelanggan masih melakukan 5 kontak dengan SAS staf, untuk keseluruhan waktu 15 menit dia memiliki 15 juta kesempatan dari seluruh kesempatan yang ada, pekerja mampu meyakinkan pelanggan / nasabah bahwa mereka benar atau tepat memilih.
Implementasi perubaham
Setelah mengidentifikasi keberadaan birokrasi, penampilan kaku, dan budaya di BA khususnya pada tingkat level manajemen pada level atas (hierarkri) sangat kuat. Marshall merekrut tim top level manajemen baru, yang memiliki nilai sebanding dengan dirinya dan dapat menopang budaya baru berorientasi pada pelanggan. Ada dua cara untuk memeriksa keuangan melalui firma konsultasi external, meliputi persepsi pelanggan terhadap servis yang disediakan oleh BA, persepsi antar hubungan pelanggan dengan staf terkait kinerja mereka, peran mereka dan hubungan mereka dengan pelanggan dan manajemen BA.
Audit highlight (audit secara keseluruhan diperoleh beberapa kelemahan pelayanan perusahaan terhadap konsumen, pada dasarnya mengacu pada buruknya HRM BA dan menghubungkan permasalahan utama sikap atau perilaku dan kinerja diantara para pegawai. Bagian dari perencanaan Marshall, seharusnya termasuk didalamnya restrukturisasi perusahaan melalui penyediaan pegawai garda depan (font liner) dengan informasi dan autoritas kebutuhan untuk menghandle situasi tatap muka dengan pelanggan. Proses segera dimulai dan Marshall mulai menggerakkan layar dari struktur manajemen dan merubah penekanan dari divisi struktural fungsional.
Implementasi perubaham
Setelah mengidentifikasi keberadaan birokrasi, penampilan kaku, dan budaya di BA khususnya pada tingkat level manajemen pada level atas (hierarkri) sangat kuat. Marshall merekrut tim top level manajemen baru, yang memiliki nilai sebanding dengan dirinya dan dapat menopang budaya baru berorientasi pada pelanggan. Ada dua cara untuk memeriksa keuangan melalui firma konsultasi external, meliputi persepsi pelanggan terhadap servis yang disediakan oleh BA, persepsi antar hubungan pelanggan dengan staf terkait kinerja mereka, peran mereka dan hubungan mereka dengan pelanggan dan manajemen BA.
Audit highlight (audit secara keseluruhan diperoleh beberapa kelemahan pelayanan perusahaan terhadap konsumen, pada dasarnya mengacu pada buruknya HRM BA dan menghubungkan permasalahan utama sikap atau perilaku dan kinerja diantara para pegawai. Bagian dari perencanaan Marshall, seharusnya termasuk didalamnya restrukturisasi perusahaan melalui penyediaan pegawai garda depan (font liner) dengan informasi dan autoritas kebutuhan untuk menghandle situasi tatap muka dengan pelanggan. Proses segera dimulai dan Marshall mulai menggerakkan layar dari struktur manajemen dan merubah penekanan dari divisi struktural fungsional.
Banyak diantara manajer menyerahkan tanggung jawab besar kepada front liner dan mendesak mereka untuk melakukan deal awal secara langsung dengan pelanggan. Marshall merestrukturisasi fungsi personel dan menciptakan departemen HR untuk mempersiapkan tugas besar (mammoth). Bagian dari usaha merestrukturisasi termasuk didalamnya menyerahkan fungsi administratif pada manajer garis dan level cabang dibawahnya. Penyerahan dan tanggung jawab itu memacu manajer menjadi akuntable bagi kinerja dan disiplin para pegawainya.
Fungsi marketing secara signifikan menguatkan dan menciptakan departemen baru antara lain: Market place performance, yang memberi status seimbang dan menetapkan fungsi sebagai berikut operasional, keuangan, dan computerize. Marshall memiliki dua tampilan muka yaitu sebagai pakaian dinas, perusahaan, dan seragam bagi staff relation (bagi pelanggan) serta memberi gambaran lebih luas, dan mengubah visibility dari image BA tua/ masa lalu. Perubahan external face (tampilan luar muka) dari BA tidak sepenuhnya cukup. Perilaku perusahaan juga harus diubah untuk mendukung orientasi pada pelanggan baru dan ini hanya dapat teraih dengan kegiatan training secara luas.
Program pelatihan dirancang oleh TMI (Time Management International), yaitu perusahaan konsultan yang bekerja secara mendalam dengan bagian atau departemen pelatihan BA. Program tersebut secara langsung bertanggungjawab dan menjawab kebutuhan identifikasi saat proses audit atau pemeriksaan. Selama dua hari perusahaan mengeluarkan kursus atau pelatihan melaunching apa yang disebut Putting People First. Lima puluh ribu staf hadir dalam kursus tersebut pada kurun waktu 3 tahun antara 1983-1988. Kursus dirancang untuk memajukan self image, mengubah perilaku customer baik internal maupun external dan meraih standar pelayanan penumpang customer care setinggi mungkin. Kursus diarahkan menuju kualitas inisiatif dalam lingkup tim, bersumber pada manajemen workshop dan ide baru kemudian digeneralisasikan perusahaan, tujuannya untuk memperkuat antusias, komitmen, dan attitude positive pekerja.
Program pelatihan dirancang oleh TMI (Time Management International), yaitu perusahaan konsultan yang bekerja secara mendalam dengan bagian atau departemen pelatihan BA. Program tersebut secara langsung bertanggungjawab dan menjawab kebutuhan identifikasi saat proses audit atau pemeriksaan. Selama dua hari perusahaan mengeluarkan kursus atau pelatihan melaunching apa yang disebut Putting People First. Lima puluh ribu staf hadir dalam kursus tersebut pada kurun waktu 3 tahun antara 1983-1988. Kursus dirancang untuk memajukan self image, mengubah perilaku customer baik internal maupun external dan meraih standar pelayanan penumpang customer care setinggi mungkin. Kursus diarahkan menuju kualitas inisiatif dalam lingkup tim, bersumber pada manajemen workshop dan ide baru kemudian digeneralisasikan perusahaan, tujuannya untuk memperkuat antusias, komitmen, dan attitude positive pekerja.
Pada saat bersamaan pencarian SDM ”putting people first” muncul dua hal yang berbeda. Saat itu terjadi mutual persepsi antara staff relation dan manajer. Sesungguhnya pada saat bersamaan ketegangan antara staff dan manajer diidentifikasi sama antara staf relation dengan pelanggan. Untuk merespon permasalahan ini digelar pelatihan ”Managing People First” berkembang pada keseluruhan strata /level manajemen. Selanjutnya mereview kemajuan di tahun 1983 serta mengarahkannya kepada kursus pelatihan lebih lama bagi manajer, staf profesional dan teknis, berfokus pada team building, objectives setting dan kemampuan lain untuk menjalin hubungan di BA lebih berpusat target, efisien dan organisasi produktif.
Langkah akhir dan logis, sebagai kemajuan terkait dengan kinerja adalah besarnya besaran gaji. Diikuti dengan pelatihan berkelanjutan dan dukungan penuh dari top manajemen. Marshall menghabiskan waktunya 20% untuk bertemu dengan berbagai orang dari latar belakang pekerjaan berbeda, dan berbagai program manajemen. Organisasi dan budaya perusahaan menggunakan prosedur komunikasi. Dukungan lain termasuk inisiatif untuk melakukan update kinerja manajemen, action grups (team work), seminar pendidikan implementasi TQM (total quality manajemen) dan majalah staf membuka British Airways News. Berikut ini adalah faktor yang kemudian membuka wahana diskusi melalui TQM, team work, pelayanan kepada konsumen seiring dengan kinerja keuangan.
Proses diimplementasikan oleh Marshall dengan membawa perubahan berupa gairah hasrat bekerja yang baik dengan pendekatan textbook untuk memperkenalkan organisasional dan mengubah culture. Termasuk:
- Pelatihan Senior Manager
- Reorganisasi Personel menuju fungi HR
- Melibatkan Seluruh Staf
- Meningkatkan Komunikasi
- Berwawasan dalam Training dan Edukasi Seluruh Staf.
- Memperkenalkan Penghargaan Kinerja
- Timbal Baik berkelanjutan, pendampingan kembali dan konsekuensi perbaikan dari penjualan program.
Hasil
Akhir tahun 1980 BA menjadi perusahaan sukses, akan tetapi semua berubah secara cepat, adanya resesi dari Gulf War dipimpin secara langsung oleh manajemen baru. Sustain Service Excellent. Ini melibatkan komitmen berat. Untuk mentraining, superviser manajer dan kegiatan perusahaan yang lain”Winning for customer”. Deregulasi Amerika secara efektif bermaksud mengatasi pertikaian pelanggan, lebih dengan memotong percecokan cut throat; memotong pembicaraan. BA akan memangkas biaya dan meletakkan orang pada waktu tidak lama dengan sistem kerja shift), sehingga tidak perlu membayar liburan, oleh karena itu untuk melawan tekanan-tekanan baru.
Akhir tahun 1980 BA menjadi perusahaan sukses, akan tetapi semua berubah secara cepat, adanya resesi dari Gulf War dipimpin secara langsung oleh manajemen baru. Sustain Service Excellent. Ini melibatkan komitmen berat. Untuk mentraining, superviser manajer dan kegiatan perusahaan yang lain”Winning for customer”. Deregulasi Amerika secara efektif bermaksud mengatasi pertikaian pelanggan, lebih dengan memotong percecokan cut throat; memotong pembicaraan. BA akan memangkas biaya dan meletakkan orang pada waktu tidak lama dengan sistem kerja shift), sehingga tidak perlu membayar liburan, oleh karena itu untuk melawan tekanan-tekanan baru.
Mulanya tidak terfikir sebelumnya kalau BA 10 th sebagai perusahaan nasional. Usaha BA membuat setiap pekerja merasakan tanggung jawab sebagai pribadi yang menentukan kesuksesan/ kegagalan perusahaan, terlebih perasaan ragu-ragu untuk bermain sebagai pemegang kunci pertolongan dari keburukan ataupun permasalahan maskapai pada saat resesi. Perusahaan sekarang memiliki struktur paling dasar dan lebih jauh bersikap fleksibilitas memberi kesempatan untuk bereaksi lebih cepat untuk perubahan lingkungan.
Penghargaan dan timbal balik
Memanage program secara benar untuk perubahan sebaiknya selalu berbadan hukum. Monitoring penghargaan / pengakuan dan elemen timbal balik menjamin (tujuan utama original), masih menjadi sambilan, oleh karena itu perubahan menjadi program timbal balik. Bagian dari Winning for customer pada awalnya melibatkan staf survey untuk menyiapkan feedback akan kesuksesan seluruh pelatihan dan program perubahan budaya.
Penghargaan dan timbal balik
Memanage program secara benar untuk perubahan sebaiknya selalu berbadan hukum. Monitoring penghargaan / pengakuan dan elemen timbal balik menjamin (tujuan utama original), masih menjadi sambilan, oleh karena itu perubahan menjadi program timbal balik. Bagian dari Winning for customer pada awalnya melibatkan staf survey untuk menyiapkan feedback akan kesuksesan seluruh pelatihan dan program perubahan budaya.
Hasil survey ini dipublikasikan th 1992. Mayoritas survey diindikasikan dari staff score (nilai karyawan) perusahaan, baik pada keamanan dan kesuksesan perusahaan secara financial, akan tetapi BA menjalani penurunan sebagai pemilik untuk membuktikan lingkungan kerja berpegang teguh pada janji terhadap karyawan dalam membagi kemanfaatan / kesuksesan perusahaan. Survey menunjukkan hanya 28% dari respondent merasa maskapai tersebut mengambil perkataan yang dikaitkan orang-orang. Faktor-faktor yang menentukan seorang manajer yang baik termasuk mengenali kesuksesan/ pencapaian, dan memberi timbal balik kejujuran.
Beberapa penulis menyatakan bahwa hasil suvey menunjukkan BA masih menggunakan sekadar lip service untuk langkah pertama dan skema yang mereka perkenalkan, namun mereka tidak memiliki komitment penuh pada strategi berbasis customer service baru. Sehingga hasil survey dari karyawan nampak konsisten dengan kenyataan bahwa maskapai terhambat dalam perubahan dan masih terlihat minim (permukaan/ kulit luar) pada perubahan lingkungan yang begitu cepat. Semua orang tidak suka atau enggan bahkan risi dengan perubahan untuk menjadi lebih besar atau tingkat lebih kecil.
Nampaknya ini telah terjadi, staf mulai mengumpulkan kepercayaaan diri lebih dan tanggung jawab untuk menggunakan pendapatnya / inisiatifnya. Telah terjadi perubahan, kemajuan dan staf tidak hanya sepenuhnya bergembira akan hal itu dan diwaktu yang bersamaan telah memiliki hasrat/ keinginan/gairah tenaga/berdaya/ sensitif merasakan ketidaknyamanan, mereka sekarang mulai bersifat kritis (critism). Ini merupakan target dari kegiatan pelatihan kedepan.
Beberapa penulis menyatakan bahwa hasil suvey menunjukkan BA masih menggunakan sekadar lip service untuk langkah pertama dan skema yang mereka perkenalkan, namun mereka tidak memiliki komitment penuh pada strategi berbasis customer service baru. Sehingga hasil survey dari karyawan nampak konsisten dengan kenyataan bahwa maskapai terhambat dalam perubahan dan masih terlihat minim (permukaan/ kulit luar) pada perubahan lingkungan yang begitu cepat. Semua orang tidak suka atau enggan bahkan risi dengan perubahan untuk menjadi lebih besar atau tingkat lebih kecil.
Nampaknya ini telah terjadi, staf mulai mengumpulkan kepercayaaan diri lebih dan tanggung jawab untuk menggunakan pendapatnya / inisiatifnya. Telah terjadi perubahan, kemajuan dan staf tidak hanya sepenuhnya bergembira akan hal itu dan diwaktu yang bersamaan telah memiliki hasrat/ keinginan/gairah tenaga/berdaya/ sensitif merasakan ketidaknyamanan, mereka sekarang mulai bersifat kritis (critism). Ini merupakan target dari kegiatan pelatihan kedepan.
Oleh karena itu menjadi supervisor / first line manajer perlu edukasi untuk berbagi / mendelegasikan tanggung jawab dan menyediakan feedback lebih baik. Tindakan pertama kali yang dilakukan oleh King dan Marshall 14 tahun yang lalu, adalah rasionalisme, kemudian perubahan kultur, yang menempatkan BA pada posisi yang kuat dalam pasar dan siap untuk melakukan kapitalisasi diatas kelemahan, musuh-musuhnya yang gagal untuk beraksi.
Perusahaan saat ini sangat kompetitif dengan kepercayaan karyawan. Satu hal yang wajib atau harus bagaimana dilakukan yaitu meminta Raja atau king bertujuan untuk membangun the biggest, best and most succesful air line di dunia bersama dengan perubahan culture airline dari Winning for customer sesungguhnya menghasilkan tindakan ¼ winning at all cost. Mulai sekarang kasus pengadilan dan sebagai publisity antara BA dan Richard Branson’s Virgin Airline lebih dari trik kotor. Staf BA merasa sedih, BA harus mengurangi (PHK pegawai) sebagai cara airline karena tidak mampu.
Perusahaan saat ini sangat kompetitif dengan kepercayaan karyawan. Satu hal yang wajib atau harus bagaimana dilakukan yaitu meminta Raja atau king bertujuan untuk membangun the biggest, best and most succesful air line di dunia bersama dengan perubahan culture airline dari Winning for customer sesungguhnya menghasilkan tindakan ¼ winning at all cost. Mulai sekarang kasus pengadilan dan sebagai publisity antara BA dan Richard Branson’s Virgin Airline lebih dari trik kotor. Staf BA merasa sedih, BA harus mengurangi (PHK pegawai) sebagai cara airline karena tidak mampu.
Branson akan menguras setiap bagian dari keuntungan PR, dan simpati public didapatkan dari episode (bagian ini) jika BA mencoba memelihara image upper class dan mendorong pertumbuhan kultur secara internal kemudian harus mengatur pengurangan yang dapat dilihat sebagai sebuah taktik pengendalian. Perjanjian Collon Marshal menyatakan bahwa the real arsitek dari kesuksesan BA untuk sukses adalah Lord king sebagai ketua yang telah mengirimkan pesan langsung kepada staff untuk arahan lanjutan dari BA abad mendatang, yang pada kenyataannya membantu mengembalikan jaminan staff dan dasar konsolidasi dari apa yang dibangun.
Bagaimanapun tipe dari program perubahan Marshal telah mengatur dan mengubah hati menuju akhir, sejak diminta mereview terus menerus dan updating untuk mengirimkan apa yang diinginkan pasar. Respek ini tidak pernah satupun akan tetap statis sebagai perusahaan namun terus menyeimbangkan dan mengadaptasi perubahan lingkungan. February 1995 BA melaporkan rekaman ¾ keuntungan dalam kurun 9 bulan dari 443 juta poundsterling dengan penumpang total 23,7 juta.
Bagaimanapun tipe dari program perubahan Marshal telah mengatur dan mengubah hati menuju akhir, sejak diminta mereview terus menerus dan updating untuk mengirimkan apa yang diinginkan pasar. Respek ini tidak pernah satupun akan tetap statis sebagai perusahaan namun terus menyeimbangkan dan mengadaptasi perubahan lingkungan. February 1995 BA melaporkan rekaman ¾ keuntungan dalam kurun 9 bulan dari 443 juta poundsterling dengan penumpang total 23,7 juta.
Ketua Sir Collin Marshall berkomentar walaupun industri akan berlanjut untuk meletakkan tekanan di lahan-lahan-nya. Bahaya terbesar BA sekarang adalah kepuasan hati. Mereka berada di posisi pertama terkuat dari beberapa airline dan mereka melanjutkan program akuisisi secara agresif dan saat ini sukses mereka ditentukan bagaimana kemampuan mereka dalam menggunakan momentum perubahan kultural internal.
