Substitution Relationship Between The Agency Problem Control Mechanism in Malaysia;Simultaneous Equation Analysis

By poetry - 21.51




Hubungan Subtitusi antara Agency Problem yang Mengontrol Mekanisme di Malaysia: dengan Menggunakan Analisa Persamaan (Simultaneous Equation)
(oleh D..Agus Harjito, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia)

Abstraksi

Studi ini menyelidiki hubungan subtitusi (substitutability) antara kebijakan hutang (debt policy), kepemilikan (insider ownership), dan kebijakan dividend (dividend policy) sebagai problem agensi (agency problem) dalam mengontrol mekanisme di Malaysia. Jika hubungan subtitusi terjadi antara agensi mengendalikan masalah. Agensi problem dapat diturunkan melalui hubungan ini. Pengurangan agensi problem dapat berakibat meningkatnya nilai perusahaan, begitu kuat melalui rasio Tobin’s Q. Studi ini diterapkan pada 396 sample perusahaan yang didaftar oleh Malaysian Bourse di tahun 2001 hingga tahun 2004. Untuk mencapai tujuan, studi ini menggunakan dua bentuk metode lapangan. Hasil dari studi ini mengindikasikan hubungan subtitusi antara debt policy, insider ownership, dan dividend policy sebagai agensi problem untuk mengontrol mekanisme di Malaysia meskipun tidak sepenuhnya terjadi. Nampaknya substitutability hanya muncul pada kebijakan hutang dan dividend. Tidak ada subtitusi antara kebijakan hutang dengan kepemilikan (insider ownership), begitu juga dengan kebijakan dividend dengan insider ownership.

Kata kunci: kebijakan hutang (debt policy), kepemilikan (insider ownership), dan kebijakan dividend (dividend policy), agency problem dan nilai perusahaan (firm value)




PENDAHULUAN

Konflik agensi (agency conflict) muncul dalam sebuah perusahaan, ini nampak sekali terlihat pada hubungan agensi dengan perusahaan-perusahaan tersebut. Agency relationship antara principal dan agent akan meningkatkan agency cost. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency cost termasuk didalamnya monitoring cost, bonding cost dan residual cost. Agency conflict dapat diringankan dengan pertambahan kebijakan hutang, insider ownership dan kebijakan pembayaran dividend (Jensen et al 1992, Chen & Steiner 1999; Miguel et al 20050. Pengurangan agency conflict akan meningkatkan kinerja perusahaan.

Beberapa studi menggunakan teori Tobin’s Q secara empiris sebagai alat pengukuran evaluasi kinerja perusahaan. Morck, Shieifer dan Vishny (1988) dan McConnell dan Servaes (1990) menemukan hubungan yang tidak berbanding lurus antara stockholder yaitu manajer dan direktur urusan luar negeri dengan kinerja perusahan di ukur dengan Tobin’s Q. Jika direktur urusan luar negeri memegang saham dengan jumlah besar, maka hal ini membantu kinerja baik sebuah perusahaan. Penelitian ini menemukan nilai proxy Tobin’s Q dalam mengukur nilai-nilai perusahaan.

