Pada hari Selasa, 28 Oktober
2014, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Grand Ballroom - The Dharmawangsa,
Jakarta. Heri Sunaryadi, Direktur Utama KSEI, memaparkan kepada poetryana.com beberapa rencana
pengembangan infrastruktur pasar modal yang diprakarsai KSEI, yang terbagi
menjadi 3 (tiga) rencana kerja besar. Rencana kerja ini ditargetkan akan dilaksanakan
KSEI pada tiga tahun mendatang dan saling berhubungan satu sama lain.
"Secara umum, inisiatif strategis ini bertujuan untuk mendukung program
pendalaman pasar yang diupayakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan
menyediakan infrastruktur yang dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
investor serta pelaku pasar," demikian disampaikan Heri.
Rencana kerja pertama KSEI
terkait dengan pengembangan proyek The Central Depository and Book Entry
Settlement System Next Generation (C-BEST Next-G). Beberapa waktu yang lalu,
KSEI telah melakukan peresmian pengembangan sistem tersebut, yang ditandai
dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dengan vendor terpilih asal
Amerika, Nasdaq OMX. Meski kapasitas C-BEST yang ada saat ini masih dapat
memenuhi penyelesaian transaksi Efek di pasar modal, namun sistem ini
dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan hingga 3 juta investor dengan kapasitas
yang meningkat hingga lebih dari enam kali lipat. Setelah peresmian tersebut,
pengembangan C-BEST Next-G yang memasuki
tahap selanjutnya berupa adaptasi teknologi X-Tream Technology milik Nasdaq OMX
sesuai spesifikasi yang dibutuhkan.
Tak hanya dari sisi kapasitas,
C-BEST Next-G juga akan ditambahkan beberapa fitur yang nantinya dapat
mengakomodir message dengan format SWIFT ISO 20022 yang berlaku internasional.
Hal ini akan memudahkan KSEI dalam melakukan Cross Border Settlement dengan
negara lain kedepannya, serta diharapkan dapat meningkatkan peran KSEI selaku
Central Securities Depository Indonesia di tingkat regional. Berdasarkan
rencana, proyek pengembangan C-BEST Next-G ditargetkan telah tuntas pada
Desember 2016.
Penandatanganan terkait kerja
sama pengembangan infrastruktur pasar modal lainnya dengan pihak ketiga telah
pula dilaksanakan sekitar bulan September lalu. Bertempat di pulau Dewata,
Bali, KSEI akan bekerjasama dengan Korea Securities Depository (KSD) dalam
mengembangkan sistem Pengelolaan Investasi Terpadu di Indonesia. Adanya
kebutuhan sistem yang terpusat untuk penyederhanaan business flow di pasar
Reksa Dana menjadi alasan utama dikembangkannya sistem tersebut.
Saat ini para pelaku di industri
Reksa Dana seperti Agen Penjual, Manajer Investasi, Bank Kustodian termasuk
Perusahaan Efek masih saling terhubung dengan cara yang beragam, dengan sistem
yang dikembangkan oleh masing-masing pelaku. "Sistem yang terpusat perlu
dikembangkan di Indonesia, karena sampai saat ini masih banyak proses yang
dilakukan secara manual sehingga tidak efisien dari segi biaya.
PengembanganSistem pengelolaan investasi
terpadu dapat menjadi jalan keluarnya, karena infrastruktur ini dapat memfasilitasi
pertumbuhan supply dan demand di pasar Reksa
Dana," ungkapnya. Heri juga berharap, diterapkannya Sistem
Pengelolaan Investasi Terpadu dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana, meningkatkan porsi kepemilikan lokal di
pasar modal Indonesia sekaligus meningkatkan likuiditas transaksi Efek yang
menjadi portofolio Reksa Dana.
Fokus ketiga mencakup
pengembangan AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) Financial Hub untuk memberikan
kemudahan akses dan aktivitas investasi bagi investor hingga ke pelosok.