“…Saya tidak mendapatkannya. Saya hanya memperoleh proposal produk baru (nifty) yang tidak banyak membantu tapi menghasilkan uang (pemasukan), dan adanya koordinasi top manajemen diatur dari atas ke bawah. Tak peduli bagaimana kita menentukan item harga produk baru, kita berharap menghasilkan income $390.000 sebelum kena pajak. Hal ini akan memberi kontribusi sebesar 15 % untuk setiap pendapatan setelah kena pajak, dimana lebih dari dari 10% simpanan bertambah di tahun 1993 dimana presiden (direktur) membuat rencana besar berkaitan dengan laporan atau report tahunan pemegang saham (shareholder). Ini bukan berarti presiden harus melakukan system e.p.s untuk menarik pelanggan, meskipun tingkat keberadaannya (kekuasaannya) memungkinkan untuk menolak proyek menguntungkan (profitable) seperti yang satu ini. “
Pernyataan bernada frustasi tersebut diatas dikatakan oleh Sarah Mc.Neil, seorang manajer pengembangan produk divisi Consumer Product di industri perusahaan-Enager. Perusahaan ini adalah perusahaan kerabat (keluarga) berumur belasan tahun (young), yang mengalami perkembangan cepat pada level penjualan di tahun 1993, terhitung lebih dari $222 milyar. (liat soal 1 & 2; data keuangan tahun 92 & 93).
Pernyataan bernada frustasi tersebut diatas dikatakan oleh Sarah Mc.Neil, seorang manajer pengembangan produk divisi Consumer Product di industri perusahaan-Enager. Perusahaan ini adalah perusahaan kerabat (keluarga) berumur belasan tahun (young), yang mengalami perkembangan cepat pada level penjualan di tahun 1993, terhitung lebih dari $222 milyar. (liat soal 1 & 2; data keuangan tahun 92 & 93).
Enager memiliki 3 divisi: Consumer Products, Industrial Products dan Professional Services. Masing-masing divisi itu menyumbang 1/3 dari hasil penjualan keseluruhan Enager. Consumer Products adalah divisi tertua diantara 3 divisi tersebut, dirancang, diolah (manifacture) dan dipasarkan (didistribusikan) pada berbagai macam produk peralatan rumahan, khususnya peralatan yang berguna di dapur. Industrial Produk Division membangun salah satu peralatan mesin sebagai wujud spesifikasi pelanggan dengan tipikal tugas tertentu, secara luas disebut juga “job shop”, (Enager menghabiskan beberapa bulan untuk melengkapi).
Professional Service Division merupakan divisi terbaru yang ditambahkan Enager untuk menjawab permintaan perusahaan dalam kapasitas besar antara lain: menyediakan konsep land planning, landscape architecture, structural architecture, dan konsultasi pelayanan mesin. Divisi ini tumbuh begitu pesat dikarenakan program atau bagian divisi ini memiliki kemampuan untuk menampilkan studi dampak lingkungan (amdal), seperti yang ditentukan oleh hukum di beberapa proyek pengembangan tanah baru.
Karena perbedaan alamiah dari aktivitas-aktivitas mereka, setiap divisi mencoba memperlakukan perusahaan berdiri sendiri (memiliki esensi kemandirian). Pada perusahaan itu hanya ada sedikit corporate (perusahaan) yang memiliki orang di tingkat level manager dan staff yang bertugas untuk mengkoordinasi aktivitas dalam 3 divisi tsb. Salah satu aspek dari koordinasi ini adalah semua proposal proyek diminta untuk berinvestasi (investment in excess) sebesar $1,500.000 sebelumnya telah direview (dievaluasi) oleh kepala keuangan pemerintah (kepala audit./ chief financial officer) yaitu Henry Hubbard. Hubbard adalah orang yang menolak dengan samgat pengajuan proposal produk baru McNeil, penolakan tersebut ditunjukkan pada contoh 3 (exhibit 3).
Evaluasi Kerja
Merujuk tahun 1992, menunjukkan bahwa setiap divisi telah diatur sebagai profit center, dengan budget keuntungan divisi tahunan dinegosiasikan antara presiden (pimpinan tertinggi) dan GM tiap divisi dewan terhormat. Berdasarkan saran atau anjuran dari Henry Hubbard; Enager’s president, Carl Randall, seharusnya memutuskan untuk menangani tiap divisi sebagai investment center, sehingga menjadi keharusan untuk menghubungkan profit tiap divisi dibanding asset dari asset-aset divisi yang digunakan untuk mengeneralisasikan keuntungan (profit) masing-masing.
Sejak tahun 1992, tiap divisi telah diukur berdasarkan ROA (Return on Asset), dimana didefiniskan menjadi Income tiap divisi per net (division ‘s net income) dibagi total asset-nya. Net income untuk tiap divisi dihitung berdasarkan perolehan divisi dari pemasukan langsung sebelum pajak (Direct income before taxes), kemudian subtrasi dari pembagian divisi tadi berdasar pada corporate administrative expenses (biaya administrasi perusahaan). Alokasi dari pembagian basis pendapatan dibagi menurut income tax expense (biaya pajak pendapatan) pertambahan pajak diaplikasikan kepada divisi “direct income before tax (pendapat langsung sebagai pajak) setelah subtrasi dari alokasi dana biaya / pengeluaran administrasi perusahaan. Walaupun Hubbard menyadari ada cara lain untuk mendefiniskan pendapatan atau pemasukan tiap divisi, dia dan presiden direktur lebih menyarankan atau menyukai metode “it made the sum of the divisional parts equal to the (corporate) whole “ ..yang berarti ini menjadikan seluruh bagian divisional sejajar dengan kesemua dalam perusahan.
Nampaknya, Aset total perusahaan Enager terbagi atas subdivisi yaitu 3 divisi. Sejak masing-masing divisi dioperasikan secara fisik terpisah dengan fasilitas memungkinkan kemudahan untuk menandai atau menamai atribut keseluruh asset, termasuk penerimaan untuk divisi-divisi khusus. Aset kantor perusahaan, termasuk mengontrol mengelola terpusat rekening kas, yang dialokasikan kepada semua divisi berdasar pada divisional revenue. (pembagian pendapatan). Semua fixed asset yang dicatat pada ukuran neraca (balance sheet), terdapat original cost less akumulated straight line depreciation (biaya akumulasi awal sama dengan depreasi produk). Oleh karena itu, jumlah dari asset divisional dari masing –masing divisi seimbang dengan jumlah yang ditunjukkan pada neraca perusahaan ($226,257) per 31 des 1993.
Pada tahun 1991, Enager telah mengalami pengembalian asset pada akhir tahun (net income ditentukan oleh total asset) pertambahan berkisar 5, 2%.
Menurut Hubbard, korespondensi gross return 9,3%, ia mendefinisikan gross return (gross pengembalian) sebanding dengan penyimpanan sebelum bunga dan pajak (EBIT) dibagi berdasarkan banyaknya asset. Hubbard merasa kalau perusahaan seperti Enager sebaiknya memiliki gross (EBIT) ROA paling sedikit 12%, khususnya pada income kenaikan bunga perusahaan, mau tidak mau wajib atau harus membayar sejumlah dana yang dipinjam. Karena itu, Hubbard menginstruksikan manajer tiap divisi mencoba untuk menyimpan gross return sebesar 12% di tahun 1992 dan 1993. Untuk itu dalam rangka membantu mendongkrak naik level ini, ia memutuskan kalo proposal-proposal investasi baru harus menunjukkan tingkat pengembalian tinggi minimal 15% yang akan disetujui.
HASIL
1992-1993
Hubbard dan Randall secara baik, bersahabat dan moderat mencermati hasil pemasukan laporan 1992. Tahun ini adalah tahun yang sulit untuk beberapa para pesaing Enager, bagaimanapun Enager telah mengatur untuk menambah ROA dari 5,2% menjadi 5,7% dan gross return dari 9,3% menjadi 9,5%.
Pada akhir tahun 1992, presiden menekan para GM dibagian Industrial Product Division untuk melakukan (improvisasi ROI), disarankan divisi ini membagi produk berlebihnya agar tidak membuat risau. Manajer divisi membantah pernyataan ini, dan mengatakan divisi dapat atau bisa memperoleh pemasukan atau pengembalian tinggi : jika kita memiliki banyak mesin tua untuk Consumer Product. Presiden merespon, kalo dia tidak memahami relevansi dari bukti nyata manajer divisi ditambahkan “saya tidak melihat mengapa pengembalian asset lama sebaiknya lebih tinggi dibanding asset baru, hanya karena asset lama menghabiskan dana biaya sedikit.
Karena perbedaan alamiah dari aktivitas-aktivitas mereka, setiap divisi mencoba memperlakukan perusahaan berdiri sendiri (memiliki esensi kemandirian). Pada perusahaan itu hanya ada sedikit corporate (perusahaan) yang memiliki orang di tingkat level manager dan staff yang bertugas untuk mengkoordinasi aktivitas dalam 3 divisi tsb. Salah satu aspek dari koordinasi ini adalah semua proposal proyek diminta untuk berinvestasi (investment in excess) sebesar $1,500.000 sebelumnya telah direview (dievaluasi) oleh kepala keuangan pemerintah (kepala audit./ chief financial officer) yaitu Henry Hubbard. Hubbard adalah orang yang menolak dengan samgat pengajuan proposal produk baru McNeil, penolakan tersebut ditunjukkan pada contoh 3 (exhibit 3).
Evaluasi Kerja
Merujuk tahun 1992, menunjukkan bahwa setiap divisi telah diatur sebagai profit center, dengan budget keuntungan divisi tahunan dinegosiasikan antara presiden (pimpinan tertinggi) dan GM tiap divisi dewan terhormat. Berdasarkan saran atau anjuran dari Henry Hubbard; Enager’s president, Carl Randall, seharusnya memutuskan untuk menangani tiap divisi sebagai investment center, sehingga menjadi keharusan untuk menghubungkan profit tiap divisi dibanding asset dari asset-aset divisi yang digunakan untuk mengeneralisasikan keuntungan (profit) masing-masing.
Sejak tahun 1992, tiap divisi telah diukur berdasarkan ROA (Return on Asset), dimana didefiniskan menjadi Income tiap divisi per net (division ‘s net income) dibagi total asset-nya. Net income untuk tiap divisi dihitung berdasarkan perolehan divisi dari pemasukan langsung sebelum pajak (Direct income before taxes), kemudian subtrasi dari pembagian divisi tadi berdasar pada corporate administrative expenses (biaya administrasi perusahaan). Alokasi dari pembagian basis pendapatan dibagi menurut income tax expense (biaya pajak pendapatan) pertambahan pajak diaplikasikan kepada divisi “direct income before tax (pendapat langsung sebagai pajak) setelah subtrasi dari alokasi dana biaya / pengeluaran administrasi perusahaan. Walaupun Hubbard menyadari ada cara lain untuk mendefiniskan pendapatan atau pemasukan tiap divisi, dia dan presiden direktur lebih menyarankan atau menyukai metode “it made the sum of the divisional parts equal to the (corporate) whole “ ..yang berarti ini menjadikan seluruh bagian divisional sejajar dengan kesemua dalam perusahan.
Nampaknya, Aset total perusahaan Enager terbagi atas subdivisi yaitu 3 divisi. Sejak masing-masing divisi dioperasikan secara fisik terpisah dengan fasilitas memungkinkan kemudahan untuk menandai atau menamai atribut keseluruh asset, termasuk penerimaan untuk divisi-divisi khusus. Aset kantor perusahaan, termasuk mengontrol mengelola terpusat rekening kas, yang dialokasikan kepada semua divisi berdasar pada divisional revenue. (pembagian pendapatan). Semua fixed asset yang dicatat pada ukuran neraca (balance sheet), terdapat original cost less akumulated straight line depreciation (biaya akumulasi awal sama dengan depreasi produk). Oleh karena itu, jumlah dari asset divisional dari masing –masing divisi seimbang dengan jumlah yang ditunjukkan pada neraca perusahaan ($226,257) per 31 des 1993.
Pada tahun 1991, Enager telah mengalami pengembalian asset pada akhir tahun (net income ditentukan oleh total asset) pertambahan berkisar 5, 2%.
Menurut Hubbard, korespondensi gross return 9,3%, ia mendefinisikan gross return (gross pengembalian) sebanding dengan penyimpanan sebelum bunga dan pajak (EBIT) dibagi berdasarkan banyaknya asset. Hubbard merasa kalau perusahaan seperti Enager sebaiknya memiliki gross (EBIT) ROA paling sedikit 12%, khususnya pada income kenaikan bunga perusahaan, mau tidak mau wajib atau harus membayar sejumlah dana yang dipinjam. Karena itu, Hubbard menginstruksikan manajer tiap divisi mencoba untuk menyimpan gross return sebesar 12% di tahun 1992 dan 1993. Untuk itu dalam rangka membantu mendongkrak naik level ini, ia memutuskan kalo proposal-proposal investasi baru harus menunjukkan tingkat pengembalian tinggi minimal 15% yang akan disetujui.
HASIL
1992-1993
Hubbard dan Randall secara baik, bersahabat dan moderat mencermati hasil pemasukan laporan 1992. Tahun ini adalah tahun yang sulit untuk beberapa para pesaing Enager, bagaimanapun Enager telah mengatur untuk menambah ROA dari 5,2% menjadi 5,7% dan gross return dari 9,3% menjadi 9,5%.
Pada akhir tahun 1992, presiden menekan para GM dibagian Industrial Product Division untuk melakukan (improvisasi ROI), disarankan divisi ini membagi produk berlebihnya agar tidak membuat risau. Manajer divisi membantah pernyataan ini, dan mengatakan divisi dapat atau bisa memperoleh pemasukan atau pengembalian tinggi : jika kita memiliki banyak mesin tua untuk Consumer Product. Presiden merespon, kalo dia tidak memahami relevansi dari bukti nyata manajer divisi ditambahkan “saya tidak melihat mengapa pengembalian asset lama sebaiknya lebih tinggi dibanding asset baru, hanya karena asset lama menghabiskan dana biaya sedikit.
Tahun 1993 hasil laporan mengecewakan dan bisa ditebak membuat bingung Carl Randall karena ROA jatuh dari kisaran 5, 7 % menjadi 5,4% , dan gross return turun drastis hingga 9,5% menjadi 9,4%. Pada saat yang sama, ROS (sales/ net income terbagi atas penjualan) merangkak naik dari 5,1 menjadi 5,5% dan Return on owner’s equity tambah dari 9,1% menjadi 9,2%. Professional Service Division secara mudah, melebihi 12% gross return target.; Consumer product’s gross return on asset sebanyak 10,8%, Industrial products kembali hanya sekitar 6,9% (liat table 4). Hasil pengamatan Randall yang dikatakan kepada Hubbard.
“Kamu tau, Henry, saya telah menjadi seorang marketer selama perjalanan karir dalam hidup saya, tapi sekarang tiba-tiba saya pikir, saya perlu memahami pernyataan yang ada pada ROI. Sekarang saya mengamati ditahun 1993 profit margin kami naik dan deposito (penyimpanan) bank semakin naik. Dua dari ROI mengalami penurunan Return on invested capital terpuruk juga dan mencoba menaikkan return on owner’s equity. Saya masih tidak tau perbedaan pertentangan itu.
Lebih dari itu, nampaknya ada banyak ketegangan diantara manajer kami selama kurun waktu 2 tahun akhir-akhir ini. GM dari Divisi Professional Services nampaknya melakukan kerja yang memuaskan dan diapun merasa bahagia sebagai “lark/ kesukaan’. Saya telah memberinya. Tetapi GM Industrial Product terlihat sungkan/ kejam setiap kali bertemu. Dan minggu yang lalu, ketika saya menyantap makan siang dengan manajer divisi Consumer Product, manajer pengembangan produk, datang dan pergi meninggalkan meja dan sempat mengutarakan hal yang tidak mengenakan telinga terkait dengan proposal produk terbaru yang dikirimkan olehnya dan sempat ditolak.
Saya mengira jika saya sebaiknya mem follow-up ide dari Karen Kraus kemudian membawanya kembali dalam sebuah workshop yang dilakukan organisasi selama dua hari. Dia (wanita) berfikir kita seharusnya memiliki layanan satu hari untuk mengelola semua corporate dan manajer divisional sempat membual bisa memasukkan ROI. (PAN, Yogyakarta)
Seminar “Be A smart Human Resource”
Jumat, 27 Februari 2009 jam 13.30 wib di Gedung LPP Lantai 4, Jl. Uripsumoharjo 100 Yogyakarta, berlangsung HR Gathering bertema “Be A smart Human Resource” menghadirkan narasumber Psikolog sekaligus Guru Besar Fakultas Psikologi UGM-Prof. Drs. Djamaluddin Ancok, PhD. Dalam kesempatan tersebut dijelaskan bahwa perlu dilakukan inovasi mengelola sumber daya manusia, yang pertama adalah melihat SDM sebagai potensial artinya manusia dilihat bukan dari sisi buruk-nya tapi kebaikannya. Kedua, Memiliki the power of dream yaitu kemampuan untuk menjadi juara dalam bisnis, terkait dengan Quality, Price, Time, dan Satisfaction. Kualitas terus ditingkatkan, selanjutnya Price melalui penurunan biaya, Time waktu ditentukan dengan proses bisnis dan Satisfaction (kepuasan) bagi customer.
Sehingga ditentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam menjawab persaingan sebagai berikut kemauan menggeser paradigma lama menjadi paradigma baru strategi HRM, keunggulan organisasi terkait dengan human capital, leadership, menata organisasi. Atau mewujudkan Paradigma Baru HRM meliputi Strategic Partner, Administratif expert, HR champion dan change Agent. So be a smart human resource diawali dari para leader dan ditebarkan kepada seluruh karyawan yang dinaunginya, make inspiring attitude, inspiring words.
Jumat, 27 Februari 2009 jam 13.30 wib di Gedung LPP Lantai 4, Jl. Uripsumoharjo 100 Yogyakarta, berlangsung HR Gathering bertema “Be A smart Human Resource” menghadirkan narasumber Psikolog sekaligus Guru Besar Fakultas Psikologi UGM-Prof. Drs. Djamaluddin Ancok, PhD. Dalam kesempatan tersebut dijelaskan bahwa perlu dilakukan inovasi mengelola sumber daya manusia, yang pertama adalah melihat SDM sebagai potensial artinya manusia dilihat bukan dari sisi buruk-nya tapi kebaikannya. Kedua, Memiliki the power of dream yaitu kemampuan untuk menjadi juara dalam bisnis, terkait dengan Quality, Price, Time, dan Satisfaction. Kualitas terus ditingkatkan, selanjutnya Price melalui penurunan biaya, Time waktu ditentukan dengan proses bisnis dan Satisfaction (kepuasan) bagi customer.