KAJIAN / PENELITIAN SEBELUMNYA DAN HIPOTESIS

Agency conflict dapat dikurangi dengan pemberian insentif, pengendalian, peningkatan kepemilikan oleh manajer (insider ownership) dan obligasi bagi manajer (Jensen and Meckling, 1976). Mekanisme obligasi dilakukan dengan meningkatkan pembagian dividend dan jumlah hutang. Berbagai cara akan mengurangi kesempatan untuk manager melakukan deviasi agar bisa meningkatkan nilai perusahaan. Walaupun, cara ini akan memunculkan biaya namun dapat mengurangi nilai perusahaan (disebut dengan agency cost). Jensen (1986) menemukan mekanisme pengontrol diwakili oleh pengurangan aliran kas bebas, yang tidak tepat digunakan oleh manajer dengan membatasi jumlah agar menurunkan (mengurangi) agency conflict. Usaha untuk mereduksi aliran kas bebas (free cash flow) dapat diputuskan dengan menaikkan debt (hutang) dan memisahkan kas milik stockholders walaupun pembagian dividend atau pembelian saham mereka.
Studi yang membahas mengenai mekanisme pengendalian agency conflict harus disetujui untuk mewakili hubungan antar mekanisme variable. Akan tetapi tipe hubungan tersebut bukan hasil akhir, meskipun hubungan subtitusi atau complementery berperan untuk mengendalikan agency conflict. (Miguel et al, 2005). Hubungan subtitusi menunjukkan mekanisme kuat, demikian juga mekanisme yang lain menjadi pengurangan fungsi. Sedangkan, complementing relationship (hubungan saling melengkapi) akan menunjukkan mekanisme setiap pengontrolan yang ada dan akan melengkapi satu dengan yang lain. Jika mekanisme begitu kuat, demikian juga mekanisme lain akan menambah peran sebagai solusi agency conflict.

Hubungan antara struktur kepemilikan (organisasi) dan keputusan pembagian dividend dapat diperbaiki dengan melakukan hubungan subtitusi atau hubungan complementary (Miguel et al 2005). Rozeff (1982) menemukan bahwa model rasio pembagian/ pembayaran dividend secara negative mempengaruhi pengambil keputusan organisasi baik manajemen, shareholder, dan karyawan (insider ownership) dan berkonsentrasi pada pemilik (ownership). Hasil dari studi Rozeff (1982) didukung oleh penemuan Moh’d, Perry dan Rimbley (19950) yang menghasilkan studi, mereka menunjukkan perusahaan dengan persentasi lebih tinggi dari insider ownership memiliki pembagian dividend dan pembayaran agency cost lebih rendah.

Hubungan subtitusi antara debt, insider ownership dan dividend

Penelitian ini mengajukan tiga hipotesa, untuk mengetahui hubungan subtitusi antara kebijakan hutang, insider ownership dan kebijakan dividend dalam mengontrol kasus-kasus agency conflict di Malaysia. Hipotesa-hipotesa tersebut digunakan untuk mengetahui validitas subtitusi antara kebijakan hutang (debt policy), pengambil kebijakan (insider ownership) dan kebijakan dividend (dividend policy). Yang mengurangi bahkan menghilangkan agency conflict telah ditunjukkan oleh nilai perusahaan.
Hipotesa 1: berlakunya hubungan subtitusi antara debt policy dengan insider ownership berperan untuk mengontrol pengurangan agency conflict.
Hipotesa 2: berlakunya hubungan subtitusi antara debt policy dan dividend payout berperan untuk mengurangi agency conflict.
Hipotesa 3: berlakunya hubungan subtitusi antara insider ownership dan dividend payout berperan untuk mengontrol pengurangan agency conflict.

DATA DAN METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan data sekunder pendukung (second data) yaitu financial report dan annual report perusahaan dari berbagai sektor yang terdaftar di Malaysian Stock Exchange pada kurun waktu tahun 2001 hingga 2004. Sejumlah perusahaan melengkapi keperluan-keperluan tersebut sebagai sample dalam penelitian ini, tercatat ada 396 perusahaan.
Ada empat variable endogen (bergantung) dan enam variable eksogen (tidak bergantung/ berdiri sendiri) dapat dianalisa dalam penelitian ini. Variabel endogen meliputi debt ratio (DEBT), insider ownership (IOWN) dan dividend (DIVD) digunakan untuk mengetahui hubungan subtitusi antara debt, insider ownership dan dividend diharapkan dapat mengurangi agency conflict pada akhirnya menuju bertambahnya nilai perusahaan (TOBIN). Eksogen variable. Sebagai variable control, termasuk didalamnya kepemilikan organisasi institution ownership (INST), fixed asset ratio (FASET), resiko bisnis (RISK), ukuran/ besaran dari perusahaan (SIZE), profit (PROFIT) dan level pertumbuhan (GROWTH).
Dasar asumsi dalam analisa ini adalah setiap tiga variable endogen seperti debt policy (DEBT), insider ownership (IOWN) dan dividend policy (DIVD) adalah fungsi dari dua variable yang lain. Dengan demikian metode persamaan gabungan untuk menganalisa variable endogen yang terdapat dalam penelitian ini dengan fungsi dan persamaan ang mengikuti:



