Talkshow Kesehatan Anak disiarkan
105,3 FM Rakosa Radio Pilihan Perempuan, setiap hari Senin, pukul
10.00-11.00wib untuk edisi 27 April 2015 membahas tentang Diare pada anak,
disampaikan oleh dr. Jayanti, Sp.A dari RSUP Dr. Sadrjito.
Banyak orang yang menganggap
bahwa diare penyakit biasa padahal di lihat dari angka kesakitan dan juga angka
kematian ternyata cukup tinggi di Indonesia, meskipun biasa terjadi pada anak,
sebaiknya orang tua dihimbau tetap waspada atau berhati-hati.
Menurut data WHO (World Health
Organization) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak
dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare
dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia
dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya
diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh,
sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan
data dari Profil Kesehatan Indonesia (2008), penderita diare pada tahun
tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat diare adalah 2.5%.
Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita
diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah
10.280 orang dengan angka kematian 2.5%.
Menurut WHO (1999) secara klinis
diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari
biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja
(menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam
sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.
Sedangkan menurut Departemen
Kesehatan RI, diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam
sehari .
“Buang air bersih, lebih cair dan
lebih dari 3 kali perlu melihat konsistensinya yaitu encer dan frekuensi.
Akibat diare dehidrasi dibagi ringan dan berat, jika ringan bisa diberikan
cairan oralit akan tetapi jika berat harus mondok di rumah sakit. Oleh karena
itu orang tua perlu waspada jika diare disertai tanda ada darah dan lendir karena
tentu saja ini ada perbedaan penyebab.” kata dr. Jayanti.
“Penyebab diare, ada bakteri,
virus dan parasit, ada juga alergi atau intoleransi. Jika proses infeksi
sebagian besar penyebab adalah virus biasa disebut diare rotavirus. Rotavirus
sendiri akan menyebabkan dehidrasi, meskipun semua diare akan menyebabkan
dehidrasi. Pendeteksian dilakukan secara klinis, jika rotavirus perlu dibiakkan
namun akan terLalu lama, sehingga biasanya dokter mengetahui gejalanya seperti
sebagai berikut jika diare disebabkan virus maka diare tidak ada lendir atau
darah, akan tetapi jika diare disertai lendir atau darah, sudah bisa dideteksi
jika diare tersebut penyebabya bakteri.
Pertanyaan:
Ibu Ana, Jl. Kaliurang memiliki
putri berusia 4 bulan, mengalami diare 1 hari 4 x, anak dalam kondisi rewel,
dan untuk minum asi susah atau sulit
(jika anak memang dalam kondisi
pemberian asi ekslusif, maka anak mohon diberi asi lebih sering, ibu bisa
melakukan deteksi awal dengan melihat perbandingan kondisi anak saat sakit
dengan kondisi anak sebelum sakit/ sehat, berikutnya berikan asi lebih sering
dan lebih lama, selanjutnya lima langkah tuntaskan diare antara lain: berikan
cairan dehidrasi yaitu oralit, bisa dalam bentuk sachet dapat diberikan/
ditambahkan air 200 CC, atau bisa juga oralit yang dibeli di apotik sudah siap
minum, selanjutnya langkah berikutnya adalah pemberian zinc sebanyak 10
miligram bagi bayi usia kurang dari 6 bulan 20 miligram lebih dari 6 bulan,
wajib diberikan 10 hari berturut turut.
Oralit diberikan untuk mencegah
terjadinya dehidrasi dengan mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang
terbuang saat diare. Cara pembuatan larutan oralit adalah satu bungkus oralit
dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun
diberi 50-100 cc larutan oralit setiap kali buang air besar. Anak lebih dari 1
tahun diberi 100-200 cc larutan oralit setiap kali buang air besar.
“Pemberian Zinc selama diare
terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, juga mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan
kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Sesuai dengan guideline WHO agar anak
yang mengalami diare diberikan zinc, tambah dr. Jayanti.
Pemberian zinc dilakukan dengan
cara melarutkan tablet zinc dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah
larut berikan pada anak diare. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
dengan dosis balita umur < 6 bulan 1/2 tablet (10 mg)/hari sedangkan balita
umur ≥ 6 bulan 1 tablet (20 mg)/hari
Berikutnya untuk pemberian asi
dan makanan diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak
sehat tidak ada perubahan. Hal ini bertujuan untuk mencegah kehilangan berat
badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Jadi berikan asi lebih sering pada
anak atau minum susu seperti biasanya lebih sering, Antibiotik sendiri hanya
diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau disertai penyakit
lain. Sebaiknya ibu atau keluarga memberikan cairan oralit tadi secara teratur
di rumah serta mengetahui kapan harus membawa ke petugas kesehatan Ibu atau
pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang cara
memberikan cairan maupun obat di rumah dan kapan harus membawa kembali balita
ke petugas kesehatan ke dokter.
Saat diare, anak boleh diberikan
makanan padat sesuai dengan usianya, pemberian air rumah tangga boleh air sup,
kuah, tajin juga boleh. Untuk makanan tidak perlu diganti, tetapi jika diare
disebabkan intelorenai lactosa, berarti susu harus diganti sesuai dengan
petunjuk dokter, sedangkan jika diare disebabkan virus tidak terlalu
bermasalah.