Sehingga ditentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam menjawab persaingan sebagai berikut kemauan menggeser paradigma lama menjadi paradigma baru strategi HRM, keunggulan organisasi terkait dengan human capital, leadership, menata organisasi. Atau mewujudkan Paradigma Baru HRM meliputi Strategic Partner, Administratif expert, HR champion dan change Agent. So be a smart human resource diawali dari para leader dan ditebarkan kepada seluruh karyawan yang dinaunginya, make inspiring attitude, inspiring words.
A Switch in Time Saves Nine.......
Simon duduk di meja kerjanya sambil berfikir keras apa yang dibicarakannya pada perjumpaan lalu bersama bendahara Angela Krampf. Modal kerja (working capital) pada perusahaan itu membuat perusahaan bernama Progressive Farm Equipment Incorporated tersebut, telah menaikkan tingkat tanda bahaya (alarm lebih tinggi dibanding beberapa tahun lalu membuat pimpinan sekaligus top manajer begitu perhatian. Meskipun metode implementasi just in time inventory sistem dan cash management lebih efisien, modal bekerja terus melambung/ bersinar. Saat ini, bagaimanapun terdapat account receivable butuh perhatian. Angela menerima memo dari seseorang (asing) yang memintanya untuk mereview dan memperbaiki problem manajemen kredit (pendanaan) sesegera mungkin. Salah satu dari kalimat dalam memo tersebut menyebutkan…kita tidak bisa meneruskan dengan mudah melayani pelanggan seperti biasanya. karena itu Simon Martinez memanggil asistennya Angela, dan menyampaikan kondisi tersebut sebelumnya kepada Simon.
Simon duduk di meja kerjanya sambil berfikir keras apa yang dibicarakannya pada perjumpaan lalu bersama bendahara Angela Krampf. Modal kerja (working capital) pada perusahaan itu membuat perusahaan bernama Progressive Farm Equipment Incorporated tersebut, telah menaikkan tingkat tanda bahaya (alarm lebih tinggi dibanding beberapa tahun lalu membuat pimpinan sekaligus top manajer begitu perhatian. Meskipun metode implementasi just in time inventory sistem dan cash management lebih efisien, modal bekerja terus melambung/ bersinar. Saat ini, bagaimanapun terdapat account receivable butuh perhatian. Angela menerima memo dari seseorang (asing) yang memintanya untuk mereview dan memperbaiki problem manajemen kredit (pendanaan) sesegera mungkin. Salah satu dari kalimat dalam memo tersebut menyebutkan…kita tidak bisa meneruskan dengan mudah melayani pelanggan seperti biasanya. karena itu Simon Martinez memanggil asistennya Angela, dan menyampaikan kondisi tersebut sebelumnya kepada Simon.
Progressive Farm Equipment Inc telah berkecimpung didunia bisnis sejak tahun 1945, memproduksi traktor, berukuran kecil, medium, pembajak dan masih banyak peralatan pertanian lainnya. Customer-nya antara lain berasal berbagai toko baik local dan regional, hardware, farm equipment (peralatan pertanian), bengkel (toko repair). Banyak dari kliennya melakukan pembayaran melalui cash ataupun membiasakan melalui kemudahan kredit fleksibel. Perusahaan telah menekan untuk menawarkan kepada para pelanggannya, pada dasarnya untuk mengcounter kompetisi dari supliier nasional dan memelihara hubungan baik customer.
Penjualan ditingkatkan secara bertahap tahun tahun berikutnya akan tetapi tahun yang lalu rate bunga tinggi dan ekonomi melemah menyebabkan terjadi (kemunduran) slump pada sektor agriculture serta membuat penjualan peralatan pertanian turun. Lebih dari itu, sejumlah petani mengalami kebangkrutan ditandai dengan rate alarming.
Angela memeberitahu Simon untuk mereview ulang accounting statement (laporn akuntansi) (lihat table 1 &2) dan mengupgrade schedule receivables, mereka menyadari benar meskipun tawaran kredit net 60 dengan mudah, rata-rata 40% dari penjualan kredit terkumpul paling lambat 10 hari. Perusahaan tidak mengimplementasikan kebijakan membayar bunga keterlambatan karena takut ketakutan kehilangan customer. Mereka mencatat pada tahun-tahun sebelumnya terdapat sejumlah bad debt meningkat dari 1% penjualan menjadi level terkini 2% penjualan.
Angela bercerita kepada Simon bahwa para pemimpin (direktur) berharap melihat proposal yang realistis sekaligus efektif. “Di sisi lain, kami harus berhati-hati tidak membuat pelanggan lari / menjauh. Kata Angela. Disisi yang lain, kami tidak yakin dapat menghasilkan melanjutkan kebijakan uang yang mengijinkan pelanggan membayar terlambat. Beberapa kredit akan diberikan, akan tetapi pengumpulannya diperketat . Saya mengira pada saat itu juga menjadi suatu perbahan atau penderitaan.
Pada enam bulan awal, Angela Krampf merekrut Simon Martinez, dinobatkan sebagai manager keuangan, untuk membantunya mengelola perusahaan modal kerja., ini merupakan manajemen divisi cash dan inventaris membutuhkan modifikasi. Setelah berdebat dan membincang masalah tersebut , kebijakan konservatif dari cash management diimplementasikan diikuti oleh integrasi sukses just in time inventory management system. Pada laporan per tiga bulan ditunjukkan bahwa kebijaksanaan perusahaan mengumpulkan tergamba bebas. Bagaimananpun, gambaran tentang kondisi ekonomi serta issue yang sensitive berkembang, mereka menahan diri dari saran beberapa perubahan.
Simon mempertimbangkan dengan sangat perubahan kebijakan pengumpulan dana perusahaan dan sebaiknya dia merekomendaiskan dan menaydari dia mau tidak mau memperoleh data yang lebih banyak. Dia mengangkat orang orang dibagian marketing dan dan mmenyelediki apa efek dari kebijakan yang mereka miliki dalam pengumpulan hutang yang lebih ketat. Terlebih lagi meminta data lebih spesiifk, dia mengatakan kepada mereka bahwa dia mempertimbangkan dua alternative.
1) 2/10 net 30, dan
2) 2/10 net 60
3) Dia menyatakan kalau alterntif pertama, penjualan mungkin bisa berkurang sekitar 10%.
Bagian sales hrus menajalin hubungan yang baik sekali dengan para pelanggan mereka dan bersikap percaya diri, meskipuin kredit diperketat , mereka dapat menerima (keuntungan di rekening mereka berupa insentif untuk membayar lebih awal. Lebih dari itu, mereka menginformasikan kepada Simon bahwa banyak diantara retailer (pedagang) dapat menyediakan pinjaman komersial dari bank dengan bunga rata-rata 14% per tahun. Sedangkan jika alternative yang kedua dijalankan, account receivable figur bisa diturunkan tanpa kehilangan tingkat penjualan.
Pada kenyataan, bagian penjualan lebih menyukai menggunakan pendekatan kedua. Simon memperkirakan dengan metode yang baru penjualan mendekati 50% bisa dikumpulkan selama kurun waktu 10 hari. Tinggal 50% lagi penjualan, sedangkan secara kasar penghitungan mencapai 60% bisa terkumpul melalui periode kredit dan 40% remain mendekalti 10 hari keterlambatan., sepereti biasanya. Simon menggambarkan bahwa dia sebaiknya lebih mempersiapkan pro forma statements yang menunjukkan dampak dari kebijakan-kebijakan yang dimiliki perusahaan tersebut dari garis level bawah dan keseimbangan account receivable, sebelum mrekomendasikan berbagai penaliti keras segera. (Financial Management, PAN, Yogyakarta)
Seiring dengan berjalannya waktu yang begitu cepat, perusahaan selalu dituntut untuk mengubah strategi mereka menjadi sebuah upaya penghematan atau ”perputaran” . Kita dapat melihat peristiwa ini baik pada perusahaan-perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil. Sebagai contoh industri perbankan terbesar, Bank America, (dengan kepemilikan asset/modal mencapai lebih dari 100milyar$) tampil dengan perputaran (turnaround) ataupun perubahan yang dianggap mustahil di pertengahan tahun 1980, ketika manajemen (chertracted) melakukan serangkaian tindakan pemotongan biaya anggaran dan menegur para pegawai agar mereka bekerja seefisien mungkin. Saat ini perusahaan mengalami keuntungan (profitabilitas) tinggi dengan kinerja baik.
Situasi tersebut tidak jauh berbeda dengan Farmers Exchange Bank, bank kecil yang berada didesa Louisville, Alabama. Bank tersebut telah berdiri sejak 36 tahun lalu dengan aset yang dimiliki lebih dari 35 juta$. Kepemimpinan bank telah turun temurun selama 36 tahun (ini membuktikan manajemen masih bersifat konvensional) dan hingga sekarang FEB hanya dikelola 3 individu saja didalamnya, terdiri dari ketua sekaligus CEO Robert H.Bennett, Jr : ayah sekaligus pendiri bank: Robert H.Bennett dan ibunya : Lenoree S.Bennett. FEB memiliki 30 pekerja dengan menerapkan sedikitnya sistem struktur organisasi formal yaitu CEO dan manajemen garis. Baru beberapa tahun ini, Farmers Exchange Bank mengalami pengalaman baru disebut (growing pains) atau mengalami pahit getirnya perbankan. Untuk mengatasi permasalahan ini (seperti orang mengobati penyakit) kini FEB mengubah beberapa strategi dan fokus pada perubahan HRM.
Growth By Treating People Right ?
FEB didirikan berpegang pada prinsip melakukan segala sesuatu agar menjadi sahabat bagi pelanggan atau nasabah. Pegawai bank diberdayakan untuk melayani nasabah dengan benar dan menjamin mereka akan selalu merasa bahagia (puas). Karyawan, khususnya Bennett sendiri, membangun hubungan kedekatan secara personal dengan nasabah, banyak diantara mereka mengenal bank begitu juga keluarga Bennett yang membantu mengawali hidup mereka. Di bank ini nasabah dibebani harga yang reasonable namun mendapatkan perhatian secara personal terlebih lagi ketika mereka masuk ke bank dan terlibat didalam transaksi atau menjadi rekanan bisnis yang berarti. Teller dan pegawai bagian peminjaman lebih banyak tahu soal ini. Karena pelanggan bekerja sama dengan mereka secara personal basis. Filosofi inilah yang terus didengungkan di awal tahun. agar memberikan kontribusi lebih bagi keberhasilan kelompok atau enterpreneur gabungan.
Filosofi adalah salah satu faktor dalam perkembangan bank beberapa tahun ini. Banyak Nasabah dari bank lain baru mulai mengenali nilai bank FEB. Sepuluh tahun yang lalu Bennett mulai mengimplementasikan strategi pertumbuhan menjadi kapitalisasi pada reputasi bank dari jasa personal (pribadi). Pada kenyataan-nya, perusahaan tidak melakukan sesuatu yang berbeda akan tetapi berupaya untuk mengajak nasabah bahkan memberanikan diri memunculkan bisnis baru melalui kekuatan iklan word of mouth dan menawarkan layanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan nasabah baru. Karyawan memiliki alasan untuk berhasil karena pada dasarnya perusahaan sendiri telah menekankan kinerjanya untuk berorientasi pada kepuasan nasabah. Ketika para nasabah baru datang ke bank,mereka berada pada tempat yang benar untuk tinggal (baca: menyimpan uang ataupun bertransaksi).
Bank mengalami pertumbuhan yang sangat luar biasa dengan pendapatan memuaskan pada akhir tahun 1980 dan sepanjang awal tahun 1990. Meskipun keluarga Bennett yang lebih tua meninggal di tahun 1991, nampaknya pertumbuhan berkelanjutan menjadi bukti bahwa Robert H.Bennett, Jr tetap berkeinginan melanjutkan hubungan personal dengan nasabah dan tetap berorientasi pada filosofi. Bennett muda berusaha melanjutkan pertumbuhan bank dengan mengutamakan pelanggan, sehingga bank menjadi mitra terbaik masyarakat.
Pada tahun 1992 Bennett Jr menyadari kalau banyak diantara nasabah baru bank (berasal dari berbagai komunitas) merasa tidak puas bahkan bersungut-sungut melakukan komplain terhadap jasa yang disediakan dua bank di sana. Kantor cabang pertama FEB tumbuh dengan cepat, terdapat hampir dua proyek manajemen untuk pertumbuhan dan profit. Akhir tahun 1993, Bennett mengamati hampir setiap rekening komersial pada komunitas kecil menggunakan jasa-jasa FEB secara eksklusif. Total, aset bank bertambah sekitar 450% dalam 1 dekade (10 tahun) berkisar pada tahun 1984 & 1994 .
PERMASALAHAN
Sejumlah faktor akan menjadi bagian penting dalam pemecahan beberapa problem serius, yang nantinya akan berpengaruh pada kesuksesan sebuah bank secara cepat. Kecepatan pertumbuhan akan berdampak pada kebutuhan permintaan pegawai baru, akan tetapi mempertemukan kebutuhan ini secara cepat dengan kualitas orang-orang yang tepat tentu bukan hal mudah. Pegawai harus memenuhi kriteria diantaranya berkepentingan untuk memberi pelanggan/ nasabah perhatian penuh. Dampak dari usaha menyediakan personel service ini akan terlihat pada pertambahan jumlah nasabah, secara detail mereka akan memberikan informasi penuh terkait dengan produk jasa antara lain pinjaman komersial, agricultural dan pinjaman real estate dan investasi bank. Prosedur baru tersebut tidak ditujukan untuk menjamin semua data lengkap produk akan dipesan. Disamping itu pegawai bagian peminjaman (Loan Officers) sering ditekan oleh permintaan-permintaan dari bagian keuangan. Para nasabah baru maupun lama mengajukan permohonan pinjaman, CD (credit debt) dan pemeriksaan rekening.
PERMASALAHAN
Sejumlah faktor akan menjadi bagian penting dalam pemecahan beberapa problem serius, yang nantinya akan berpengaruh pada kesuksesan sebuah bank secara cepat. Kecepatan pertumbuhan akan berdampak pada kebutuhan permintaan pegawai baru, akan tetapi mempertemukan kebutuhan ini secara cepat dengan kualitas orang-orang yang tepat tentu bukan hal mudah. Pegawai harus memenuhi kriteria diantaranya berkepentingan untuk memberi pelanggan/ nasabah perhatian penuh. Dampak dari usaha menyediakan personel service ini akan terlihat pada pertambahan jumlah nasabah, secara detail mereka akan memberikan informasi penuh terkait dengan produk jasa antara lain pinjaman komersial, agricultural dan pinjaman real estate dan investasi bank. Prosedur baru tersebut tidak ditujukan untuk menjamin semua data lengkap produk akan dipesan. Disamping itu pegawai bagian peminjaman (Loan Officers) sering ditekan oleh permintaan-permintaan dari bagian keuangan. Para nasabah baru maupun lama mengajukan permohonan pinjaman, CD (credit debt) dan pemeriksaan rekening.
Dalam banyak kasus, meskipun riwayat dari para pelamar pinjaman tidak cukup memadai untuk diinvestigasi lebih lanjut, namun terpenting adalah adanya dokumen pendukung yang lengkap. Selama kurun waktu tersebut, karyawan atau tenaga kerja tidak mampu menjaga Bennett tetap update secara keseluruhan dalam menjaga kesehatan kinerja dari bank. Seiring dengan pertumbuhan perusahaan, Bennett merasa kalau dia tidak mampu lagi mengontrol pelaksanaan bank sebagaimana mesthinya.. Dengan tidak adanya bagian personalia, delegasi tugas menjadi problematika. Permasalahan-permasalahan semakin berkembang dan tidak tajam, terlebih lagi dengan semakin meluasnya perubahan-perubahan regulator yang membawa pada berbagai bentuk produk simpanan, loan disaster, dan trend sosial ekonomi di tahun 1980 dan 1990. Regulasi dari FDIC dan agensi pemerintah berpengaruh pada komunitas bank. Semisal, laporan yang bersifat baru, berbeda sekaligus kebijakan-kebijakan baru serta prosedur yang diminta.
Demikian tadi keperluan –keperluan baru yang terpaksa dibebankan karena bank memiliki permasalahan sebagai akibat dari cepatnya pertumbuhan. Sejumlah faktor ekonomi yang mewakili problem real untuk lokal bisnis kecil mendesak terjadi cutback (koyaknya bagian belakang). Iklim atau musim kering serta perubahan kebijakan pemerintah menyebabkan kesulitan bagi para petani mewakili bagian terbesar dari nasabah bank level bawah. Alhasil kesehatan ekonomi dari rural area menjadi makin buruk beberapa lama khusunya disepanjang awal tahun 90an.
Strategi Baru
Sebagai harapan, kombinasi dari kecepatan pertumbuhan, baru dan kenaikan pertumbuhan regulasi pemerintah ditandai awal untuk memahami sebab permasalahan bank. Pada awal tahun 1993 beberapa rekening lama dan bertambahnya jumlah penjahat pinjaman (delinquent loans). Pembayaran angsuran pinjaman terhenti (disebut juga dengan kredit macet) mengalami kenaikan pada kurun waktu 1993-1994. Catatan pinjaman tersebut digolongkan oleh manajemen pada karakteristik poor performers (buruk) karena mempengaruhi atau berdampak negatif pada tingkat kesehatan & profitabilitas bank. Selama tahun 1993 bertambah overdraft (draft perjanjian), terpenting lagi terjadi penurunan pendapatan kewajiban pembayaran pinjaman menjadi permasalahan.
Strategi Baru
Sebagai harapan, kombinasi dari kecepatan pertumbuhan, baru dan kenaikan pertumbuhan regulasi pemerintah ditandai awal untuk memahami sebab permasalahan bank. Pada awal tahun 1993 beberapa rekening lama dan bertambahnya jumlah penjahat pinjaman (delinquent loans). Pembayaran angsuran pinjaman terhenti (disebut juga dengan kredit macet) mengalami kenaikan pada kurun waktu 1993-1994. Catatan pinjaman tersebut digolongkan oleh manajemen pada karakteristik poor performers (buruk) karena mempengaruhi atau berdampak negatif pada tingkat kesehatan & profitabilitas bank. Selama tahun 1993 bertambah overdraft (draft perjanjian), terpenting lagi terjadi penurunan pendapatan kewajiban pembayaran pinjaman menjadi permasalahan.