a. Persamaan Debt:
DEBT = F (IOWN, DIVD, FASET, RISK, PROFIT)
DEBT = α1 + β1 IOWN + β2 DIVD+ β3 FASET + β4 RISK + β5 PROFIT + e1 (1)
b. Persamaan Insider Ownership:
IOWN = f (DEBT, DIVD, INST, RISK, SIZE)
IOWN = α2 + β6 IOWN + β7 DIVD+ β8 FASET + β9 RISK + β10PROFIT + e1… (2)
c. Persamaan Dividend:
DIVD = f (DEBT, IOWN, GROWTH, PROFIT, RISK)
DIVD = α3 + β11 IOWN + β12 DEBT+ β13 GROWTH + β14 PROFIT + β15 RISK + e1… (3)
d. Persamaan Nilai Perusahaan;
TOBIN = f (DEBT, IOWN,DIVD, SIZE, PROFIT, RISK)
TOBIN = α4 + β16 IOWN + β17 DEBT+ β18 GROWTH + β19 PROFIT + β20 RISK + e1… (4)

Dimana:
α1 α2 α3 α4 = konstan
β1… β21 = variable koefisien
DEBT = debt ratio; ratio total debt di banding total asset.
IOWN = insider ownership; rasio antara officer, director ownership dibanding
total shares outstanding
DIVD = rasio pembayaran dividen dibagi pendapatan operational
TOBIN = (market value of equity + book value of total debt) / book value of total
Asset
INST = kepemilikan institusi (institutional ownership: presentase dari perusahaan mendapatkan hutang dari institutional investor).
FASET = fixed asset ratio; rasio fixed asset dibanding total asset.
GROWTH = pertumbuhan perusahaan; tingkat pertumbuhan penjualan lebih dari empat tahun.
RISK = resiko bisnis; diukur oleh deviasi standard dari keseluruhan pendapatan operational pada empat tahun awal.
SIZE = besaran/ ukuran perusahaan; yang mengunci secara alami total asset dari sebuah perusahaan.
PROFIT = rasio pendapatan operasional disbanding total asset.

HASIL EMPIRIS

Gambaran Statistik
Table 1 menunjukkan gambaran statistic dari karakteristik variable endogen dan eksogen hubungan antara debt policy, insider ownership dan dividend policy dalam studi ini:

(Please write by your self the table on the copy. )

Pada table 1 ditunjukkan bahwa nilai utama (mean value) dari debt ratio (DEBT) adalah 0.2108 (21.08%). Ini menunjukkan perusahaan di Malaysia menggunakan debt bukan secara keseluruhan untuk membiayai aktivitas mereka. Nilai minimum dari penggunaan debt adalah 0.0220 (2.2%) dan nilai maksimum adalah 0.5048 (50.48) dengan standar deviasi 0.1395 (13,95%). Nilai minimum dan maksimum dari saham yang dimiliki oleh board director (insider ownership) 0.02% dan 42.40% dengan respek standar deviasi 11.33% dan nilai utama 9.57%. Meskipun dividend payment (DIVD) 0.1442 (14,42%). Nilai minimum dan maksimum dari dividend payout ratio 0% dan 48,85% respek dengan sandar deviasi 12.71. Nilai perusahaan proxy dari Tobin’sQ (TOBIN) memiliki nilai utama (mean value) 89.87%. Nilai minimum dan maksimum 0% dan 428.19% dengan respek standar deviasi 49.31%. Level rendah dari nilai Tobin’s Q berkisar antara 0 dan 1, dimana level tertinggi nilai Tobin’sQ lebih dari 1 (100%).

