Indonesia di penghujung tahun
2015 ini akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Berbagai seminar dan
kajian pun digelar untuk menghadapinya. Pendidikan, merupakan kekuatan yang
luar biasa dan memiliki akses terhadap keseluruhan aspek kehidupan, memberi
energi juga memiliki nilai sangat berharga untuk pegangan hidup umat manusia.
Dan kembali, pendidikan terhadap Sumber Daya Manusia merupakan kunci penting
untuk menghadapi MEA 2015.
Demikian disampaikan Prof. A.
Malik Fajar dalam Pidato Milad Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ke-34, di
Hall Masjid UMY pada Senin (8/6) 2015. Rangkaian kegiatan Milad UMY yang
digelar sejak Februari hingga Juni 2015 telah menggelar berbagai seminar yang
bertemakan tentang bagaimana institusi pendidikan, khususnya UMY menghadapi
MEA. Adapun tema Pidato Milad kali ini adalah “Penguatan Sumber Daya Manusia
dalam Masyarakat Ekonomi Asean 2015”.
Menurut Prof. Malik Fajar, MEA
tidak lain merupakan persaingan orang, bukan barang. Sebagaimana halnya yang
dikatakan oleh Hermawan Kartajaya. Menurutnya, Indonesia saat ini dengan jumlah
penduduk kurang lebih 250 jiwa dan bonus demografi Usia produktif, akan menjadi
pasar dan incaran sembilan negara anggota ASEAN. “Hal tersebut yang harusnya
menjadi perhatian kita bersama. Hal inilah yang harus menjadi fokus dunia
pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi Muhammadiyah untuk mendahadapi MEA ini,
melalui pendidikan Sumber Daya Manusia,” bilangnya.
Anggota Dewan Pertimbangan
Presiden era Jokowi-JK ini juga mengatakan, sebenarnya tema yang diusung pada
milad UMY ke-34 saat ini, bukan sekadar isu yang bernada “kelatahan”. Tetapi
karena memang Indonesia ini sudah tidak bisa mengelak lagi dari persaingan MEA,
yang akan mulai berjalan pada akhir tahun ini. “Dunia ini semakin terbuka dan
bersaing untuk memposisikan diri agar berada di urutan terdepan, dalam
menghasilkan karya-karya unggulan dan merebut setiap kesempatan serta peluang
yang terbuka di pasar kerja, pasar untuk berbagai jenis produk, jasa dan
teknologi telah menjadi kenyataan yang tak terelakkan. Persaingan bukan lagi
sebatas dunia bisnis, investasi, industri dan ekonomi, melainkan juga di bidang
pendidikan, kesenian dan kebudayaan,” tambahnya.
Untuk itulah, mantan Rektor
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini kembali menegaskan, bahwa agar tetap
eksis dan bertahan di tengah-tengah kehidupan yang kompetitif itu, diperlukan
SDM dalam jumlah besar yang memiliki keunggulan kompetitif. “Seperti dikatakan
Philip Katter, untuk memasuki dan “memenangkan” persaingan itu perlu SDM dalam
jumlah besar yang memiliki kemampuan prima dalam menggunakan “intangible
assets”, yaitu pengetahuan (knowladge), kompetensi belajar (learning
competence), dan jaringan (networking). Di sinilah letak permasalahan sekaligus
tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan, terutama pendidikan
Muhammadiyah, termasuk UMY yang kini memasuki perjalanan yang ke-34 tahun,”
paparnya.
Prof. Malik Fajar menambahkan,
pendiri muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, jauh sebelum Indonesia merdekan,
berpandangan bahwa pendidikan merupakan
nilai yang paling berharga untuk pegangan hidup di masa yang akan datang.
Kaitannya dengan MEA ini, Prof. Malik Fajar, menyarankan agar dunia pendidikan,
khususnya Perguruan Tinggi Muhammadiyah terus berupaya dalam mencerdaskan
ban
Penghargaan UMY Award tersebut
diserahkan secara langsung oleh Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah , Ketua
Badan Pembina Harian (BPH) UMY, Ketua Senat UMY, Rektor UMY, dan Ketua Tim
Penilai UMY Award
0 Comments