Tahun 1994 bank berusaha terus menghasilkan profit walaupun pendapatan menurun. Kapitalisasi (permodalan), sebagai indikator terpenting dari sehatnya sebuah bank, karena pendapatan tidak cukup menjaga laju pertumbuhan. Pertumbuhan telah terlihat begitu cepat tapi kini mulai nampak menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Bennet menduga inilah akar permasalahan dari bank tersebut, dengan pengalaman yang dimiliki Bennet memutuskan untuk merevisi strategi dan mulai membuat sesuatu yang lain. Revisi strategi berlanjut untuk menekankan pada pendekatan personal kepada nasabah tapi mengalami perlambatan pertumbuhan di beberapa area. Dia menyadari bahwa jumlah staff yang dimiliki tidak cukup memadai untuk mengimplementasikan strategi itu. Sebagai contoh anggota staf baru tidak mampu menyediakan servis khusus kepada nasabah meskipun sudah mengikuti prosedur yang berlaku dengan lengkap dan benar. Dia juga memahami kalau para staff-nya membutuhkan pelatihan pada area seperti regulasi iijin operational, manajemen loan portofolio, credit analysis & collection/ pengumpulan.
Bennet mengambil beberapa langkah untuk memecahkan masalah yang dihadapi di departemen pinjaman. Dia berinisiatif menerapkan strategi penghematan terlebih lagi pada kebijakan peminjaman bank; pinjaman bagi nasabah baru (belum sepenuhnya terbentuk). Bennet menyewa 4 staff agar semua dokumen terhubung dengan pinjaman nasabah sehingga update dan standar prosedur dapat diikuti. Sejarah keuangan peminjaman dan sejarah kepemilikan kredit cukup untuk mengivestigasi dan juga loan officer kini memiliki waktu lebih untuk memonitor rekening serta melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi nasabah mangkir.
Secara keseluruhan strategi bank menekankan untuk mengikuti prosedur, tata cara memesan correcting existing problem, dan menyiapkan dengan memadai faktor pertumbuhan di masa mendatang. Tidak jauh lagi pertumbuhan dan perkembangan pasar menjadi bagian utama dari strategi ini. Melakukan perawatan pemeliharaan jumlah karyawan dan penawaran personel servis sebagai strategi baru. Ini akan menjadi menarik untuk melihat bagaimana kondisi bank, di beberapa tahun kedepan sebagai cara merevisi strategi. (HRMS, Mr. Arif, PAN Yogyakarta)
Struktur Modal, Agensi, dan Aliran Kas Bebas
Pada awalnya perhatian Sonia Burdett terfokus pada komunikasi efektif dengan komisaris perusahaan terkait kebijakan keuangan. Burdett menjadi CFO perusahaan Mc. Dermott Manufacturing Inc (MM.Inc) sejak 5 tahun yang lalu. Selama 3 hari, pimpinan direktur itu akan bertemu untuk membahas berbagai permasalahan yang berimplikasi pada pengaturan strategi perusahaan. Sonia Burdett bertugas untuk menjadi pendamping pembantu bagi pimpinan perusahaan, dan dia diminta untuk melihat dan menjelaskan hubungan antara free cash flow perusahaan, kesempatan investasi modal, dan struktur modal. MM,Inc beroperasi meraup keuntungan sejak tahun 1985.
Pada awalnya perhatian Sonia Burdett terfokus pada komunikasi efektif dengan komisaris perusahaan terkait kebijakan keuangan. Burdett menjadi CFO perusahaan Mc. Dermott Manufacturing Inc (MM.Inc) sejak 5 tahun yang lalu. Selama 3 hari, pimpinan direktur itu akan bertemu untuk membahas berbagai permasalahan yang berimplikasi pada pengaturan strategi perusahaan. Sonia Burdett bertugas untuk menjadi pendamping pembantu bagi pimpinan perusahaan, dan dia diminta untuk melihat dan menjelaskan hubungan antara free cash flow perusahaan, kesempatan investasi modal, dan struktur modal. MM,Inc beroperasi meraup keuntungan sejak tahun 1985.
Bisnis bermula dari usaha manifaktur dan menjual turbin elektrik bagi usaha industri. Perusahaan dikenal memiliki reputasi baik yaitu menyediakan produk berkualitas dan service terpercaya untuk purna jual. Intensitas modal pada industri ini, tidak memudahkan masuknya pesaing-pesaing baru. Alhasil, industri ini berpendapatan relatif stabil dan pertumbuhan pendapatan dan iklim pertumbuhan relatif mudah diprediksi. Penjualan serta pertumbuhan pendapatan industri; grup dagang dan indikasi lainnya. Dalam memperkirakan bagaimana publikasi sehingga industri akan berkembang secara jelas pada tingkat nominal GDP masa depan.
Generasi tenaga elektrik Amerika didasarkan pada pengembangan efisiensi operasional dilapangan yang baru saja tersedia dengan berbagai alasan. Konstruksi baru, nuklir atau lainnya menjadi perhatian masa depan (virtual). Nampaknya kegunaan industri ini sebagai bahan beracun/ merusak dari beberapa tipe transisi utama, tidak diketahui. Penggantian turbin dan mesin lainnya termasuk software dan item pendukung lainnya yang berhubungan dengan operasional turbin sekarang menjadi sumber utama penghasilan MM.Inc data perlawanan perusahaan dalam bersaing.
Meeting mendatang bagi Burdett adalah persiapan yang masih bersifat meragukan, dia disarankan oleh seorang kolega nya memperhatikan isue-isue yang menjadi pertimbangan serta mendiskusikan (silang pendapat) pada cakupan industri secara luas. Beberapa isue tidak bosan-bosannya muncul terkait kebijakan keuangan corporate dan refleksi perubahan fundamental secara perlahan-perlahan dalam hubungan/ relasi antara stockholders dan manajer.
Jika para manajer sebagai agent para stockholder berimplikasi pada terwujudnya kompensasi; monitoring/ kinerja manajemen, dan keseluruhan viabilitas keuangan perusahaan? Sebagai contoh; apa efeknya jika ada haruskah agensi berkaitan dnegan struktur modal perusahaan? Lebih dari itu, haruskah agensi berkaitan dengan struktur modal perusahaan? Lebih dahulu itu, pertimbangan area diperiksa board director? Ada banyak pertanyaan untuk Burdett, minggu lalu, beri perhatian penuh. Tabel 1, menyediakan laporan neraca perusahaan lahir belakangan ini.
Burdett yakin bahwa pengusaha (board) tertarik khususnya pada kebijakan relative keuangan perusahaan dimasa akan datang menggunakan aliran kas perusahaan. Aliran kas bebas dgambarkan sebagai EBIT (pendapatan sebelum bunga dan pajak (1-tax rate)+ depresiasi-capital expenditure-addition to net working capital.
Seperti halnya cash flow diakumulasikan dari perbandingan sejumlah capital expenditure projek yang tersedia di MM.Inc. Pertumbuhan industri turun perlahan-perlahan, sebagai akibat board (kelompok/ usaha) menggunakan free cash flow. menunjukkan cash flow yang tersedia setelah semua proyek modal diterima disediakan.
Hari itu pertemuan seluruh pimpinan akan berakhir, Sonia Burdett berharap dari seluruh diskusi mungkin berdampak jangka panjang bagi MM.Inc. Yang menarik perhatian diantara para direktur tersebut memperhatikan kegunaan staf keuangan perusahaan, akan memposisikan perusahaan pada free cash flow. Anggota dari komunikasi itu nampak percaya bahwa substansi jumlah uang tidak menjadi play money bagi staf keuangan, salah satu anggota komisi tersebut harus menyimpan free cash flow meningkat 15% digabung 5 tahun yang lalu. Secara special, kesepakatan diantara mereka menjadikan perusahaan terus meningkatkan debt (hutang) jangka panjang. Meningkatnya debt jangka panjang menyelesaikan 2 tujuan terpenting dan berdasarkan pemikiran mereka. Pertama, bagian penting common stock dipensiunkan, oleh karena peningkatan ROE bagi shareholder, 2 pembayaran bunga pada penambahan debt/ hutang bisa memberi keyakinan bahwa peningkatan cash flow bebas harus diletakkan pada penggunaan ynag benar.
Nona Burdett mempertimbangkan saran-saran yang diberikan dalam memandang perubahan alamiah sebuah hubungan yang terjalin antara shareholder dan manajer. Pertanyaan itu ditujukan agar lebih bertanggung jawab untuk tindakan mereka, memberi support aksi / kegiatan yang berhubungan antara free cash flow dan pembayaran service hutang. Monitoring tidak begitu saja selesai ketika cash flow tersedia untuk expenditure (beban) resiko dan pendapatan secara esensi tidak diketahui oleh shareholder. Burdett ingin tahu apa pengaruh tambahan debt jangka panjang terkait dengan rating hutang perusahaan (debt rating). Pertanyaan tersebut mendapat perhatian manajemen perusahaan, karena perkiraan pertumbuhan perlahan/ lembut, perusahaan berjanji untuk memelihara reputasi industri. Kebutuhan menaikkan dana secara cepat dan tingkat kompetitif penting dihargai.
Generasi tenaga elektrik Amerika didasarkan pada pengembangan efisiensi operasional dilapangan yang baru saja tersedia dengan berbagai alasan. Konstruksi baru, nuklir atau lainnya menjadi perhatian masa depan (virtual). Nampaknya kegunaan industri ini sebagai bahan beracun/ merusak dari beberapa tipe transisi utama, tidak diketahui. Penggantian turbin dan mesin lainnya termasuk software dan item pendukung lainnya yang berhubungan dengan operasional turbin sekarang menjadi sumber utama penghasilan MM.Inc data perlawanan perusahaan dalam bersaing.
Meeting mendatang bagi Burdett adalah persiapan yang masih bersifat meragukan, dia disarankan oleh seorang kolega nya memperhatikan isue-isue yang menjadi pertimbangan serta mendiskusikan (silang pendapat) pada cakupan industri secara luas. Beberapa isue tidak bosan-bosannya muncul terkait kebijakan keuangan corporate dan refleksi perubahan fundamental secara perlahan-perlahan dalam hubungan/ relasi antara stockholders dan manajer.
Jika para manajer sebagai agent para stockholder berimplikasi pada terwujudnya kompensasi; monitoring/ kinerja manajemen, dan keseluruhan viabilitas keuangan perusahaan? Sebagai contoh; apa efeknya jika ada haruskah agensi berkaitan dnegan struktur modal perusahaan? Lebih dari itu, haruskah agensi berkaitan dengan struktur modal perusahaan? Lebih dahulu itu, pertimbangan area diperiksa board director? Ada banyak pertanyaan untuk Burdett, minggu lalu, beri perhatian penuh. Tabel 1, menyediakan laporan neraca perusahaan lahir belakangan ini.
Burdett yakin bahwa pengusaha (board) tertarik khususnya pada kebijakan relative keuangan perusahaan dimasa akan datang menggunakan aliran kas perusahaan. Aliran kas bebas dgambarkan sebagai EBIT (pendapatan sebelum bunga dan pajak (1-tax rate)+ depresiasi-capital expenditure-addition to net working capital.
Seperti halnya cash flow diakumulasikan dari perbandingan sejumlah capital expenditure projek yang tersedia di MM.Inc. Pertumbuhan industri turun perlahan-perlahan, sebagai akibat board (kelompok/ usaha) menggunakan free cash flow. menunjukkan cash flow yang tersedia setelah semua proyek modal diterima disediakan.
Hari itu pertemuan seluruh pimpinan akan berakhir, Sonia Burdett berharap dari seluruh diskusi mungkin berdampak jangka panjang bagi MM.Inc. Yang menarik perhatian diantara para direktur tersebut memperhatikan kegunaan staf keuangan perusahaan, akan memposisikan perusahaan pada free cash flow. Anggota dari komunikasi itu nampak percaya bahwa substansi jumlah uang tidak menjadi play money bagi staf keuangan, salah satu anggota komisi tersebut harus menyimpan free cash flow meningkat 15% digabung 5 tahun yang lalu. Secara special, kesepakatan diantara mereka menjadikan perusahaan terus meningkatkan debt (hutang) jangka panjang. Meningkatnya debt jangka panjang menyelesaikan 2 tujuan terpenting dan berdasarkan pemikiran mereka. Pertama, bagian penting common stock dipensiunkan, oleh karena peningkatan ROE bagi shareholder, 2 pembayaran bunga pada penambahan debt/ hutang bisa memberi keyakinan bahwa peningkatan cash flow bebas harus diletakkan pada penggunaan ynag benar.
Nona Burdett mempertimbangkan saran-saran yang diberikan dalam memandang perubahan alamiah sebuah hubungan yang terjalin antara shareholder dan manajer. Pertanyaan itu ditujukan agar lebih bertanggung jawab untuk tindakan mereka, memberi support aksi / kegiatan yang berhubungan antara free cash flow dan pembayaran service hutang. Monitoring tidak begitu saja selesai ketika cash flow tersedia untuk expenditure (beban) resiko dan pendapatan secara esensi tidak diketahui oleh shareholder. Burdett ingin tahu apa pengaruh tambahan debt jangka panjang terkait dengan rating hutang perusahaan (debt rating). Pertanyaan tersebut mendapat perhatian manajemen perusahaan, karena perkiraan pertumbuhan perlahan/ lembut, perusahaan berjanji untuk memelihara reputasi industri. Kebutuhan menaikkan dana secara cepat dan tingkat kompetitif penting dihargai.
Pemilihan data industri ditunjukkan pada table 2 dibawah ini, ditambahkan untuk mendapatkan data dan informasi bunga rata-rata MM,Inc di tahun 1995, 7%. Kurva menunjukkan bunga relative flat selama periode hutang ini Burdett percaya bahwa dana jangka panjang yang digulirkan/ dipinjam selama 12-18 bulan memiliki tingkat bunga tidak berlaku 8%. Keuntungan setelah pajak $11,152 dan rata-rata pajak perusahaan 30% gabungan dan pajak federal maupun local.
Abstraksi
Karena hak opsi beli pada corporate bond menaikkan nilai, terlebih lagi ketika bond yield jatuh, maka hubungan antara noncallable treasury yields dan selisih permintaan dan penawaran corporate bond yield dibanding treasury yield tergantung pada callabilitas corporate bond. Saya mencoba menguatkan hipotesa dalam memilih investasi corporate bond. Meskipun pada hasil imbal (yield) baik callable maupun non callable corporate bond turun ketika treasury yield naik, hubungan ini akan semakin menguat pada callable bond. Artinya dalam menginterpretasikan perilaku yield corporate bond index khususnya pada callable bonds memiliki implikasi penting.
Kutipan diatas maksudnya, perlu dilakukan interpretasi terhadap perilaku hasil imbal indeks obligasi perusahaan (corporate bond) khususnya pada obligasi yang dapat dilunasi. Karena memiliki implikasi penting dalam kita menentukan investasi yang benar. Dalam memilih investasi obligasi perusahaan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain memilih diantara dua obligasi perusahaan. Obligasi perusahaan terdiri dari obligasi dapat dilunasi (callable bond) dan obligasi tidak dapat dilunasi (non callable bond). Obligasi ini memiliki hak opsi beli (yang memberikan hak kepada penerbit obligasi untuk melunasi/ menebus obligasi), hak ini akan membantu mereka ketika hasil imbal obligasi (bond yield) turun/ jatuh. Meskipun pada aplikasinya obligasi perusahaan akan turun ketika obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah (contoh di Amerika disebut Treasury bond) cenderung naik. Dalam paper ini dibahas mengenai hubungan antara hasil imbal obligasi pemerintah dengan obligasi perusahaan, terlebih lagi antara non callable treasury bond, callable treasury bond dan corporate bond.
Biasanya index obligasi perusahaan (swasta) diterbitkan oleh Moody’s atau Lehman Brothers, terdiri dari callable maupun non callable bond. Tujuan dari dibuatnya indeks itu untuk memotret kondisi pasar obligasi perusahaan (swasta) secara luas dengan metodologi sensible (fluktuasi). Hingga pertengahan tahun 1980, hanya sedikit perusahaan yang menerbitkan noncallable bonds, meskipun pada dasarnya callable bond (obligasi yang likuid) yang seharusnya digunakan untuk menentukan rancangan indeks untuk mengukur hasil imbal (yield). Bagaimanapun, berbagai analisa empiris yang mempelajari hasil imbal ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana hak opsi akan mempengaruhi perilaku para pelaku pasar obligasi. Variasi dari obligasi yang likuid (callable bond) akan mencerminkan variasi dari nilai valuta
Atau, obligasi dari masing-masing negara nantinya dihitung dengan kurs masing-masing negara, setelah itu dikonversi ke dolar Amerika sehingga memudahkan untuk membuat trend pergerakan obligasi. Bisa dikatakan kalau harga noncallable bond naik, harga callable bond tidak naik dikarenakan hak opsi juga akan meningkat.
Saya akan menyelidiki salah satu aspek perilaku yang mengkaji hubungan antara hasil imbal obligasi pemerintah yang tidak likuid serta selisih hasil imbal obligasi perusahaan dengan obligasi pemerintah. Relasi ini memberikan informasi tentang kovariasi antara default free discount rate dengan persepsi pasar akan default risk. Default free discount rate adalah potongan nilai jika penerbit obligasi membayar sebelum jatuh tempo, sedang default risk adalah resiko yang ditanggung penerbit obligasi jika tidak membayar pinjaman telah habis temponya. Akan tetapi bila menggunakan dasar obligasi yang likuid, maka hubungan tadi akan mencerminkan fakta bahwa harga tinggi dari obligasi pemerintah yang tidak liquid seiring dengan tingginya nilai hak opsi. Karena itu hubungan antara hasil imbal obligasi pemerintah dan obligasi perusahaan yang likuid akan bernilai negative (terbalik) dibanding hasil imbal obligasi pemerintah dengan obligasi perusahaan tidak likuid (noncallable).