Hubungan Subtitusi diantara Mekanisme Pengontrol
Test gabungan dari hubungan subtitusi antara debt policy, insider ownership dan dividend policy dalam mekanisme pengontrolan agency conflict dalam riset ini menggunakan analisis dua metode lapangan, 2 SLS. Analis untuk setiap variable dapat dilihat pada table 2.
Table 2: dua metode regresi yang menghubungkan antara debt policy, insider ownership dan dividend.

(Please write by your self the table)

Debt Ratio Equation
Hasil dari analisis regresi 2 SLS terhadap variable debt dependent (DEBT) ditunjukkan pada table 2 kolom dua. Variable insider ownership (IOWN) telah memiliki hubungan positif tidak nampak secara signifikan dibanding debt (β= 0.0382; t=0.6599). Koefisien positif tersebut menunjukkan ketidakvalidan hubungan subtitusi antara insider ownership dengan debt berperan mengendalikan agency conflict. Insider ownership secara signifikan juga dapat menggantikan peran debt dalam mengontorl agency conflict. Hipotesa pertama (H1) menyatkan bahwa hubungan subtitusi antara debt dengan insider ownership tidak dapat terbukti. Hasilnya adalah kebalikan atau inkonsisten dengan beberapa hasil di studi lalu (Friend & Lang 1988(, (Jensen et al 1992), Chen & Steiner 1999), (Tandelilin & Wilberforce 2002) dan Miguel et al (2005).

Koefisien dari dividend payout ratio (DIVD) terhadap debt ratio (DEBT) menunjukkan koefisien negative (β= 0.03171; t= -5.1964) dan secara signifikan terlihat pada level 1%. Negative dan hubungan significant antara dividend dengan debt menunjukkan peningkatan dividend akan mengurangi penggunaan jumlah debt yang tersedia didalam perusahaan . Dalam konteks agency conflict, hubungan negative berarti mekanisme dividend payout dapat digunakan untuk mensubtitusi hubungan antara debt berperan mengontrol agency conflict. Hipotesa 2 menyatakan kaitan subtitusi antara debt dengan dividend payout terbukti. Hasil tersebut juga mendukung penelitian melengkapi Chen dan Steiner (1999) dan Jensen et al (1992).

Variabel fixed asset bersifat positif dan secara signifikan memiliki hubngan antara debt dari perusahaan yang akan bertambah jika asset berkembang/ meningkat terus menerus. Sedangkan variable profit (PROFIT) bersifat negative dan signifikan terhadap debt ratio pada level significant 1% (β= -0.5498; t=-2.5682). Hasil dari penelitian ini juga mendukung penelitian secara lengkap oleh Chen dan Steiner (1999), Jensen et al (1992).