Ibu Lusi, Sleman, Bagaimana jika
kita membuat cairan oralit sendiri dirumah?
“Untuk pembuatan oralit sebaiknya
berikan oralit yang sudah terstandar, kita beli yang kondisi sudah jadi yaitu
sachetan yang kita tambah air 100cc, atau kemasan bentuk kaca 100cc, karena
dari pabriknya sudah diolah diproses dengan komposisi natrium pas karena jika
ibu membuat sendiri dikhawatirkan tidak pas osmoloritasnya jadi beda, sebaiknya
membeli dan meracik sesuai aturan yang sudah ada, sebaiknya 200 cc sudah benar
baru kita tambahkan oralit, karena jika menggunakan istilah sepucuk sendok teh,
setiap orang memiliki takaran tersendiri akibatnya tidak bisa menakar dengan
pasti.
Ibu Nur, Concat, Amankah
menggunakan obat bebas, misal obat pengental diare?
Untuk anak tidak ada obat lain
selain yang tadi sudah disampaikan.
Untuk anak hanya diberikan anti dehidrasi berikan cairan elektrolit,
diberikan zinc, dan antibiotic tentu dengan petunjuk dokter. Anak tidak
dianjurkan mengkonsumsi obat-obatan. Perbedaan kondisi diare pada anak dan
dewasa beda, untuk anak biasanya karena virus, selain itu penyebab dan kondisi
usus berbeda, 0-6 bulan kondisi usus baru tumbuh sehingga beda penanganan
dengan orang dewasa.
Usia 5 tahun anak masih mulai
bisa terkena diare karena bakteri.Pencegahan diare bisa dilakukan dengan
kebersihan. Biasanya diare rentan terjadi pada bayi berusia 3 bulan sampai 18
bulan, sebaiknya usahakan menjaga kebersihan
ibu dan anak. Jika diare lakukan cuci tangan dengan sabun dengan bersih.
Ibu Latifah, Jl. Monjali, Anak
ketika akan ujian selalu diare, sehingga diberikan obat bebas
“Sebaiknya pastikan terlebih
dahulu apa penyebab diare, karena biasanya jika ada factor psikis/ psikologis
stress maka terpicu diare, sebaiknya konsultasi terlebih dahulu, apakah diare
berupa BAB cair kemudian frekuensi berapa kali, atau terjadi pas kondisi stress
saja karena masalah psikis, berikutnya apakah ada demam atau tidak, atau
ternyata demam hilang begitu saja ketika ujian selesai.
Ibu Nita,Jogja anak diberikan
parutan kunir dan madu?
untuk secara penelitian sendiri
tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, yang terbukti adalah pemberian
oralit, pemberian zinc.
Apakah ada penyerta ketika diare,
biasanya, demam, muntah, ada infeksi di saluran pencernaan, ada juga yang
mengalami nyeri perut, muntah dan diare
Ibu Nur,Jl.Monjali, memiliki anak
berusia 1 tahun, selama 2,5 hari rewel, ketika BAB mengeluarkan lendir darah,
hijau
Tanda dehidrasi, harus kita
ketahui, kondisi umum anak, apakah lemes, mengantuk, ceria atau tidak, tingkat
kesadaran, rasa haus, untuk ringan tidak ada perbedaan dengan tidak sakit, jika
yang mengalami dehidrasi itu biasanya terlihat haus dan lapar, bibir kering,
tidak mampu minum, tidak pipis, tidur terus, cubit di daerah perut jika kembali
lambat berarti dehidrasi.
Sebaiknya berikan cairan
mengatasi dehidrasi dan pemberian zinc.
Anak bisa terkena kembali diare,
dengan perilaku bersih akan menjaga atau pencegahan diare selama 2 bulan
kedepan, untuk zinc tetap dibeirkan sampai 10 hari untuk memperbaiki sel-sel
lapisan usus
Tanda/ gejala diare:
Demam, anak rewel, BAB sudah
mulai lembek, mengeluh sakit perut, ada juga yang datang dengan kondisi muntah
terlebih dahulu menjadikan dehidrasi
Oleh karena itu Bagian Ilmu
kesehatan masyarakat menghimbau agar orang tua waspada terhadap kondisi diare
pada anak karena diare sendiri menduduki posisi angka kesakitan dan kematian
tinggi di indonesa, sebaiknya keluarga segera memeriksa kedokter jika kondisi
anak diare atau dehidrasi. Diare pada anak banyak rata-rata disebabkan virus
oleh karena itu langkah yang harus dilakukan berikan cairan pada anak,
pemberian zinc, lanjutkan asi atau pemberian makanan pendamping, berikan
antibiotic sesuai petunjuk dokter, dan bagi ibu/ orang tua/ keluarga lanjutkan
pemberian cairan oralit dirumah secara teratur sesuai dengan petunjuk.
(Jangan lewatkan Talkshow
Kesehatan Anak di 105,3 FM Rakosa Radio Pilihan Perempuan, setiap hari Senin,
pukul 10.00-11.00wib)