Saya menggunakan data investasi harga perdagangan obligasi perusahaan dari bulan januari 1985 sampai Maret 1995 untuk melihat bagaimana hasil imbal ditentukan dari perubahan berbagai level dan slope struktur obligasi pemerintah. Saya menemukan hubungan negative (terbalik) antara hasil imbal obligasi pemerintah dan obligasi perusahaan noncallable (yang tidak likuid). Bisa dikatakan bahwa kurva treasury yield (hasil imbal obligasi pemerintah) turun pada point 10 diantara bulan t & t+1, dengan rata-rata hasil imbal bagian rating noncallable Aa pada obligasi perusahaan (swasta) naik 1,5 point. Bagaimanapun hubungan negative antara treasury yield dan callable bond sangat kuat daripada hubungan dengan noncallable bond. Bukan itu saja, hubungan negative nampak pada harga tertinggi dan harga terendah dari callable bond karena adanya nilai hak opsi tetap ketika harga terlalu jauh. Karena itu tidak mengejutkan ditemukan hubungan negative begitu kuat antara treasury yield dan hasil index corporate bond yield.
Maksudnya harga dan yield obligasi saling berhubungan, tampak terbalik atau negative. Posisi negative memberikan arti bahwa yield obligasi mengalami peningkatan, sedangkan harga obligasi mengalami penurunan dan sebaliknya. Bagi manajer investasi yang bertugas mengelola portofolio obligasi maka harga dan yield sangat penting diketahui agar dapat menentukan apakah akan membeli/ atau tidak mmbeli obligasi.
Longstaff & Schwartz (1995) melaporkan dan mengemukakan bukti yang hampir sama tentang atribut korelasi negative antara nilai asset perusahaan dan default free interest rate. Analisa ini menunjukkan bahwa beberapa kesimpulan didasarkan secara eksklusif pada perilaku obligasi perusahaan noncallable.
Dalam paper ini terbagi 4 hal, Bab I berisi data yang digunakan. Bab II data empiris noncallable bond yang dilaporkan. Bab III pertimbangan callable bond dan lainnya secara umum digunakan pada indeks obligasi. Bab IV kesimpulan.
Gambaran Database
Fixed Income Database (FID) Universitas Houston terdiri dari data obligasi bulan terakhir pada indeks Lehman Brother Bond. Semua obligasi diterbitkan dengan pembayaran semiannual coupon. Dalam paper ini digunakan cakupan data dari bulan Januari 1973 hingga Maret 1995. Sebagai tambahan kelengkapan laporan harga dan yield akhir bulan ini, database mencatat juga mengenai maturity (jatuh tempo), coupon (kupon), various call (berbagai opsi), put (menahan) dan sinking fund information (informasi dana tenggelam) dan berbagai macam sector bisnis (seperti industri, utilities, financial). Serta melaporkan secara bulanan rating Moody’s and Standard &Poor’s (S&P) untuk setiap obligasi. Hingga tahun 1992 Lehman Brother Bond hanya mencover investment grade perusahaan, dalam paper ini menekankan pada obligasi ditingkat Baa atau lebih tinggi menurut Moody (BBB –S&P). Lihat teori Warga (1991) untuk informasi lebih lanjut mengenai database.
Pasar obligasi perusahaan sangat likuid dibanding pasar saham. Nunn, Hill dan Schneeweis (1986) dan Warga (1991) membahas mengenai bermacam implikasi likuiditas bagi para peneliti. Data membedakan antara perdagangan yang dilihat dari harga dan harga matriks.
Dalam paper ini fokus pada perbedaan antara callable dan noncallable bond. Kemudian data yang diambil adalah data periode Januari 1985 hingga Maret 1995.
Karena hak opsi beli pada corporate bond menaikkan nilai, terlebih lagi ketika bond yield jatuh, maka hubungan antara noncallable treasury yields dan selisih permintaan dan penawaran corporate bond yield dibanding treasury yield tergantung pada callabilitas corporate bond. Saya mencoba menguatkan hipotesa dalam memilih investasi corporate bond. Meskipun pada hasil imbal (yield) baik callable maupun non callable corporate bond turun ketika treasury yield naik, hubungan ini akan semakin menguat pada callable bond. Artinya dalam menginterpretasikan perilaku yield corporate bond index khususnya pada callable bonds memiliki implikasi penting.
Kutipan diatas maksudnya, perlu dilakukan interpretasi terhadap perilaku hasil imbal indeks obligasi perusahaan (corporate bond) khususnya pada obligasi yang dapat dilunasi. Karena memiliki implikasi penting dalam kita menentukan investasi yang benar. Dalam memilih investasi obligasi perusahaan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain memilih diantara dua obligasi perusahaan. Obligasi perusahaan terdiri dari obligasi dapat dilunasi (callable bond) dan obligasi tidak dapat dilunasi (non callable bond). Obligasi ini memiliki hak opsi beli (yang memberikan hak kepada penerbit obligasi untuk melunasi/ menebus obligasi), hak ini akan membantu mereka ketika hasil imbal obligasi (bond yield) turun/ jatuh. Meskipun pada aplikasinya obligasi perusahaan akan turun ketika obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah (contoh di Amerika disebut Treasury bond) cenderung naik. Dalam paper ini dibahas mengenai hubungan antara hasil imbal obligasi pemerintah dengan obligasi perusahaan, terlebih lagi antara non callable treasury bond, callable treasury bond dan corporate bond.
Biasanya index obligasi perusahaan (swasta) diterbitkan oleh Moody’s atau Lehman Brothers, terdiri dari callable maupun non callable bond. Tujuan dari dibuatnya indeks itu untuk memotret kondisi pasar obligasi perusahaan (swasta) secara luas dengan metodologi sensible (fluktuasi). Hingga pertengahan tahun 1980, hanya sedikit perusahaan yang menerbitkan noncallable bonds, meskipun pada dasarnya callable bond (obligasi yang likuid) yang seharusnya digunakan untuk menentukan rancangan indeks untuk mengukur hasil imbal (yield). Bagaimanapun, berbagai analisa empiris yang mempelajari hasil imbal ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana hak opsi akan mempengaruhi perilaku para pelaku pasar obligasi. Variasi dari obligasi yang likuid (callable bond) akan mencerminkan variasi dari nilai valuta
Atau, obligasi dari masing-masing negara nantinya dihitung dengan kurs masing-masing negara, setelah itu dikonversi ke dolar Amerika sehingga memudahkan untuk membuat trend pergerakan obligasi. Bisa dikatakan kalau harga noncallable bond naik, harga callable bond tidak naik dikarenakan hak opsi juga akan meningkat.
Saya akan menyelidiki salah satu aspek perilaku yang mengkaji hubungan antara hasil imbal obligasi pemerintah yang tidak likuid serta selisih hasil imbal obligasi perusahaan dengan obligasi pemerintah. Relasi ini memberikan informasi tentang kovariasi antara default free discount rate dengan persepsi pasar akan default risk. Default free discount rate adalah potongan nilai jika penerbit obligasi membayar sebelum jatuh tempo, sedang default risk adalah resiko yang ditanggung penerbit obligasi jika tidak membayar pinjaman telah habis temponya. Akan tetapi bila menggunakan dasar obligasi yang likuid, maka hubungan tadi akan mencerminkan fakta bahwa harga tinggi dari obligasi pemerintah yang tidak liquid seiring dengan tingginya nilai hak opsi. Karena itu hubungan antara hasil imbal obligasi pemerintah dan obligasi perusahaan yang likuid akan bernilai negative (terbalik) dibanding hasil imbal obligasi pemerintah dengan obligasi perusahaan tidak likuid (noncallable).
Saya menggunakan data investasi harga perdagangan obligasi perusahaan dari bulan januari 1985 sampai Maret 1995 untuk melihat bagaimana hasil imbal ditentukan dari perubahan berbagai level dan slope struktur obligasi pemerintah. Saya menemukan hubungan negative (terbalik) antara hasil imbal obligasi pemerintah dan obligasi perusahaan noncallable (yang tidak likuid). Bisa dikatakan bahwa kurva treasury yield (hasil imbal obligasi pemerintah) turun pada point 10 diantara bulan t & t+1, dengan rata-rata hasil imbal bagian rating noncallable Aa pada obligasi perusahaan (swasta) naik 1,5 point. Bagaimanapun hubungan negative antara treasury yield dan callable bond sangat kuat daripada hubungan dengan noncallable bond. Bukan itu saja, hubungan negative nampak pada harga tertinggi dan harga terendah dari callable bond karena adanya nilai hak opsi tetap ketika harga terlalu jauh. Karena itu tidak mengejutkan ditemukan hubungan negative begitu kuat antara treasury yield dan hasil index corporate bond yield.
Maksudnya harga dan yield obligasi saling berhubungan, tampak terbalik atau negative. Posisi negative memberikan arti bahwa yield obligasi mengalami peningkatan, sedangkan harga obligasi mengalami penurunan dan sebaliknya. Bagi manajer investasi yang bertugas mengelola portofolio obligasi maka harga dan yield sangat penting diketahui agar dapat menentukan apakah akan membeli/ atau tidak mmbeli obligasi.
Longstaff & Schwartz (1995) melaporkan dan mengemukakan bukti yang hampir sama tentang atribut korelasi negative antara nilai asset perusahaan dan default free interest rate. Analisa ini menunjukkan bahwa beberapa kesimpulan didasarkan secara eksklusif pada perilaku obligasi perusahaan noncallable.
Dalam paper ini terbagi 4 hal, Bab I berisi data yang digunakan. Bab II data empiris noncallable bond yang dilaporkan. Bab III pertimbangan callable bond dan lainnya secara umum digunakan pada indeks obligasi. Bab IV kesimpulan.
Gambaran Database
Fixed Income Database (FID) Universitas Houston terdiri dari data obligasi bulan terakhir pada indeks Lehman Brother Bond. Semua obligasi diterbitkan dengan pembayaran semiannual coupon. Dalam paper ini digunakan cakupan data dari bulan Januari 1973 hingga Maret 1995. Sebagai tambahan kelengkapan laporan harga dan yield akhir bulan ini, database mencatat juga mengenai maturity (jatuh tempo), coupon (kupon), various call (berbagai opsi), put (menahan) dan sinking fund information (informasi dana tenggelam) dan berbagai macam sector bisnis (seperti industri, utilities, financial). Serta melaporkan secara bulanan rating Moody’s and Standard &Poor’s (S&P) untuk setiap obligasi. Hingga tahun 1992 Lehman Brother Bond hanya mencover investment grade perusahaan, dalam paper ini menekankan pada obligasi ditingkat Baa atau lebih tinggi menurut Moody (BBB –S&P). Lihat teori Warga (1991) untuk informasi lebih lanjut mengenai database.
Pasar obligasi perusahaan sangat likuid dibanding pasar saham. Nunn, Hill dan Schneeweis (1986) dan Warga (1991) membahas mengenai bermacam implikasi likuiditas bagi para peneliti. Data membedakan antara perdagangan yang dilihat dari harga dan harga matriks.
Dalam paper ini fokus pada perbedaan antara callable dan noncallable bond. Kemudian data yang diambil adalah data periode Januari 1985 hingga Maret 1995.
Konstruksi Data
Noncallable corporate bond yield dan yield spread
Dengan mempertimbangkan obligasi perusahaan noncallable, nonputable, dan no sinking fund option, penulis membuat indeks hasil imbal obligasi perusahaan bulanan, yield spread (Treasure) dan mengubahnya pada empat kategori sektor bisnis (obligasi semua sector, obligasi sector industri, obligasi utility/ kegunaan, dan obligasi sector keuangan), 4 kategori rating (Aaa, Aa, A, dan Baa), dan 3 remaining maturity (2-7tahun, 7-15 th, 15-30 tahun). Perbedaan time series dan perubahan spread dibentuk.
Treasury Bond Yield (hasil imbal Obligasi Pemerintah)
Untuk menginventigasi hubungan antara perubahan yield spread dan perubahan struktur obligasi pemerintah (Treasury term structure), saya membutuhkan variable yang meringkas informasi tadi. Saya mengukur level Treasury term structure dengan 3 bulan Treasury bill yield, melalui persamaan YT,1/4,t dan mengukur slope dengan menentukan selisih antara periode jatuh tempo tetap 30 tahun obligasi perusahaan (treasury yield) dan 3 bulan treasury bill yield yang berarti TERM. Semisal dengan mengukur level term structure yield 3 bulan, peningkatan TERM, mempertahankan level fix correspondence untuk meningkatkan Treasury Securities dengan mengambil jatuh tempo lebih dari 3 bulan.
II. Hasil kajian empiris Obligasi Perusahaan noncallable
Hubungan Kontemporer (Contemporaneous Relations)
Penulis menggunakan teknik regresi OLS untuk memotret kondisi selama periode Februari 1985 hingga Maret 1995. melalui persamaan sbb:
SPREAD simt+1= b sim0 + bsim1YT,1.4,t=1 + bsim2TERMt+1+esimt+1
Diketahui bahwa persamaan 1 menyatakan perubahan periode dari bulan t menjadi bulan t+1 berarti, hasil imbal obligasi noncallable diedarkan oleh perusahaan industri s dengan rating 1 dan jatuh tempo m diregresi dari perubahan kontemporer selama 3 bulan Treasury bill yield YT,1.4,t+1 serta slope dari Treasury term structure TERM t+1. Sedangkan tabel 2 menginformasikan estimasi hasil dari berbagai maturity dan credit rating. Table ini memperkirakan hasil implikasi jika basis point 10 turun 3 bulan Treasury yield, sedang yield spread naik antara 0.2 point (obligasi pada medium term Aaa) dan 4,2 point (long term Baa obligasi). Hubungan diantara keduanya lemah, berarti hubungan antara yield spread dan slope Treasury term structure umumnya negative (terbalik).
Sebagai catatan hubungan empiris antara treasury yield dan corporate bond yield berkebalikan dengan apa yang diharapkan, terlebih pada perbedaan tariff pajak antara obligasi perusahaan maupun obligasi pemerintah. Pada corporate bond berkewajiban untuk membayar pajak federal, state maupun local. Sedangkan obligasi pemerintah hanya berkewajiban pada pajak federal saja. Pada dasarnya tidak ada teori yang memberikan petunjuk bahwa hasil imbal obligasi berbagai sector bisnis secara langsung akan reaktif mengubah obligasi pemerintah. Pada kenyataannya perbedaan sector dipengaruhi oleh fluktuasi makroekonomi dalam berbagai cara.
Tabel II.
Regresi perbahan Hasil Imbal Obligasi Perusahaan Mempengaruhi Hasil imbal Obligasi Pemerintah.
Obligasi noncallable diedarkan oleh perusahaan yang bergerak di bidang industri, kegunaan/ fungsi dan perusahaan keuangan yang digolongkan dari bulan t, rating Moody i, dan remaining maturity m, dimana maturity terbagi atas 3 (15-30 tahun; long), (7-15 tahun medium), (2-7 tahun short). Lihat tabel.
Pada tabel diatas X2 test tidak bermaksud untuk menolak hipotesis dari koefisien constant pada bisnis silang, untuk semua kategori obligasi. Dalam perspektif statistic nampak jelas, tidak ada bukti bahwa yield spread untuk bisnis yang berbeda akan memiliki perbedaan reaksi terhadap obligasi. Hasilnya ditemukan bahwa koefisien estimasi untuk 3 sektor sangat mirip. Dalam paper ini penulis hanya menggunakan konstruksi yield spread untuk semua sector bisnis.
pengaruh Kupon (The effect of Coupons)
Kupon obligasi adalah nilai atau bunga pinjaman yang disepakati untuk dibayarkan penerbit obligasi kepada pemegang obligasi guna mengembalikan pinjaman penerbit obligasi kepada pemegang obligasi. Nilai tukar kupon adalah tingkat suku bunga atau imbal hasil dari obligasi tersebut.
Dalam paper ini disebutkan bahwa obligasi perusahaan memiliki kupon yang lebih tinggi dibanding obligasi pemerintah. Demikian pula obligasi perusahaan dengan jatuh tempo sama seperti obligasi pemerintah akan memiliki durasi yang lebih pendek. Short duration instrument lebih atau sedikit sensitive terhadap short atau long maturity diskon rate dibanding long duration instrument.
Artinya obligasi memiliki resiko tertinggi dibandingkan surat utang yang memiliki resiko menengah dan surat perbendaharaan yang memiliki resiko terendah dilihat dari sisi durasi surat utang dimana makin pendek durasinya resiko semakin rendah.
Karena itu peningkatan slope pada kurva treasury yield , akan berpegang pada zero coupon bond yield yang konstan. Obligasi tanpa bunga (Zero coupon bond) adalah suatu obligasi yang tidak disertai kupon dimana obligasi diperdagangkan pada suatu nilai dibawah nilai pari, obligasi yang dibayarkan oleh penerbit obligasi pada saat jatuh tempo. Obligasi yang disebut obligasi diskonto ini hanya atas diskontonya saja yang dikenakan pajak penghasilan yaitu sebesar 20% dari selisih harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo obligsi di atas harga perolehan obligasi.
III. Perbandingan dengan obligasi callable (obligasi dapat ditagih/ ditebus)
Indeks hasil imbal biasanya terdiri dari obligasi noncallable dan obligasi callable. Sebagai contoh
Peringkat obligasi merupakan guide bagi para pemodal yang berminat untuk membeli obligasi karena peringkat obligasi merupakan skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan, skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi si pemodal (kreditur). Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuannya dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. Dalam menentukan pemeringkat suatu obligasi dipengaruhi beberapa kriteria diantaranya rasio keuangan, mortage provision, sinkin fund, dan maturity. Beberapa literatur menyatakan bahwa pemeringkat obligasi tidak selalu akurat. Sehingga dalam paper ini untuk memperoleh tambahan bukti empiris untuk memprediksi peringkat obligasi.
Tabel III Hubungan antara yield spread Lehman Brothers Bond Index dan Treasury yield.
Hasil imbal obligasi perusahaan dari index obligasi perusahaan Lehman Brothers. Ada dua point pertanyaan yang ingin dibahas, pertama apakah obligasi perusahaan callable lebih sensitive pergerakannya pada hasil imbal obligasi pemerintah dibanding obligasi perusahaan noncallable. Kedua, apakah sensitifitas obligasi callable tergantung pada bagaimana dekatnya harga obligasi terhadap harga opsi? Dalam paper ini penulis mempersempit kajian pada long term Aa bond. Penulis membangun obligasi long term Aa, pada kesempatan yang sama juga membentuk obligasi noncallable. Liat tabel
Tabel IV Regresi pada perubahan long term Aa hasil imbal obligasi callable pada perubahan hasil imbal obligasi pemerintah. (Regression of changes in long term Aa rated callable corporate bond yield spreads on change in treasury yield)
Penulis membedakan antara obligasi currently callable dengan obligasi remain call. Obligasi currenty callable tersebut tidak digunakan, selanjutnya membagi grup obligasi menggunakan kategori harga (kurang dari 90, antara 90-100, lebih dari 100 (nilai pari sama dengan 100).