INSIDER OWNERSHIP EQUATION

Table 2 (kolom 3) menunjukkan kesimpulan analisis regresi antara variable debt (DEBT), dividend (DIVD) dan variable control terhadap insider ownership (IOWN). Koefisien debt variable menunjukkan nilai positif akan tetapi tidak significant dengan hubungan insider ownership ((β= 0.0179; t=0,3742). Ini menunjukkan peningkatan debt disebabkan karena peningkatan insider ownership. Dalam konteks pengendalian, ini menunjukkan peran insider ownership di Malasya tidak dapat menggantikan peran debt dalam mekanisme pengendalian agency conflict. Kedua mekanisme tadi harus bekerja bersamaan. Hasil dari riset ini tidak mendukung hipotesa pertama (H1) hanya menyatakan tidak adanya hubungan subtitusi antara debt policy dengan insider ownership sebagai mekanisme pengontrolan berkenaan dengan agency conflict. Hasilnya telah dilengkapi oleh Jensen et al(1992) dan Miguel et al (2005) tidak mensupport hasil dari penelitian. Bagaimanapun riset Huson et al (2005) menunjukkan data yang mensupport riset tersebut. Riset mereka memperlihatkan kalau managerial ownership (insider ownership) tidak dapat diganti dengan peran debt dalam mekanisme pengontrolan agency conflict.
Dividend pay out (DIVD) bersifat negative namun tidak signifikan dengan insider ownership (β= -0.0.0732; t=-1.4225). Hal ini dapat dikatakan antara dividend pay out dengan insider ownership tidak memiliki hubungan subtitusi secara efektif dalam mekanisme peran mengontrol agency conflict. Peran dari insider ownership terhadap mekanisme pengontrolan agency conflict tidak dapat disubtitusikan denganpeningkatan dividend pay out. Karena itu hipotesa 3 menyatakan ada beberapa hubungan subtitusi antara insider ownership dan dividend payout tidak terbukti.

Variabel kepemilikan perusahaan (INST) bersifat negative dan memiliki hubungan signifikan dengan insider ownership pada level significant 5% (β= -0.1475; t=-2.0257). Hasil dari penelitian ini menunjukkan peningkatan jumlah kepemilikan perusahaan (institution ownership) akan mengurangi insider ownership dalam perusahaan. Perusahaan mengukur variable (SIZE) yang memiliki nilai negative dan hubungan significant terhadap insider ownership (β= -3.0920;t=-27089). Hasilnya studi ini mendukung riset Bathala et al (1984), Jensen et al. (1992) dan Tandelilin dan Wilberforce (2002).

PERSAMAAN DIVIDEND
Table 2 (kolum 4) menunjukkan hasil regresi terhadap variable dividend dependent. Hasil dari analisa menunjukkan koefisien debt rasio variable pada persamaan dividend (dividend equation/ DIVD) negative dan signifikan (β= -0.2727;t=-5.9877) dengan signifikan level 1%. Hubungan negative ini menunjukkan adanya subtitusi hubungan antara debt policy terhadap dividend payout policy dalam mekanisme agency conflict. Peran dividend sebagai mekanisme mengurangi agency conflict dan begitu juga mengurangi pertambahan debt level. Hasilnya dalam penelitian ini mensupport hipotesa pertama (H2) konsisten dengan hasil penjelasan dalam persamaan debt ratio yang telah disebutkan sebelumnya. Hasil dari studi ini juga sekaligus mendukung penelitian telah dilengkapi oleh Jensen et.al (1992) dan Chen dan Steiner (1999). Bagaimanapun, hasil riset ini berlawanan dengan Tendelilin dan Wilberforce (2002).

Persamaan dividend, menyimpulkan bahwa variable insider ownership (IOWN) memiliki koefisien negative tapi tidak signifikan (β= -0.0257; t=-0.4877). Peningkatan insider ownership untuk menampilkan perbandingan lurus antara stockholder dengan manager dalam peningkatan profitabilitas perusahaan tidak membawa banyak pengaruh secara jelas terhadap penurunan dividend pay out. Dalam konteks mekanisme pengontrolan agency conflict, kondisi menunjukkan bahwa peningkatan insider ownership tidak dapat diganti atau subtitusi dengan kebijakan peran dalam dividend payout mengurangi agency conflict. Riset ini tidak mendukung hasil penelitian milik Chen dan Steiner (1999) , Jensen et.al (1992) , dan Rozeff (1982). Sedangkan riset ini mendapatkan dukungan dari Tandelilin dan Wilberforce (2002) dan Miguel et. Al (2005). Ada dua orang peneliti (ahli) yang menunjukkan tidak adanya subtitusi hubungan antara insider ownership dan dividend pay out.