Pengembangan ini didasarkan pada penerapan Single Investor Identification(SID)
yang telah menjadi kewajiban bagi investor pasar modal Indonesia sejak tahun
2012. Dalam tahapan pengembangan AKSes Financial Hub, beberapa tahapan
pengembangan telah dilaksanakan, antara lain penerapan Static Data Investor
sejak akhir tahun 2013, serta terkoneksinya data SID dengan database
kependudukan Republik Indonesia melalui kerja sama KSEI dan Ditjen.
Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), Kementerian Dalam Negeri. Tahapan
selanjutnya adalah pemberian nomor SID kepada pemilik investasi Kolektif,
seperti Reksa Dana, dan instrumen invetasi kolektif lain, sehingga dapat
terbentuk gambaran investor di pasar modal secara keseluruhan. Perluasan akses
dan jaringan ke pelosok masih diupayakan melalui kerja sama dengan industri
perbankan. Untuk itu, KSEI berencana untuk melakukan kerja sama untuk
penambahan jumlah Bank Pembayaran dan Bank Administrator RDN, yang pada
nantinya juga dapat diterapkan kerja sama pengembangan Co-Branding Fasilitas
AKSes dengan jaringan ATM bank tersebut.
Heri menjelaskan, ketiga rencana
kerja tersebut akan dilakukan sebagai bentuk dukungan konkrit KSEI terkait
program OJK untuk mewujudkan pendalaman pasar. Pendalaman pasar dapat dicapai
dengan meningkatkan sisi supply yaitu jumlah Emiten dan produk, sisi demand
dengan meningkatkan jumlah investor, pengembangan infrastruktur serta
peraturan-peraturan pendukungnya. "Ketiga program pengembangan
infrastruktur tersebut merupakan suatu keseluruhan yang saling terkait dan
tidak bisa berdiri sendiri. Hal ini tidak bisa lagi kita tunda pengembangannya
karena bila nanti terwujud pendalaman pasar dengan makin banyak dan beragamnya
produk pasar modal, peningkatan jumlah investor dan likuiditas transkasi di pasar
modal, kita sudah siap dengan infrastruktur yang memadai," jelas Heri. Ia
menyebutkan, diharapkan pada tahun 2018, keseluruhan pengembangan telah dapat
diimplementasikan guna memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi investor.
Selain fokus pengembangan pada
tiga rencana kerja besar, kegiatan operasional perusahaan yang baik dan lancar
juga menjadi perhatian KSEI, agar dapat memberikan kenyamanan bagi pelaku
pasar. Dari sisi internal, akan dilakukan pengembangan dari sisi Sumber Daya
Manusia untuk menunjang pengembangan kualitas kerja karyawan. Sebagai jaminan
bahwa data dan informasi yang tersimpan di KSEI dapat terjaga keamanannya, KSEI
melakukan evaluasi ISO 27001:2005 tentang Sistem Manajemen Keamanan Informasi
(SMKI) yang juga akan ditargetkan untuk di-upgrade menjadi versi 27001:2013
sebagai upaya untuk meningkatkan mutu layanan.
RUPSLB KSEI tahun 2014 dibuka
pada pukul 10.17 WIB dan dihadiri oleh 35 (tiga puluh lima) pemegang saham atau
96% (sembilan puluh enam persen) dari total pemegang saham perseroan. Kegiatan
rapat dipimpin oleh Erry Firmansyah selaku Komisaris Utama KSEI, yang
didampingi Rudy Tandjung dan Wiwit Gusnawan selaku Komisaris KSEI, Heri
Sunaryadi selaku Direktur Utama KSEI serta Sulistyo Budi dan Margeret M. Tang
selaku Direktur Perseroan. Persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan
(“RKAT”) Perseroan tahun buku 2015 menjadi agenda utama acara siang itu. Rapat
ini ditutup pada pukul 11.31 WIB.
0 Comments