Ada dua kesimpulan yang dapat dilihat dari perbandingan hasil tabel IV dengan table II. Yaitu, sensitifitas obligasi callable akan mengubah hasil imbal obligasi pemerintah (treasury yield) secara positif berhubungan dengan harga obligasi, yang diimpilikasikan pada teori harga. Dalam kasus tersebut koefisien estimasi melalui persamaan range (hasil) dari -0.06 -0.19. Berlawanan dengan, yield spread pada obligasi callable harga tinggi begitu kuat hubungan terbalik dengan treasury yield. Untuk harga tinggi (harga diatas nilai pari) currently callable bond, koefisien diperkirakan 3 mon t bill yield -0.61. Estimasi koefisien treasury slope identik tercermin pada relasi antara hasil imbal long term callable bonds dan treasury term structure bisa terjadtuh akibat hubungan antara hasil imbal dengan long term treasury yield. R2 regresi 0.80.
Kesimpulan kedua bahwa hasil imbal (yield spread) dapat dilunasi/ ditebus, akan tetapi ( hak opsi penerbit obligasi untuk melunasi sebelum jatuh tempo) currently call protected, obligasi ini memiliki perilaku hampir sama dengan currently callable bond (obligasi dapat ditebus sebelum jatuh tempo). Koefisien pada currently callable bond memiliki hubungan negative (terbalik) dibanding currently call protected akan tetapi perbedaannya kecil.
Kesimpulan
Pada paper ini penentuan populasi sasaran berdasarkan kriteria obligasi yang mendapatkan klasifikasi investment grade non callable (yang memiliki rangking Baa, A, Aa dan Aaa) mengalami penurunan ketika 3 bulan hasil imbal obligasi pemerintah naik. Penurunan ini disebabkan karena kualitas kredit obligasi, sebagai contoh penurunan sedikit obligasi rating Aaa akan berdampak pada penurunan tinggi obligasi rating Baa. Perubahan yang nampak terlihat pada obligasi lebih dari satu tahun, meskipun masih prediksi. Kebalikan hubungan antara obligasi pemerintah (treasury yield) dengan obligasi perusahaan (corporate bond) akan nampak lebih kuat pada obligasi dapat dilunasi (callable bond. Hal ini konsekuensi alamiah dari variasi nilai hak opsi. Index pasar obligasi yang digunakan adalah callable dan noncallable bond, seperti Moody dan lehman Brother, yang akan sangat berpengaruh terhadap obligsai pemerintah. Perlu diketahui bahwa variasi yield tersebut didasarkan pada index, namun sebaiknya tidak hanya dicermati secara sederhana sebagai proxy variasi dari pandangan investor terhadap kualitas kredit saja.
Catatan:
Ingat obligasi pemerintah biasa disebut juga dengan "obligasi bebas resiko" sebab pemerintahan suatu negara dapat menaikkan pajak ataupun mencetak uang guna melunasi pembayaran obligasinya pada saat jatuh tempo. Sebagai contoh, obligasi pemerintah di Amerika yang disebut "Treasury securities" adalah dalam denominasi mata uang US dollar dan merupakan investasi dalam US dollar yang bebas resiko. Dalam hal ini yang dimaksud dengan 'bebas resiko" adalah berarti aman dari resiko kredit. Namun resiko lainnya masih ada misalnya resiko nilai tukar bagi investor asing dimana nilai US dollar ini melemah terhadap mata uang negara lain. Juga terhadap resiko inflasi dimana pada saat jatuh tempo pelunasan obligasi tersebut nilai yang diperoleh investor mengalami pelemahan daya beli akibat inlasi lebih besar daripada imbal hasil yang diperoleh. Banyak pemerintahan menerbitkan obligasi indeks inflasi yang melindungi investor terhadap resiko inflasi.
Hubungan Subtitusi antara Agency Problem yang Mengontrol Mekanisme di Malaysia: dengan Menggunakan Analisa Persamaan (Simultaneous Equation)
(oleh D..Agus Harjito, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia)
Abstraksi
Studi ini menyelidiki hubungan subtitusi (substitutability) antara kebijakan hutang (debt policy), kepemilikan (insider ownership), dan kebijakan dividend (dividend policy) sebagai problem agensi (agency problem) dalam mengontrol mekanisme di Malaysia. Jika hubungan subtitusi terjadi antara agensi mengendalikan masalah. Agensi problem dapat diturunkan melalui hubungan ini. Pengurangan agensi problem dapat berakibat meningkatnya nilai perusahaan, begitu kuat melalui rasio Tobin’s Q. Studi ini diterapkan pada 396 sample perusahaan yang didaftar oleh Malaysian Bourse di tahun 2001 hingga tahun 2004. Untuk mencapai tujuan, studi ini menggunakan dua bentuk metode lapangan. Hasil dari studi ini mengindikasikan hubungan subtitusi antara debt policy, insider ownership, dan dividend policy sebagai agensi problem untuk mengontrol mekanisme di Malaysia meskipun tidak sepenuhnya terjadi. Nampaknya substitutability hanya muncul pada kebijakan hutang dan dividend. Tidak ada subtitusi antara kebijakan hutang dengan kepemilikan (insider ownership), begitu juga dengan kebijakan dividend dengan insider ownership.
Kata kunci: kebijakan hutang (debt policy), kepemilikan (insider ownership), dan kebijakan dividend (dividend policy), agency problem dan nilai perusahaan (firm value)
(oleh D..Agus Harjito, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia)
Abstraksi
Studi ini menyelidiki hubungan subtitusi (substitutability) antara kebijakan hutang (debt policy), kepemilikan (insider ownership), dan kebijakan dividend (dividend policy) sebagai problem agensi (agency problem) dalam mengontrol mekanisme di Malaysia. Jika hubungan subtitusi terjadi antara agensi mengendalikan masalah. Agensi problem dapat diturunkan melalui hubungan ini. Pengurangan agensi problem dapat berakibat meningkatnya nilai perusahaan, begitu kuat melalui rasio Tobin’s Q. Studi ini diterapkan pada 396 sample perusahaan yang didaftar oleh Malaysian Bourse di tahun 2001 hingga tahun 2004. Untuk mencapai tujuan, studi ini menggunakan dua bentuk metode lapangan. Hasil dari studi ini mengindikasikan hubungan subtitusi antara debt policy, insider ownership, dan dividend policy sebagai agensi problem untuk mengontrol mekanisme di Malaysia meskipun tidak sepenuhnya terjadi. Nampaknya substitutability hanya muncul pada kebijakan hutang dan dividend. Tidak ada subtitusi antara kebijakan hutang dengan kepemilikan (insider ownership), begitu juga dengan kebijakan dividend dengan insider ownership.
Kata kunci: kebijakan hutang (debt policy), kepemilikan (insider ownership), dan kebijakan dividend (dividend policy), agency problem dan nilai perusahaan (firm value)
PENDAHULUAN
Konflik agensi (agency conflict) muncul dalam sebuah perusahaan, ini nampak sekali terlihat pada hubungan agensi dengan perusahaan-perusahaan tersebut. Agency relationship antara principal dan agent akan meningkatkan agency cost. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency cost termasuk didalamnya monitoring cost, bonding cost dan residual cost. Agency conflict dapat diringankan dengan pertambahan kebijakan hutang, insider ownership dan kebijakan pembayaran dividend (Jensen et al 1992, Chen & Steiner 1999; Miguel et al 20050. Pengurangan agency conflict akan meningkatkan kinerja perusahaan.
Beberapa studi menggunakan teori Tobin’s Q secara empiris sebagai alat pengukuran evaluasi kinerja perusahaan. Morck, Shieifer dan Vishny (1988) dan McConnell dan Servaes (1990) menemukan hubungan yang tidak berbanding lurus antara stockholder yaitu manajer dan direktur urusan luar negeri dengan kinerja perusahan di ukur dengan Tobin’s Q. Jika direktur urusan luar negeri memegang saham dengan jumlah besar, maka hal ini membantu kinerja baik sebuah perusahaan. Penelitian ini menemukan nilai proxy Tobin’s Q dalam mengukur nilai-nilai perusahaan.
KAJIAN / PENELITIAN SEBELUMNYA DAN HIPOTESIS
Agency conflict dapat dikurangi dengan pemberian insentif, pengendalian, peningkatan kepemilikan oleh manajer (insider ownership) dan obligasi bagi manajer (Jensen and Meckling, 1976). Mekanisme obligasi dilakukan dengan meningkatkan pembagian dividend dan jumlah hutang. Berbagai cara akan mengurangi kesempatan untuk manager melakukan deviasi agar bisa meningkatkan nilai perusahaan. Walaupun, cara ini akan memunculkan biaya namun dapat mengurangi nilai perusahaan (disebut dengan agency cost). Jensen (1986) menemukan mekanisme pengontrol diwakili oleh pengurangan aliran kas bebas, yang tidak tepat digunakan oleh manajer dengan membatasi jumlah agar menurunkan (mengurangi) agency conflict. Usaha untuk mereduksi aliran kas bebas (free cash flow) dapat diputuskan dengan menaikkan debt (hutang) dan memisahkan kas milik stockholders walaupun pembagian dividend atau pembelian saham mereka.
Studi yang membahas mengenai mekanisme pengendalian agency conflict harus disetujui untuk mewakili hubungan antar mekanisme variable. Akan tetapi tipe hubungan tersebut bukan hasil akhir, meskipun hubungan subtitusi atau complementery berperan untuk mengendalikan agency conflict. (Miguel et al, 2005). Hubungan subtitusi menunjukkan mekanisme kuat, demikian juga mekanisme yang lain menjadi pengurangan fungsi. Sedangkan, complementing relationship (hubungan saling melengkapi) akan menunjukkan mekanisme setiap pengontrolan yang ada dan akan melengkapi satu dengan yang lain. Jika mekanisme begitu kuat, demikian juga mekanisme lain akan menambah peran sebagai solusi agency conflict.
Hubungan antara struktur kepemilikan (organisasi) dan keputusan pembagian dividend dapat diperbaiki dengan melakukan hubungan subtitusi atau hubungan complementary (Miguel et al 2005). Rozeff (1982) menemukan bahwa model rasio pembagian/ pembayaran dividend secara negative mempengaruhi pengambil keputusan organisasi baik manajemen, shareholder, dan karyawan (insider ownership) dan berkonsentrasi pada pemilik (ownership). Hasil dari studi Rozeff (1982) didukung oleh penemuan Moh’d, Perry dan Rimbley (19950) yang menghasilkan studi, mereka menunjukkan perusahaan dengan persentasi lebih tinggi dari insider ownership memiliki pembagian dividend dan pembayaran agency cost lebih rendah.
Hubungan subtitusi antara debt, insider ownership dan dividend
Penelitian ini mengajukan tiga hipotesa, untuk mengetahui hubungan subtitusi antara kebijakan hutang, insider ownership dan kebijakan dividend dalam mengontrol kasus-kasus agency conflict di Malaysia. Hipotesa-hipotesa tersebut digunakan untuk mengetahui validitas subtitusi antara kebijakan hutang (debt policy), pengambil kebijakan (insider ownership) dan kebijakan dividend (dividend policy). Yang mengurangi bahkan menghilangkan agency conflict telah ditunjukkan oleh nilai perusahaan.
Hipotesa 1: berlakunya hubungan subtitusi antara debt policy dengan insider ownership berperan untuk mengontrol pengurangan agency conflict.
Hipotesa 2: berlakunya hubungan subtitusi antara debt policy dan dividend payout berperan untuk mengurangi agency conflict.
Hipotesa 3: berlakunya hubungan subtitusi antara insider ownership dan dividend payout berperan untuk mengontrol pengurangan agency conflict.
DATA DAN METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan data sekunder pendukung (second data) yaitu financial report dan annual report perusahaan dari berbagai sektor yang terdaftar di Malaysian Stock Exchange pada kurun waktu tahun 2001 hingga 2004. Sejumlah perusahaan melengkapi keperluan-keperluan tersebut sebagai sample dalam penelitian ini, tercatat ada 396 perusahaan.
Ada empat variable endogen (bergantung) dan enam variable eksogen (tidak bergantung/ berdiri sendiri) dapat dianalisa dalam penelitian ini. Variabel endogen meliputi debt ratio (DEBT), insider ownership (IOWN) dan dividend (DIVD) digunakan untuk mengetahui hubungan subtitusi antara debt, insider ownership dan dividend diharapkan dapat mengurangi agency conflict pada akhirnya menuju bertambahnya nilai perusahaan (TOBIN). Eksogen variable. Sebagai variable control, termasuk didalamnya kepemilikan organisasi institution ownership (INST), fixed asset ratio (FASET), resiko bisnis (RISK), ukuran/ besaran dari perusahaan (SIZE), profit (PROFIT) dan level pertumbuhan (GROWTH).
Dasar asumsi dalam analisa ini adalah setiap tiga variable endogen seperti debt policy (DEBT), insider ownership (IOWN) dan dividend policy (DIVD) adalah fungsi dari dua variable yang lain. Dengan demikian metode persamaan gabungan untuk menganalisa variable endogen yang terdapat dalam penelitian ini dengan fungsi dan persamaan ang mengikuti:
a. Persamaan Debt:
DEBT = F (IOWN, DIVD, FASET, RISK, PROFIT)
DEBT = α1 + β1 IOWN + β2 DIVD+ β3 FASET + β4 RISK + β5 PROFIT + e1 (1)
b. Persamaan Insider Ownership:
IOWN = f (DEBT, DIVD, INST, RISK, SIZE)
IOWN = α2 + β6 IOWN + β7 DIVD+ β8 FASET + β9 RISK + β10PROFIT + e1… (2)
c. Persamaan Dividend:
DIVD = f (DEBT, IOWN, GROWTH, PROFIT, RISK)
DIVD = α3 + β11 IOWN + β12 DEBT+ β13 GROWTH + β14 PROFIT + β15 RISK + e1… (3)
d. Persamaan Nilai Perusahaan;
TOBIN = f (DEBT, IOWN,DIVD, SIZE, PROFIT, RISK)
TOBIN = α4 + β16 IOWN + β17 DEBT+ β18 GROWTH + β19 PROFIT + β20 RISK + e1… (4)
Dimana:
α1 α2 α3 α4 = konstan
β1… β21 = variable koefisien
DEBT = debt ratio; ratio total debt di banding total asset.
IOWN = insider ownership; rasio antara officer, director ownership dibanding
total shares outstanding
DIVD = rasio pembayaran dividen dibagi pendapatan operational
TOBIN = (market value of equity + book value of total debt) / book value of total
Asset
INST = kepemilikan institusi (institutional ownership: presentase dari perusahaan mendapatkan hutang dari institutional investor).
FASET = fixed asset ratio; rasio fixed asset dibanding total asset.
GROWTH = pertumbuhan perusahaan; tingkat pertumbuhan penjualan lebih dari empat tahun.
RISK = resiko bisnis; diukur oleh deviasi standard dari keseluruhan pendapatan operational pada empat tahun awal.
SIZE = besaran/ ukuran perusahaan; yang mengunci secara alami total asset dari sebuah perusahaan.
PROFIT = rasio pendapatan operasional disbanding total asset.
HASIL EMPIRIS
Gambaran Statistik
Table 1 menunjukkan gambaran statistic dari karakteristik variable endogen dan eksogen hubungan antara debt policy, insider ownership dan dividend policy dalam studi ini:
(Please write by your self the table on the copy. )
Pada table 1 ditunjukkan bahwa nilai utama (mean value) dari debt ratio (DEBT) adalah 0.2108 (21.08%). Ini menunjukkan perusahaan di Malaysia menggunakan debt bukan secara keseluruhan untuk membiayai aktivitas mereka. Nilai minimum dari penggunaan debt adalah 0.0220 (2.2%) dan nilai maksimum adalah 0.5048 (50.48) dengan standar deviasi 0.1395 (13,95%). Nilai minimum dan maksimum dari saham yang dimiliki oleh board director (insider ownership) 0.02% dan 42.40% dengan respek standar deviasi 11.33% dan nilai utama 9.57%. Meskipun dividend payment (DIVD) 0.1442 (14,42%). Nilai minimum dan maksimum dari dividend payout ratio 0% dan 48,85% respek dengan sandar deviasi 12.71. Nilai perusahaan proxy dari Tobin’sQ (TOBIN) memiliki nilai utama (mean value) 89.87%. Nilai minimum dan maksimum 0% dan 428.19% dengan respek standar deviasi 49.31%. Level rendah dari nilai Tobin’s Q berkisar antara 0 dan 1, dimana level tertinggi nilai Tobin’sQ lebih dari 1 (100%).
Hubungan Subtitusi diantara Mekanisme Pengontrol
Test gabungan dari hubungan subtitusi antara debt policy, insider ownership dan dividend policy dalam mekanisme pengontrolan agency conflict dalam riset ini menggunakan analisis dua metode lapangan, 2 SLS. Analis untuk setiap variable dapat dilihat pada table 2.
Table 2: dua metode regresi yang menghubungkan antara debt policy, insider ownership dan dividend.
(Please write by your self the table)
Debt Ratio Equation
Hasil dari analisis regresi 2 SLS terhadap variable debt dependent (DEBT) ditunjukkan pada table 2 kolom dua. Variable insider ownership (IOWN) telah memiliki hubungan positif tidak nampak secara signifikan dibanding debt (β= 0.0382; t=0.6599). Koefisien positif tersebut menunjukkan ketidakvalidan hubungan subtitusi antara insider ownership dengan debt berperan mengendalikan agency conflict. Insider ownership secara signifikan juga dapat menggantikan peran debt dalam mengontorl agency conflict. Hipotesa pertama (H1) menyatkan bahwa hubungan subtitusi antara debt dengan insider ownership tidak dapat terbukti. Hasilnya adalah kebalikan atau inkonsisten dengan beberapa hasil di studi lalu (Friend & Lang 1988(, (Jensen et al 1992), Chen & Steiner 1999), (Tandelilin & Wilberforce 2002) dan Miguel et al (2005).