Variabel resiko bisnis (RISK) bersifat negative dan hubungan signifikan terhadap dividend pay out di jelaskan pada level 10% (β= -0.4518; t=-0.7907). Dimana profit variable (PROFIT) memiliki hubungan signifikan positif dengan dividend pay out (β= 0.6354; t=6.1805) Peningkatan tingkat profitabilitas akan menambah tingkat dividend pay out. Hasil riset ini didukung oleh hasil riset penemuan Battacharya (1979), Miller dan Rock (1985) dan Jensen et.al (1992).

FIRM VALUE EQUATION
Persamaan Nilai Perusahaan

Hubungan subtitusi antara debt, insider ownership dan deviden policy dalam peran mengontrol agency conflict harapannya dapat mengurangi konflik atau masalah yang muncul di agency. Kemudian, pengurangan agency conflict tersebut nantinya diharapkan meningkatkan nilai perusahaan menggunakan teori rasio Tobin’s Q value.

Efek dari variable debt ratio (DEBT) terhadap nilai perusahaan (TOBIN) positif dan jelas pada (β= 0.5073; t=2.5305). Ini menunjukkan peningkatan debt seiring dengan peningkatan nilai perusahaan (firm value). Jensen (1986) menyatakan bahwa hubungan positif antara debt dengan kinerja perusahaan (firm value) dikaitkan dengan peran deb mengontrol manager perusahaan. Profitabilitas tinggi sepertinya akan menghasilkan pendapatan lebih besar kepada investor dikemudian hari, karena nilai harapan perusahaan dapat ditingkatkan.

Selanjutnya, akibat dari variable ownership insider (IOWN) kepada nilai perusahaan negative tidak signifikan (β= -0.2443; t=-1.1338). Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah saham yang dipegang oleh manajer sekaligus mengurangi nilai perusahaan (firm value). Hasil dari studi ini tidak mendukung penelitian Jensen dan Meckling (1976), Chen dan Steiner (2000). Jensen dan Meckling (1976) menyarankan jika konsentrasi kepemilikan akan meningkatkan firm value disebabkan karena hal ini sebagai mekanisme dalam memperkecil agency conflict. Sedangkan Chen dan Steiner (2000) menunjukkan Tobin’s Q memiliki positif dan hubingan signifikan meunju insider ownership.
Rasio variabel Dividend pay out (DIVD) bersifat positif dan memiliki hubungan jelas pada Tobin’s Q (β= -0.6775; t=3.0769). Peningkatan dari dividend pay out memberi nilai positif kepada investor seputar gairah kerja di masa mendatang untuk meyakinkan investor menginvestasikan dana perusahan untuk mengeksekusi proyek baru. Disamping dividend payout tinggi juga menjadi signal bagi investor untuk memperkecil agency conflict. Dividend pay out sebagai mekanisme memperkecil agency conflict dapat digunakan sebagai pengontrol medium oleh pemilik dan memperkecil agency conflict. Jika agency conflict telah diperkecil atau telah dipecahklan, kinerja perusahaan diharapkan data ditingkatkan.

Kesimpulan dan Implikasi
Berdasar penelitian ini, disimpulkan ada berbagai hubungan subtitusi antara debt policy, insider ownership, dan debt policy berperan dalam mengontrol agency conflict secara penuh di Malaysia. Hubungan subtitusi antara debt policy dan dividend policy (H2). Dimana hipotesa pertama (H1) menyatakan ada berbagai hubungan subtitusi antara kebijakan hutang dengan insider ownership dalam mengontrol agency conflict tidak terbukti dalam penelitian ini. Sama halnya dengan hipotesa ke tiga (H3) yang menyatakan bahwa ada berbagai hubungan antara insider ownership dengan dividend policy dalam mengontrol agency conflict namun tidak terbukti. Hasilnya, dapat dikatakan bahwa debt dan dividend sebagai financial policy tidak dapat disubtitusikan dengan peran insider ownership sebagai kebijakan non financial (moneter) dalam menurunkan agency conflict.