Koefisien dari dividend payout ratio (DIVD) terhadap debt ratio (DEBT) menunjukkan koefisien negative (β= 0.03171; t= -5.1964) dan secara signifikan terlihat pada level 1%. Negative dan hubungan significant antara dividend dengan debt menunjukkan peningkatan dividend akan mengurangi penggunaan jumlah debt yang tersedia didalam perusahaan . Dalam konteks agency conflict, hubungan negative berarti mekanisme dividend payout dapat digunakan untuk mensubtitusi hubungan antara debt berperan mengontrol agency conflict. Hipotesa 2 menyatakan kaitan subtitusi antara debt dengan dividend payout terbukti. Hasil tersebut juga mendukung penelitian melengkapi Chen dan Steiner (1999) dan Jensen et al (1992).
Variabel fixed asset bersifat positif dan secara signifikan memiliki hubngan antara debt dari perusahaan yang akan bertambah jika asset berkembang/ meningkat terus menerus. Sedangkan variable profit (PROFIT) bersifat negative dan signifikan terhadap debt ratio pada level significant 1% (β= -0.5498; t=-2.5682). Hasil dari penelitian ini juga mendukung penelitian secara lengkap oleh Chen dan Steiner (1999), Jensen et al (1992).
INSIDER OWNERSHIP EQUATION
Table 2 (kolom 3) menunjukkan kesimpulan analisis regresi antara variable debt (DEBT), dividend (DIVD) dan variable control terhadap insider ownership (IOWN). Koefisien debt variable menunjukkan nilai positif akan tetapi tidak significant dengan hubungan insider ownership ((β= 0.0179; t=0,3742). Ini menunjukkan peningkatan debt disebabkan karena peningkatan insider ownership. Dalam konteks pengendalian, ini menunjukkan peran insider ownership di Malasya tidak dapat menggantikan peran debt dalam mekanisme pengendalian agency conflict. Kedua mekanisme tadi harus bekerja bersamaan. Hasil dari riset ini tidak mendukung hipotesa pertama (H1) hanya menyatakan tidak adanya hubungan subtitusi antara debt policy dengan insider ownership sebagai mekanisme pengontrolan berkenaan dengan agency conflict. Hasilnya telah dilengkapi oleh Jensen et al(1992) dan Miguel et al (2005) tidak mensupport hasil dari penelitian. Bagaimanapun riset Huson et al (2005) menunjukkan data yang mensupport riset tersebut. Riset mereka memperlihatkan kalau managerial ownership (insider ownership) tidak dapat diganti dengan peran debt dalam mekanisme pengontrolan agency conflict.
Dividend pay out (DIVD) bersifat negative namun tidak signifikan dengan insider ownership (β= -0.0.0732; t=-1.4225). Hal ini dapat dikatakan antara dividend pay out dengan insider ownership tidak memiliki hubungan subtitusi secara efektif dalam mekanisme peran mengontrol agency conflict. Peran dari insider ownership terhadap mekanisme pengontrolan agency conflict tidak dapat disubtitusikan denganpeningkatan dividend pay out. Karena itu hipotesa 3 menyatakan ada beberapa hubungan subtitusi antara insider ownership dan dividend payout tidak terbukti.
Variabel kepemilikan perusahaan (INST) bersifat negative dan memiliki hubungan signifikan dengan insider ownership pada level significant 5% (β= -0.1475; t=-2.0257). Hasil dari penelitian ini menunjukkan peningkatan jumlah kepemilikan perusahaan (institution ownership) akan mengurangi insider ownership dalam perusahaan. Perusahaan mengukur variable (SIZE) yang memiliki nilai negative dan hubungan significant terhadap insider ownership (β= -3.0920;t=-27089). Hasilnya studi ini mendukung riset Bathala et al (1984), Jensen et al. (1992) dan Tandelilin dan Wilberforce (2002).
PERSAMAAN DIVIDEND
Table 2 (kolum 4) menunjukkan hasil regresi terhadap variable dividend dependent. Hasil dari analisa menunjukkan koefisien debt rasio variable pada persamaan dividend (dividend equation/ DIVD) negative dan signifikan (β= -0.2727;t=-5.9877) dengan signifikan level 1%. Hubungan negative ini menunjukkan adanya subtitusi hubungan antara debt policy terhadap dividend payout policy dalam mekanisme agency conflict. Peran dividend sebagai mekanisme mengurangi agency conflict dan begitu juga mengurangi pertambahan debt level. Hasilnya dalam penelitian ini mensupport hipotesa pertama (H2) konsisten dengan hasil penjelasan dalam persamaan debt ratio yang telah disebutkan sebelumnya. Hasil dari studi ini juga sekaligus mendukung penelitian telah dilengkapi oleh Jensen et.al (1992) dan Chen dan Steiner (1999). Bagaimanapun, hasil riset ini berlawanan dengan Tendelilin dan Wilberforce (2002).
Persamaan dividend, menyimpulkan bahwa variable insider ownership (IOWN) memiliki koefisien negative tapi tidak signifikan (β= -0.0257; t=-0.4877). Peningkatan insider ownership untuk menampilkan perbandingan lurus antara stockholder dengan manager dalam peningkatan profitabilitas perusahaan tidak membawa banyak pengaruh secara jelas terhadap penurunan dividend pay out. Dalam konteks mekanisme pengontrolan agency conflict, kondisi menunjukkan bahwa peningkatan insider ownership tidak dapat diganti atau subtitusi dengan kebijakan peran dalam dividend payout mengurangi agency conflict. Riset ini tidak mendukung hasil penelitian milik Chen dan Steiner (1999) , Jensen et.al (1992) , dan Rozeff (1982). Sedangkan riset ini mendapatkan dukungan dari Tandelilin dan Wilberforce (2002) dan Miguel et. Al (2005). Ada dua orang peneliti (ahli) yang menunjukkan tidak adanya subtitusi hubungan antara insider ownership dan dividend pay out.
Variabel resiko bisnis (RISK) bersifat negative dan hubungan signifikan terhadap dividend pay out di jelaskan pada level 10% (β= -0.4518; t=-0.7907). Dimana profit variable (PROFIT) memiliki hubungan signifikan positif dengan dividend pay out (β= 0.6354; t=6.1805) Peningkatan tingkat profitabilitas akan menambah tingkat dividend pay out. Hasil riset ini didukung oleh hasil riset penemuan Battacharya (1979), Miller dan Rock (1985) dan Jensen et.al (1992).
FIRM VALUE EQUATION
Persamaan Nilai Perusahaan
Hubungan subtitusi antara debt, insider ownership dan deviden policy dalam peran mengontrol agency conflict harapannya dapat mengurangi konflik atau masalah yang muncul di agency. Kemudian, pengurangan agency conflict tersebut nantinya diharapkan meningkatkan nilai perusahaan menggunakan teori rasio Tobin’s Q value.
Efek dari variable debt ratio (DEBT) terhadap nilai perusahaan (TOBIN) positif dan jelas pada (β= 0.5073; t=2.5305). Ini menunjukkan peningkatan debt seiring dengan peningkatan nilai perusahaan (firm value). Jensen (1986) menyatakan bahwa hubungan positif antara debt dengan kinerja perusahaan (firm value) dikaitkan dengan peran deb mengontrol manager perusahaan. Profitabilitas tinggi sepertinya akan menghasilkan pendapatan lebih besar kepada investor dikemudian hari, karena nilai harapan perusahaan dapat ditingkatkan.
Selanjutnya, akibat dari variable ownership insider (IOWN) kepada nilai perusahaan negative tidak signifikan (β= -0.2443; t=-1.1338). Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah saham yang dipegang oleh manajer sekaligus mengurangi nilai perusahaan (firm value). Hasil dari studi ini tidak mendukung penelitian Jensen dan Meckling (1976), Chen dan Steiner (2000). Jensen dan Meckling (1976) menyarankan jika konsentrasi kepemilikan akan meningkatkan firm value disebabkan karena hal ini sebagai mekanisme dalam memperkecil agency conflict. Sedangkan Chen dan Steiner (2000) menunjukkan Tobin’s Q memiliki positif dan hubingan signifikan meunju insider ownership.
Rasio variabel Dividend pay out (DIVD) bersifat positif dan memiliki hubungan jelas pada Tobin’s Q (β= -0.6775; t=3.0769). Peningkatan dari dividend pay out memberi nilai positif kepada investor seputar gairah kerja di masa mendatang untuk meyakinkan investor menginvestasikan dana perusahan untuk mengeksekusi proyek baru. Disamping dividend payout tinggi juga menjadi signal bagi investor untuk memperkecil agency conflict. Dividend pay out sebagai mekanisme memperkecil agency conflict dapat digunakan sebagai pengontrol medium oleh pemilik dan memperkecil agency conflict. Jika agency conflict telah diperkecil atau telah dipecahklan, kinerja perusahaan diharapkan data ditingkatkan.
Kesimpulan dan Implikasi
Berdasar penelitian ini, disimpulkan ada berbagai hubungan subtitusi antara debt policy, insider ownership, dan debt policy berperan dalam mengontrol agency conflict secara penuh di Malaysia. Hubungan subtitusi antara debt policy dan dividend policy (H2). Dimana hipotesa pertama (H1) menyatakan ada berbagai hubungan subtitusi antara kebijakan hutang dengan insider ownership dalam mengontrol agency conflict tidak terbukti dalam penelitian ini. Sama halnya dengan hipotesa ke tiga (H3) yang menyatakan bahwa ada berbagai hubungan antara insider ownership dengan dividend policy dalam mengontrol agency conflict namun tidak terbukti. Hasilnya, dapat dikatakan bahwa debt dan dividend sebagai financial policy tidak dapat disubtitusikan dengan peran insider ownership sebagai kebijakan non financial (moneter) dalam menurunkan agency conflict.
Implikasi dari riset ini dapat terlihat dari implikasi investor dan perusahaan yang terdaftar di Malaysian Stock Exchange. Investor selalu ingin mendapatkan keuntungan lebih jika mereka melakukan diberbagai macam. Investasi. Investor disana tidak mengetahui secara detail apakah perusahaan memperoleh agency conflict tertinggi. Kondisi ini diimplementasikan kepada investor kecil secara tidak langsung tidak memiliki hak untuk mengontrol perusahaan. Dengan tidak adanya pengontrolan agency conflict akibatnya nilai perusahaan menurun kemudian campur tangan terhadap kondisi pendapatan akan diperoleh investor. Kemudian, kebijakan yang cermat dibutuhkan untuk memperkecil agency conflict. Kebijakan bertujuan untuk meningkatkan pengendalian yang dilakukan oleh lingkungan pemerintah (corporate government). Kualitas pemerintahan harus dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan keefektifan dari pengendalian agency conflict saat ini.
Kebijakan perlu dilakukan oleh Malaysian stock Exchange untuk memperkecil agency conflict yang muncul di perusahaan yang terdaftar pada bursa efek dengan menyetujui, hukum yang diatur corporate governance. Kedua, membuat peraturan yang efektif tentang disclosure dari informasi perusahaan kepada investor secara transparan, khususnya penggunaan debt, insider ownership dan dividend pay out.
Dengan ketidakhadiran hubungan subtitusi antara kebijakan keuangan (penambahan hutang dan dividend) dengan kebijakan non moneter (meningkatkan insider ownership) menunjukkan peran insider ownership sangat dominant dalam perusahaan. Kondisi ini muncul karena konsentrasi kepemilikan dan dominasi kepemilikan keluarga/ turun temurun banyak terdapat di Malasyia (Claessens et.al 1998,2000). Mereka menemukan kalau banyak diantara perusahaan, terdapat bagian manajer adalah anggota keluarga dari pemilik perusahaan atau dipegang mayoritas oleh keluarga.
Note:
debt ; hutang
Agency problem ; konflik kepentingan (bisa terkait modal/ bunga) antar kreditur, shareholder dan manajemen yang memiliki perbedaan tujuan.
Agency cost ; tipe biaya internal yang muncul dan harus dibayarkan, sebagai akibat dari kegiatan yang dilakukan agensi sebagai bagian dari principal.
Insider ownership ; kepemilikan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan dan akses besar untuk mendapatkan informasi detail termasuk menilai informasi rahasia mengenai perusahaan.
Corporate Government; serangkaian proses, adapt istiadat/ kebiasaan, kebijakan hukum/ peraturan institusi yang berpengaruh pada cara perusahaan untuk mengatur, secara administrasi,mengendalikan. Termasuk melibatkan hubungan antara para dalam pengambilan keputusan untuk tujuan bersama perusahaan dan pemerintah. Principal stakeholders meliputi shareholders, management, dan the board of directors. Other stakeholders include labor (employees), customers, creditors
This my assignment of Financial Management, Mr. Agus, PAN
Konflik agensi (agency conflict) muncul dalam sebuah perusahaan, ini nampak sekali terlihat pada hubungan agensi dengan perusahaan-perusahaan tersebut. Agency relationship antara principal dan agent akan meningkatkan agency cost. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency cost termasuk didalamnya monitoring cost, bonding cost dan residual cost. Agency conflict dapat diringankan dengan pertambahan kebijakan hutang, insider ownership dan kebijakan pembayaran dividend (Jensen et al 1992, Chen & Steiner 1999; Miguel et al 20050. Pengurangan agency conflict akan meningkatkan kinerja perusahaan.
Beberapa studi menggunakan teori Tobin’s Q secara empiris sebagai alat pengukuran evaluasi kinerja perusahaan. Morck, Shieifer dan Vishny (1988) dan McConnell dan Servaes (1990) menemukan hubungan yang tidak berbanding lurus antara stockholder yaitu manajer dan direktur urusan luar negeri dengan kinerja perusahan di ukur dengan Tobin’s Q. Jika direktur urusan luar negeri memegang saham dengan jumlah besar, maka hal ini membantu kinerja baik sebuah perusahaan. Penelitian ini menemukan nilai proxy Tobin’s Q dalam mengukur nilai-nilai perusahaan.
KAJIAN / PENELITIAN SEBELUMNYA DAN HIPOTESIS
Agency conflict dapat dikurangi dengan pemberian insentif, pengendalian, peningkatan kepemilikan oleh manajer (insider ownership) dan obligasi bagi manajer (Jensen and Meckling, 1976). Mekanisme obligasi dilakukan dengan meningkatkan pembagian dividend dan jumlah hutang. Berbagai cara akan mengurangi kesempatan untuk manager melakukan deviasi agar bisa meningkatkan nilai perusahaan. Walaupun, cara ini akan memunculkan biaya namun dapat mengurangi nilai perusahaan (disebut dengan agency cost). Jensen (1986) menemukan mekanisme pengontrol diwakili oleh pengurangan aliran kas bebas, yang tidak tepat digunakan oleh manajer dengan membatasi jumlah agar menurunkan (mengurangi) agency conflict. Usaha untuk mereduksi aliran kas bebas (free cash flow) dapat diputuskan dengan menaikkan debt (hutang) dan memisahkan kas milik stockholders walaupun pembagian dividend atau pembelian saham mereka.
Studi yang membahas mengenai mekanisme pengendalian agency conflict harus disetujui untuk mewakili hubungan antar mekanisme variable. Akan tetapi tipe hubungan tersebut bukan hasil akhir, meskipun hubungan subtitusi atau complementery berperan untuk mengendalikan agency conflict. (Miguel et al, 2005). Hubungan subtitusi menunjukkan mekanisme kuat, demikian juga mekanisme yang lain menjadi pengurangan fungsi. Sedangkan, complementing relationship (hubungan saling melengkapi) akan menunjukkan mekanisme setiap pengontrolan yang ada dan akan melengkapi satu dengan yang lain. Jika mekanisme begitu kuat, demikian juga mekanisme lain akan menambah peran sebagai solusi agency conflict.
Hubungan antara struktur kepemilikan (organisasi) dan keputusan pembagian dividend dapat diperbaiki dengan melakukan hubungan subtitusi atau hubungan complementary (Miguel et al 2005). Rozeff (1982) menemukan bahwa model rasio pembagian/ pembayaran dividend secara negative mempengaruhi pengambil keputusan organisasi baik manajemen, shareholder, dan karyawan (insider ownership) dan berkonsentrasi pada pemilik (ownership). Hasil dari studi Rozeff (1982) didukung oleh penemuan Moh’d, Perry dan Rimbley (19950) yang menghasilkan studi, mereka menunjukkan perusahaan dengan persentasi lebih tinggi dari insider ownership memiliki pembagian dividend dan pembayaran agency cost lebih rendah.
Hubungan subtitusi antara debt, insider ownership dan dividend
Penelitian ini mengajukan tiga hipotesa, untuk mengetahui hubungan subtitusi antara kebijakan hutang, insider ownership dan kebijakan dividend dalam mengontrol kasus-kasus agency conflict di Malaysia. Hipotesa-hipotesa tersebut digunakan untuk mengetahui validitas subtitusi antara kebijakan hutang (debt policy), pengambil kebijakan (insider ownership) dan kebijakan dividend (dividend policy). Yang mengurangi bahkan menghilangkan agency conflict telah ditunjukkan oleh nilai perusahaan.
Hipotesa 1: berlakunya hubungan subtitusi antara debt policy dengan insider ownership berperan untuk mengontrol pengurangan agency conflict.
Hipotesa 2: berlakunya hubungan subtitusi antara debt policy dan dividend payout berperan untuk mengurangi agency conflict.
Hipotesa 3: berlakunya hubungan subtitusi antara insider ownership dan dividend payout berperan untuk mengontrol pengurangan agency conflict.
DATA DAN METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan data sekunder pendukung (second data) yaitu financial report dan annual report perusahaan dari berbagai sektor yang terdaftar di Malaysian Stock Exchange pada kurun waktu tahun 2001 hingga 2004. Sejumlah perusahaan melengkapi keperluan-keperluan tersebut sebagai sample dalam penelitian ini, tercatat ada 396 perusahaan.