Implikasi dari riset ini dapat terlihat dari implikasi investor dan perusahaan yang terdaftar di Malaysian Stock Exchange. Investor selalu ingin mendapatkan keuntungan lebih jika mereka melakukan diberbagai macam. Investasi. Investor disana tidak mengetahui secara detail apakah perusahaan memperoleh agency conflict tertinggi. Kondisi ini diimplementasikan kepada investor kecil secara tidak langsung tidak memiliki hak untuk mengontrol perusahaan. Dengan tidak adanya pengontrolan agency conflict akibatnya nilai perusahaan menurun kemudian campur tangan terhadap kondisi pendapatan akan diperoleh investor. Kemudian, kebijakan yang cermat dibutuhkan untuk memperkecil agency conflict. Kebijakan bertujuan untuk meningkatkan pengendalian yang dilakukan oleh lingkungan pemerintah (corporate government). Kualitas pemerintahan harus dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan keefektifan dari pengendalian agency conflict saat ini.

Kebijakan perlu dilakukan oleh Malaysian stock Exchange untuk memperkecil agency conflict yang muncul di perusahaan yang terdaftar pada bursa efek dengan menyetujui, hukum yang diatur corporate governance. Kedua, membuat peraturan yang efektif tentang disclosure dari informasi perusahaan kepada investor secara transparan, khususnya penggunaan debt, insider ownership dan dividend pay out.

Dengan ketidakhadiran hubungan subtitusi antara kebijakan keuangan (penambahan hutang dan dividend) dengan kebijakan non moneter (meningkatkan insider ownership) menunjukkan peran insider ownership sangat dominant dalam perusahaan. Kondisi ini muncul karena konsentrasi kepemilikan dan dominasi kepemilikan keluarga/ turun temurun banyak terdapat di Malasyia (Claessens et.al 1998,2000). Mereka menemukan kalau banyak diantara perusahaan, terdapat bagian manajer adalah anggota keluarga dari pemilik perusahaan atau dipegang mayoritas oleh keluarga.

Note:
debt ; hutang

Agency problem ; konflik kepentingan (bisa terkait modal/ bunga) antar kreditur, shareholder dan manajemen yang memiliki perbedaan tujuan.

Agency cost ; tipe biaya internal yang muncul dan harus dibayarkan, sebagai akibat dari kegiatan yang dilakukan agensi sebagai bagian dari principal.

Insider ownership ; kepemilikan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan dan akses besar untuk mendapatkan informasi detail termasuk menilai informasi rahasia mengenai perusahaan.

Corporate Government; serangkaian proses, adapt istiadat/ kebiasaan, kebijakan hukum/ peraturan institusi yang berpengaruh pada cara perusahaan untuk mengatur, secara administrasi,mengendalikan. Termasuk melibatkan hubungan antara para dalam pengambilan keputusan untuk tujuan bersama perusahaan dan pemerintah. Principal stakeholders meliputi shareholders, management, dan the board of directors. Other stakeholders include labor (employees), customers, creditors


This my assignment of Financial Management, Mr. Agus, PAN

  • Share:

You Might Also Like

6 Comments

  1. Kesaksian untuk masyarakat umum. Saya Fadilah dari Surabaya, Indonesia dan saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan / mendidik masyarakat umum tentang mendapatkan pinjaman online.
    Satu-satunya perusahaan Anda bisa online pinjaman adalah Dubril Badan Kredit.
    Saya menghubungi Dubril Badan Kredit ketika saya membutuhkan pinjaman mendesak dan saya ditawari pinjaman pada tingkat bunga 2%.
    Hubungi Dubril Badan Kredit via email pada dubrilloanfirm@gmail.com.
    Jika Anda membutuhkan bantuan atau informasi tentang bagaimana untuk pergi tentang proses pinjaman, silahkan hubungi saya melalui bfadilah8@gmail.com email saya.
    Tuhan memberkati Anda.

    BalasHapus