Ada empat variable endogen (bergantung) dan enam variable eksogen (tidak bergantung/ berdiri sendiri) dapat dianalisa dalam penelitian ini. Variabel endogen meliputi debt ratio (DEBT), insider ownership (IOWN) dan dividend (DIVD) digunakan untuk mengetahui hubungan subtitusi antara debt, insider ownership dan dividend diharapkan dapat mengurangi agency conflict pada akhirnya menuju bertambahnya nilai perusahaan (TOBIN). Eksogen variable. Sebagai variable control, termasuk didalamnya kepemilikan organisasi institution ownership (INST), fixed asset ratio (FASET), resiko bisnis (RISK), ukuran/ besaran dari perusahaan (SIZE), profit (PROFIT) dan level pertumbuhan (GROWTH).
Dasar asumsi dalam analisa ini adalah setiap tiga variable endogen seperti debt policy (DEBT), insider ownership (IOWN) dan dividend policy (DIVD) adalah fungsi dari dua variable yang lain. Dengan demikian metode persamaan gabungan untuk menganalisa variable endogen yang terdapat dalam penelitian ini dengan fungsi dan persamaan ang mengikuti:
a. Persamaan Debt:
DEBT = F (IOWN, DIVD, FASET, RISK, PROFIT)
DEBT = α1 + β1 IOWN + β2 DIVD+ β3 FASET + β4 RISK + β5 PROFIT + e1 (1)
b. Persamaan Insider Ownership:
IOWN = f (DEBT, DIVD, INST, RISK, SIZE)
IOWN = α2 + β6 IOWN + β7 DIVD+ β8 FASET + β9 RISK + β10PROFIT + e1… (2)
c. Persamaan Dividend:
DIVD = f (DEBT, IOWN, GROWTH, PROFIT, RISK)
DIVD = α3 + β11 IOWN + β12 DEBT+ β13 GROWTH + β14 PROFIT + β15 RISK + e1… (3)
d. Persamaan Nilai Perusahaan;
TOBIN = f (DEBT, IOWN,DIVD, SIZE, PROFIT, RISK)
TOBIN = α4 + β16 IOWN + β17 DEBT+ β18 GROWTH + β19 PROFIT + β20 RISK + e1… (4)
Dimana:
α1 α2 α3 α4 = konstan
β1… β21 = variable koefisien
DEBT = debt ratio; ratio total debt di banding total asset.
IOWN = insider ownership; rasio antara officer, director ownership dibanding
total shares outstanding
DIVD = rasio pembayaran dividen dibagi pendapatan operational
TOBIN = (market value of equity + book value of total debt) / book value of total
Asset
INST = kepemilikan institusi (institutional ownership: presentase dari perusahaan mendapatkan hutang dari institutional investor).
FASET = fixed asset ratio; rasio fixed asset dibanding total asset.
GROWTH = pertumbuhan perusahaan; tingkat pertumbuhan penjualan lebih dari empat tahun.
RISK = resiko bisnis; diukur oleh deviasi standard dari keseluruhan pendapatan operational pada empat tahun awal.
SIZE = besaran/ ukuran perusahaan; yang mengunci secara alami total asset dari sebuah perusahaan.
PROFIT = rasio pendapatan operasional disbanding total asset.
HASIL EMPIRIS
Gambaran Statistik
Table 1 menunjukkan gambaran statistic dari karakteristik variable endogen dan eksogen hubungan antara debt policy, insider ownership dan dividend policy dalam studi ini:
(Please write by your self the table on the copy. )
Pada table 1 ditunjukkan bahwa nilai utama (mean value) dari debt ratio (DEBT) adalah 0.2108 (21.08%). Ini menunjukkan perusahaan di Malaysia menggunakan debt bukan secara keseluruhan untuk membiayai aktivitas mereka. Nilai minimum dari penggunaan debt adalah 0.0220 (2.2%) dan nilai maksimum adalah 0.5048 (50.48) dengan standar deviasi 0.1395 (13,95%). Nilai minimum dan maksimum dari saham yang dimiliki oleh board director (insider ownership) 0.02% dan 42.40% dengan respek standar deviasi 11.33% dan nilai utama 9.57%. Meskipun dividend payment (DIVD) 0.1442 (14,42%). Nilai minimum dan maksimum dari dividend payout ratio 0% dan 48,85% respek dengan sandar deviasi 12.71. Nilai perusahaan proxy dari Tobin’sQ (TOBIN) memiliki nilai utama (mean value) 89.87%. Nilai minimum dan maksimum 0% dan 428.19% dengan respek standar deviasi 49.31%. Level rendah dari nilai Tobin’s Q berkisar antara 0 dan 1, dimana level tertinggi nilai Tobin’sQ lebih dari 1 (100%).
Hubungan Subtitusi diantara Mekanisme Pengontrol
Test gabungan dari hubungan subtitusi antara debt policy, insider ownership dan dividend policy dalam mekanisme pengontrolan agency conflict dalam riset ini menggunakan analisis dua metode lapangan, 2 SLS. Analis untuk setiap variable dapat dilihat pada table 2.
Table 2: dua metode regresi yang menghubungkan antara debt policy, insider ownership dan dividend.
(Please write by your self the table)
Debt Ratio Equation
Hasil dari analisis regresi 2 SLS terhadap variable debt dependent (DEBT) ditunjukkan pada table 2 kolom dua. Variable insider ownership (IOWN) telah memiliki hubungan positif tidak nampak secara signifikan dibanding debt (β= 0.0382; t=0.6599). Koefisien positif tersebut menunjukkan ketidakvalidan hubungan subtitusi antara insider ownership dengan debt berperan mengendalikan agency conflict. Insider ownership secara signifikan juga dapat menggantikan peran debt dalam mengontorl agency conflict. Hipotesa pertama (H1) menyatkan bahwa hubungan subtitusi antara debt dengan insider ownership tidak dapat terbukti. Hasilnya adalah kebalikan atau inkonsisten dengan beberapa hasil di studi lalu (Friend & Lang 1988(, (Jensen et al 1992), Chen & Steiner 1999), (Tandelilin & Wilberforce 2002) dan Miguel et al (2005).
Koefisien dari dividend payout ratio (DIVD) terhadap debt ratio (DEBT) menunjukkan koefisien negative (β= 0.03171; t= -5.1964) dan secara signifikan terlihat pada level 1%. Negative dan hubungan significant antara dividend dengan debt menunjukkan peningkatan dividend akan mengurangi penggunaan jumlah debt yang tersedia didalam perusahaan . Dalam konteks agency conflict, hubungan negative berarti mekanisme dividend payout dapat digunakan untuk mensubtitusi hubungan antara debt berperan mengontrol agency conflict. Hipotesa 2 menyatakan kaitan subtitusi antara debt dengan dividend payout terbukti. Hasil tersebut juga mendukung penelitian melengkapi Chen dan Steiner (1999) dan Jensen et al (1992).
Variabel fixed asset bersifat positif dan secara signifikan memiliki hubngan antara debt dari perusahaan yang akan bertambah jika asset berkembang/ meningkat terus menerus. Sedangkan variable profit (PROFIT) bersifat negative dan signifikan terhadap debt ratio pada level significant 1% (β= -0.5498; t=-2.5682). Hasil dari penelitian ini juga mendukung penelitian secara lengkap oleh Chen dan Steiner (1999), Jensen et al (1992).
INSIDER OWNERSHIP EQUATION
Table 2 (kolom 3) menunjukkan kesimpulan analisis regresi antara variable debt (DEBT), dividend (DIVD) dan variable control terhadap insider ownership (IOWN). Koefisien debt variable menunjukkan nilai positif akan tetapi tidak significant dengan hubungan insider ownership ((β= 0.0179; t=0,3742). Ini menunjukkan peningkatan debt disebabkan karena peningkatan insider ownership. Dalam konteks pengendalian, ini menunjukkan peran insider ownership di Malasya tidak dapat menggantikan peran debt dalam mekanisme pengendalian agency conflict. Kedua mekanisme tadi harus bekerja bersamaan. Hasil dari riset ini tidak mendukung hipotesa pertama (H1) hanya menyatakan tidak adanya hubungan subtitusi antara debt policy dengan insider ownership sebagai mekanisme pengontrolan berkenaan dengan agency conflict. Hasilnya telah dilengkapi oleh Jensen et al(1992) dan Miguel et al (2005) tidak mensupport hasil dari penelitian. Bagaimanapun riset Huson et al (2005) menunjukkan data yang mensupport riset tersebut. Riset mereka memperlihatkan kalau managerial ownership (insider ownership) tidak dapat diganti dengan peran debt dalam mekanisme pengontrolan agency conflict.
Dividend pay out (DIVD) bersifat negative namun tidak signifikan dengan insider ownership (β= -0.0.0732; t=-1.4225). Hal ini dapat dikatakan antara dividend pay out dengan insider ownership tidak memiliki hubungan subtitusi secara efektif dalam mekanisme peran mengontrol agency conflict. Peran dari insider ownership terhadap mekanisme pengontrolan agency conflict tidak dapat disubtitusikan denganpeningkatan dividend pay out. Karena itu hipotesa 3 menyatakan ada beberapa hubungan subtitusi antara insider ownership dan dividend payout tidak terbukti.
Variabel kepemilikan perusahaan (INST) bersifat negative dan memiliki hubungan signifikan dengan insider ownership pada level significant 5% (β= -0.1475; t=-2.0257). Hasil dari penelitian ini menunjukkan peningkatan jumlah kepemilikan perusahaan (institution ownership) akan mengurangi insider ownership dalam perusahaan. Perusahaan mengukur variable (SIZE) yang memiliki nilai negative dan hubungan significant terhadap insider ownership (β= -3.0920;t=-27089). Hasilnya studi ini mendukung riset Bathala et al (1984), Jensen et al. (1992) dan Tandelilin dan Wilberforce (2002).
PERSAMAAN DIVIDEND
Table 2 (kolum 4) menunjukkan hasil regresi terhadap variable dividend dependent. Hasil dari analisa menunjukkan koefisien debt rasio variable pada persamaan dividend (dividend equation/ DIVD) negative dan signifikan (β= -0.2727;t=-5.9877) dengan signifikan level 1%. Hubungan negative ini menunjukkan adanya subtitusi hubungan antara debt policy terhadap dividend payout policy dalam mekanisme agency conflict. Peran dividend sebagai mekanisme mengurangi agency conflict dan begitu juga mengurangi pertambahan debt level. Hasilnya dalam penelitian ini mensupport hipotesa pertama (H2) konsisten dengan hasil penjelasan dalam persamaan debt ratio yang telah disebutkan sebelumnya. Hasil dari studi ini juga sekaligus mendukung penelitian telah dilengkapi oleh Jensen et.al (1992) dan Chen dan Steiner (1999). Bagaimanapun, hasil riset ini berlawanan dengan Tendelilin dan Wilberforce (2002).
Persamaan dividend, menyimpulkan bahwa variable insider ownership (IOWN) memiliki koefisien negative tapi tidak signifikan (β= -0.0257; t=-0.4877). Peningkatan insider ownership untuk menampilkan perbandingan lurus antara stockholder dengan manager dalam peningkatan profitabilitas perusahaan tidak membawa banyak pengaruh secara jelas terhadap penurunan dividend pay out. Dalam konteks mekanisme pengontrolan agency conflict, kondisi menunjukkan bahwa peningkatan insider ownership tidak dapat diganti atau subtitusi dengan kebijakan peran dalam dividend payout mengurangi agency conflict. Riset ini tidak mendukung hasil penelitian milik Chen dan Steiner (1999) , Jensen et.al (1992) , dan Rozeff (1982). Sedangkan riset ini mendapatkan dukungan dari Tandelilin dan Wilberforce (2002) dan Miguel et. Al (2005). Ada dua orang peneliti (ahli) yang menunjukkan tidak adanya subtitusi hubungan antara insider ownership dan dividend pay out.
Variabel resiko bisnis (RISK) bersifat negative dan hubungan signifikan terhadap dividend pay out di jelaskan pada level 10% (β= -0.4518; t=-0.7907). Dimana profit variable (PROFIT) memiliki hubungan signifikan positif dengan dividend pay out (β= 0.6354; t=6.1805) Peningkatan tingkat profitabilitas akan menambah tingkat dividend pay out. Hasil riset ini didukung oleh hasil riset penemuan Battacharya (1979), Miller dan Rock (1985) dan Jensen et.al (1992).
FIRM VALUE EQUATION
Persamaan Nilai Perusahaan
Hubungan subtitusi antara debt, insider ownership dan deviden policy dalam peran mengontrol agency conflict harapannya dapat mengurangi konflik atau masalah yang muncul di agency. Kemudian, pengurangan agency conflict tersebut nantinya diharapkan meningkatkan nilai perusahaan menggunakan teori rasio Tobin’s Q value.
Efek dari variable debt ratio (DEBT) terhadap nilai perusahaan (TOBIN) positif dan jelas pada (β= 0.5073; t=2.5305). Ini menunjukkan peningkatan debt seiring dengan peningkatan nilai perusahaan (firm value). Jensen (1986) menyatakan bahwa hubungan positif antara debt dengan kinerja perusahaan (firm value) dikaitkan dengan peran deb mengontrol manager perusahaan. Profitabilitas tinggi sepertinya akan menghasilkan pendapatan lebih besar kepada investor dikemudian hari, karena nilai harapan perusahaan dapat ditingkatkan.
Selanjutnya, akibat dari variable ownership insider (IOWN) kepada nilai perusahaan negative tidak signifikan (β= -0.2443; t=-1.1338). Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah saham yang dipegang oleh manajer sekaligus mengurangi nilai perusahaan (firm value). Hasil dari studi ini tidak mendukung penelitian Jensen dan Meckling (1976), Chen dan Steiner (2000). Jensen dan Meckling (1976) menyarankan jika konsentrasi kepemilikan akan meningkatkan firm value disebabkan karena hal ini sebagai mekanisme dalam memperkecil agency conflict. Sedangkan Chen dan Steiner (2000) menunjukkan Tobin’s Q memiliki positif dan hubingan signifikan meunju insider ownership.
Rasio variabel Dividend pay out (DIVD) bersifat positif dan memiliki hubungan jelas pada Tobin’s Q (β= -0.6775; t=3.0769). Peningkatan dari dividend pay out memberi nilai positif kepada investor seputar gairah kerja di masa mendatang untuk meyakinkan investor menginvestasikan dana perusahan untuk mengeksekusi proyek baru. Disamping dividend payout tinggi juga menjadi signal bagi investor untuk memperkecil agency conflict. Dividend pay out sebagai mekanisme memperkecil agency conflict dapat digunakan sebagai pengontrol medium oleh pemilik dan memperkecil agency conflict. Jika agency conflict telah diperkecil atau telah dipecahklan, kinerja perusahaan diharapkan data ditingkatkan.
Kesimpulan dan Implikasi
Berdasar penelitian ini, disimpulkan ada berbagai hubungan subtitusi antara debt policy, insider ownership, dan debt policy berperan dalam mengontrol agency conflict secara penuh di Malaysia. Hubungan subtitusi antara debt policy dan dividend policy (H2). Dimana hipotesa pertama (H1) menyatakan ada berbagai hubungan subtitusi antara kebijakan hutang dengan insider ownership dalam mengontrol agency conflict tidak terbukti dalam penelitian ini. Sama halnya dengan hipotesa ke tiga (H3) yang menyatakan bahwa ada berbagai hubungan antara insider ownership dengan dividend policy dalam mengontrol agency conflict namun tidak terbukti. Hasilnya, dapat dikatakan bahwa debt dan dividend sebagai financial policy tidak dapat disubtitusikan dengan peran insider ownership sebagai kebijakan non financial (moneter) dalam menurunkan agency conflict.
Implikasi dari riset ini dapat terlihat dari implikasi investor dan perusahaan yang terdaftar di Malaysian Stock Exchange. Investor selalu ingin mendapatkan keuntungan lebih jika mereka melakukan diberbagai macam. Investasi. Investor disana tidak mengetahui secara detail apakah perusahaan memperoleh agency conflict tertinggi. Kondisi ini diimplementasikan kepada investor kecil secara tidak langsung tidak memiliki hak untuk mengontrol perusahaan. Dengan tidak adanya pengontrolan agency conflict akibatnya nilai perusahaan menurun kemudian campur tangan terhadap kondisi pendapatan akan diperoleh investor. Kemudian, kebijakan yang cermat dibutuhkan untuk memperkecil agency conflict. Kebijakan bertujuan untuk meningkatkan pengendalian yang dilakukan oleh lingkungan pemerintah (corporate government). Kualitas pemerintahan harus dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan keefektifan dari pengendalian agency conflict saat ini.
Kebijakan perlu dilakukan oleh Malaysian stock Exchange untuk memperkecil agency conflict yang muncul di perusahaan yang terdaftar pada bursa efek dengan menyetujui, hukum yang diatur corporate governance. Kedua, membuat peraturan yang efektif tentang disclosure dari informasi perusahaan kepada investor secara transparan, khususnya penggunaan debt, insider ownership dan dividend pay out.
Dengan ketidakhadiran hubungan subtitusi antara kebijakan keuangan (penambahan hutang dan dividend) dengan kebijakan non moneter (meningkatkan insider ownership) menunjukkan peran insider ownership sangat dominant dalam perusahaan. Kondisi ini muncul karena konsentrasi kepemilikan dan dominasi kepemilikan keluarga/ turun temurun banyak terdapat di Malasyia (Claessens et.al 1998,2000). Mereka menemukan kalau banyak diantara perusahaan, terdapat bagian manajer adalah anggota keluarga dari pemilik perusahaan atau dipegang mayoritas oleh keluarga.
Note:
debt ; hutang
Agency problem ; konflik kepentingan (bisa terkait modal/ bunga) antar kreditur, shareholder dan manajemen yang memiliki perbedaan tujuan.
Agency cost ; tipe biaya internal yang muncul dan harus dibayarkan, sebagai akibat dari kegiatan yang dilakukan agensi sebagai bagian dari principal.
Insider ownership ; kepemilikan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan dan akses besar untuk mendapatkan informasi detail termasuk menilai informasi rahasia mengenai perusahaan.
Corporate Government; serangkaian proses, adapt istiadat/ kebiasaan, kebijakan hukum/ peraturan institusi yang berpengaruh pada cara perusahaan untuk mengatur, secara administrasi,mengendalikan. Termasuk melibatkan hubungan antara para dalam pengambilan keputusan untuk tujuan bersama perusahaan dan pemerintah. Principal stakeholders meliputi shareholders, management, dan the board of directors. Other stakeholders include labor (employees), customers, creditors
This my assignment of Financial Management, Mr. Agus, PAN